Jumat, 09 Desember 2016

MENELUSURI KETOKOHAN MBAH KYAI RADEN SURO MENGGOLO DI DUSUN NGADIPURO DESA SUMBEREJO KECAMATAN SANANKULON KOTA BLITAR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Kata guru saya:
“Menulislah! Sesederhana apapun tulisan itu.”
(Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si.)

Hari ini saya menelusuri makam Mbah Kyai Raden Suro Menggolo bersama Kyai Muhammad AP, Gus Habib, Gus Tarom, Gus Heri, Gus Abdullah Narko Sabdo, dan kawan-kawan jamaah pengajian makrifatullah setiap malam Jumat di Jl. Riau No. 35, kota Blitar. Sebenarnya, orang yang pertama kali mengajak saya ke makam tokoh ini adalah Mbah Jawoko, Jatimalang, Sentul, Blitar. Mbah Jawoko mengatakan bahwa nama asli Mbah Kyai Raden Suro Menggola adalah Raden Songgolo Yudho. Namun tulisan yang terdapat pada batu nisan makam tersebut menggunakan nama “Suro Menggolo.” Mbah Jawoko sendiri merupakan keturunan ke-6 dari Mbah Kyai Raden Suro Menggolo yang saya kunjungi hari ini. Adapun silsilah Mbah Jawoko dari tokoh yang saya kunjungi hari ini adalah sebagaimana berikut:

1.    Mbah Kyai Raden Suro Menggolo (Raden Songgolo Yudho), berputra:
2.    Mbah Kyai Suto Kromo, berputra:
3.    Mbah Nyai Semi (istri Mbah Karso Semito), berputra:
4.    Mbah Nyai Saini Jatimalang, berputra:
5.    Mbah Nyai Warsini Jatimalang, berputra:
6.    Mbah Jawoko Jatimalang, Sentul, kota Blitar.

Berdasarkan silsilah nasab di atas, apabila Mbah Kyai Raden Suro Menggolo hingga kini menempati urutan keturunan ke-6 sampai 9, maka dapat disimpulkan bahwa beliau hidup sezaman dengan Mbah Kyai Raden Ngabehi Wirogati (Jatimalang, Sentul, kota Blitar), Mbah Kyai Raden Gunondiko, Mbah Kyai Raden Conomo, Mbah Kyai Raden Marsidiq (Plosorejo, Kademangan, Blitar), dan Mbah Kyai Abu Yamin (Sekardangan, Kanigoro, Blitar). Tak berhenti pada beberapa tokoh yang telah disebutkan, dapat disimpulkan pula bahwa Mbah Kyai Raden Suro Menggolo sezaman dengan Mbah Kyai Raden Setrojati (Gajah, Papungan, Kanigoro, Blitar), Mbah Kyai Raden Setro Kromo (Sekardangan, Papungan, Kanigoro, Blitar), dan lain sebagainya.

Diperkirakan bahwa para tokoh di atas hidup dimasa pergolakan politik Kerajaan Islam Mataram rentetan dari zaman Amangkurat I hingga dua atau tiga generasi berikutnya. Pada masa itu, pergolakan politik kerajaan Islam Mataram sangatlah hebat hingga menewaskan lebih dari 6000 ulama Tembayat dan Kajoran. Banyak perselingkuhan politik pada saat itu, mulai dari perjuangan Pangeran Kajoran, Pangeran Pajang, dan Pangeran Tembayat yang telah meluluh lantahkan Istana Plered berlanjut penghancuran Istana Kartasura yang memaksakan Raja Mataram harus boyongan kesana-kemari. Selain itu, ada kisah heroik, kisah cinta yang menikam yang melibatkan keluarga kerajaan, hingga saling tikam, saling bunuh, saling bantai, saling bakar dan berbagai penghianatan-penghianatan lainnya.

Konon semua peristiwa itu tertulis dalam buku yang berjudul “Sejarah Masalah Kajoran” karya H. De Graff yang menukil dari naskah kuno tulisan Kajoran tahun 1677. Ada salah seorang luar biasa dari Solo yang bernama Raden Ayu Linawati yang banyak mengupas masalah-masalah pergolakan politik di atas. Beliau merupakan wanita hebat dan energik yang bisa menggemparkan dunia persilatan masalah ranji-ranji atau nasab-nasab Walisongo hingga sekarang ini. Saya sering berkomunikasi dengan beliau melalu WA Group maupun WA pribadi. Saya sangat menghormati Raden Ayu Linawati dalam kapasitasnya sebagai pendekar ranji-ranji atau silsilah kuno trah Sunan Tembayat, Kajoran, Pengging, dan silsilah nasab Walisongo se-Nusantara, dan lain sebagainya. Semoga Tuhan memberi kekuatan kepada beliau atas tugas berat yang hingga kini dikerjakannya.

