Oleh: Arif Muzayin Shofwan
Pada
tahun 1820 masehi, desa Pakisrejo kecamatan Srengat kabupaten Blitar masih
berupa hutan pakis yang didalamnya ada sebuah “kedung” (telaga) yang besar dan
diliputi “pohon cangkring”. Pada tahun tersebut, datanglah 14 (empat belas)
orang dari keraton Mataram, Jawa Tengah yang dipimpin oleh Haji Syafii, dan
termasuk didalamnya adalah Mbah Kyai Muhammad Asrori (yang berasal dari
Kalangbret, Kauman, Tulungagung). Kurang lebih selama 40 tahun, empat belas
orang tersebut membabat hutan pakis yang dimulai dari sebelah Timur. Ketepatan
bagian Mbah Kyai Muhammad Asrori mendapatkan tugas membabat hutan sebelahnya
Haji Syafii, dimana ditempat itu terdapat “kedung” (telaga) dan “pohon pakis”.
Konon kedung tersebut dulu sebagai tempat minum untuk harimau-harimau.
Pada
tahun 1840 masehi, Mbah Kyai Muhammad Asrori ditunjuk sebagai ulama atas saran
Haji Syafii untuk memberikan pendidikan dan membina agama Islam di lingkungan
tersebut. Atas kesepakatan dan saran dari empat belas orang tersebut, maka Mbah
Kyai Muhammad Asrori mendirikan sebuah masjid dan pondok pesantren sebagai
tempat beribadah dan sarana pendidikan agama Islam. Selanjutnya pada tahun 1860
masehi, maka kegiatan membabat hutan pakis tersebut sudah selesai, dan pada
waktu itu kurang lebih jumlah penduduk di desa tersebut ada lima puluh orang.
Pada masa-masa berikutnya, maka penduduk desa tersebut makin banyak dan
berkembang, karena juga ada banyak pendatang yang memilih desa tersebut sebagai
kediaman mereka.
Karena
perkembangan tersebut, maka atas kebijakan Haji Syafii, ia menunjuk Mbah
Irodikromo untuk menjadi kepala desa pada tahun 1860 masehi. Mbah Irodikromo
tercatat sebagai “kepala desa pertama” di desa Pakisrejo, kecamatan Srengat,
kabupaten Blitar. Pengangkatan kepala desa ini diperlukan untuk mengatur tata
kehidupan masyarakat Pakisrejo yang semakin hari semakin banyak penduduknya. Selanjutnya,
perlu diketahui bahwa santri di pondok pesantren yang didirikan Mbah Kyai
Muhammad Asrori saat itu banyak yang berasal dari Solo, Trenggalek,
Tulungagung, Ponorogo, dan lain-lainnya. Sementara dalam catatan yang ada,
sebagai bukti para santri Mbah Kyai Muhammad Asrori yang masih menetap tinggal
di Pakisrejo hingga sampai sekarang menurunkan cucu-cucu dan cicit-cicit
diantaranya adalah; Mbah Haji Abdurrahman, Mbah Sholeh, Mbah Mat Kasan, Mbah
Kartojo, dan lain-lainnya.
Perlu
diketahui bahwa, sekitar tahun 1850 masehi, Mbah Kyai Muhammad Asrori menikah
dengan seorang gadis yang bernama Nyai Haditsah (putra Kyai Muhammad Yunus,
seorang yang menjabat sebagai penghulu di Srengat). Perlu diketahui pula bahwa
Nyai Haditsah ini masih keturunan Kyai Raden Taklim (ayah dari Kyai Raden
Muhammad Kasiman, pendiri Masjid Agung Kota Blitar). Dan perlu diketahui pula
bahwa Kyai Raden Taklim merupakan kakak dari Kyai Raden Witono (Syaikh Hasan
Ghozali) seorang kyai pendiri Masjid Tiban Istimrar yang berada di Kalangbret,
Kauman, Tulungagung. Dalam pernikahannya, Mbah Kyai Muhammad Asrori dan Nyai
Haditsah binti Muhammad Yunus mempunyai delapan putra-putri, yaitu:
1. Nyai
Hafidhah (Gempolkenceng, Srengat, Blitar)
2. Nyai
Murtosinah (Pikatan, Wonodadi, Blitar)
3. Nyai
Muntokinah (Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar)
4. Kyai
Abu Darda (Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar)
5. Mbah
Kasturi (Nglangkapan, Srengat, Blitar)
6. Mbah
Haji Romli (Pakisrejo, Srengat, Blitar)
7. Nyai
Turunsih (Nglangkapan, Srengat, Blitar)
8. Nyai
Tsamaniyah (Karangsono, Kerjen, Srengat, Blitar)
Dalam
silsilah nasab keluarga, Mbah Kyai Muhammad Asrori adalah anak Mbah Kyai
Muhammad Sya’ban (yang dimakamkan di Makam Auliya Mbrebesmili Santren, Bedali,
Purwokerto, Srengat, Blitar). Mbah Kyai Muhammad Sya’ban adalah putra Mbah Kyai
Ali Muntaha (Mbah Muntoho, yang menjadi cikal-bakal pendiri desa Jarakan,
Gondang, Tulungagung). Mbah Kyai Ali Muntaha adalah putra Mbah Kyai Nur
Rahmatullah (Mbah Kyai Gembrang Serang) yang dimakamkan dibelakang Masjid Tiban
Istimrar, Kalangbret, Kauman, Tulungagung). Mbah Kyai Nur Rahmatullah adalah
putra dari Mbah Kyai Raden Witono (Syaikh Hasan Ghozali, pendiri Masjid Tiban
Istimrar tersebut diatas). Demikian sejarah singkat Mbah Kyai Muhammad Asrori
sebagai pendiri “Masjid Al-Asror” dan “Pondok Pesantren Al-Asror” yang berada
di Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar. Untuk info lebih jelas, bisa
berhubungan langsung di:
Kantor
Sekretariat:
1.
Pondok
Pesantren & Masjid Al-Arsar
Kedungcangkring,
Srengat, Blitar, Jawa Timur.
a/n Mas Browi HP.
085646480879.
2.
Makam
Auliya Mbrebesmili Santren
Bedali, Purwokerto,
Srengat, Blitar.
a/n. Bapak Bakri HP. 085852388855.
(Disarikan
dari “Sejarah Singkat Mbah Kyai Asrori
Pakisrejo Srengat Blitar” yang dikeluarkan oleh Panitia Haul Akbar Mbah
Kyai Asrori tertanggal: Pakisrejo, 15
Juli 1984. Dalam haul tersebut dihadiri kurang lebih 1500 [seribu lima
ratus] dzurriyyah/keturunan Mbah Kyai Asrori yang berasal dari Blitar, Kediri,
Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, Jombang, Kalimantan, Sumatra, Malaisyia,
Singapura, dan lain-lainnya)