Tak jauh dari hal di atas, kalau saya kaji, apabila para keturunan cikal-bakal yang ada di seputar kota dan kabupaten Blitar hingga kini menempati urutan ke-6, 7, 8, 9, dan 10, maka dapat saya simpulkan bahwa para tokoh cikal-bakal yang bedol dusun atau desa tersebut hidup dari rentetan perpolitikan kerajaan Islam Mataram era Amangkurat I ke bawah sampai generasi keturunan ke-2, 3, dan 4 yang nantinya terus berlanjut di era Pangeran Diponegoro. Misalnya; Mbok Nyai Tubinem (cikal-bakal dusun Papungan, desa Papungan, kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar); Mbah Kyai Raden Setrojati (cikal-bakal dusun Gajah, desa Papungan, kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar); dan lain sebagainya. Namun ada pula di seputar dusun atau desa di Blitar yang bedol dusun atau desa di era perpolitikan kerajaan Demak, Pajang, dan awal Mataram. Bisa disebutkan di sini seperti kecamatan Kanigoro, Blitar; Sekardangan, Kanigoro, Blitar; Dogong, Kanigoro, Blitar yang konon dibabat atau pernah disinggahi oleh Ki Kebo Kanigoro (Kyai Purwoto Siddiq Banyubiru; Nyi Gadhung Melati, dan Rara Tenggok) di era perpolitikan kerajaan Islam Demak, Pajang, Mataram awal tersebut.

Kembali mengenai makam Mbah Kyai Raden Suro Menggolo yang merupakan tokoh cikal-bakal dusun Ngadipuro, desa Sumberejo, kecamatan Sanankulon, kota Blitar. Perlu diketahui bahwa dalam areal makam tokoh tersebut dimakamkan pula seorang ulama yang bernama Mbah Kyai Toyyib Atmowijdodjo dan muridnya yang bernama Kyai Machsun. Disebutkan dalam tulisan pada prasasti di pintu masuk makam bahwa Mbah Kyai Toyyib Atmowijdodjo merupakan ulama guru makrifat di dusun Ngadipuro, desa Sumberejo, kecamatan Sanankulon, kota Blitar. Saya tidak tahu bagaimana aliran makrifat yang diajarkan beliau. Begitu pula, dari cerita yang saya dapat bahwa selain Mbah Kyai Toyyib Atmowidjodjo guru makrifat, beliau juga ahli mengobati segala macam penyakit. Beliau juga ahli menumbali tanah-tanah yang dianggap angker atau wingit.

Apa lagi ya, yang dapat saya kisahkan?. Ya, mungkin sudah tak ada lagi yang ingin saya kisahkan dalam catatan harian (cahar) kali ini. Akhirnya, saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan, mudah-mudahan Dia senantiasa memberikan berkah dan kebahagiaan bagi warga dusun Ngadipuro, desa Sumberejo, kecamatan Sanankulon, kota Blitar. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan, kebahagiaan, dan kesuksesan kepada saya pribadi, dan umumnya kepada semua sanak kerabat, handai taulan, saudara-saudari, dan seluruh makhluk-Nya. Dalam tulisan ini, saya juga ingin berdoa “Rabbi zidnii ilma warzuqnii fahmaa”, artinya Ya Tuhanku tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan dan berikanlah kami rezeki berupa kepahaman dalam segala hal yang saya tidak memahaminya. Termasuk paham segala sejarah kisah cikal-bakal berbagai dusun atau desa yang saya belum paham. Amin, amin, amin. Ya Rabbal Alamin.

A healthy sense lies in a healthy body
(Akal yang sehat itu terletak pada badan yang sehat)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Areal Makam Mbah Kyai Raden Suromenggolo dan Mbah Kyai Toyyib Atmowidjojo (www.inilahblitar.blogspot.com)
Papan Nama Makam Eyang Suromenggolo dan Mbah Kyai Toyyib Atmowidjojo (www.inilahblitar.blogspot.com)






Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing, maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean” (karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mengkaji sejarah tokoh yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

12 komentar:

  1. Putra siapa warok suromenggolo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nampaknya hanya namanya sama, Suromenggolo. Sedangkan yang ini, bukan Warok Suromenggolo.
      Adapun Warok Suromenggolo, anak dari Ki Ageng Kutu atau Ki Ageng Suryangalam.

      Hapus
  2. Assalamualaikum Pak Arif Muzayin Shofwan,
    Nyuwun tanglet,
    Apakah Eyang Suro Menggolo merupakan keturunan dari Panembahan Romo.?

    BalasHapus
  3. Assalaamu 'alaikum. Pak Arif, apakah Suro Menggolo mempunyai nama lain yakni Soero Sentiko bin Wongsotjipto bin Astrodjojo? Dan masih keturunan Sayyid Ali Rohmatulooh Sunan Ampel?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamualaikum Wak Gus Marwan...

      Barangkali Panjenengan punya sejarah Bliyau yang mengarah pada "Turunan Kanjeng Sunan Ampel", mohon infonya

      Pangapunten lan hatur nuwon sanget 🙏🏾

      Hapus
  4. Keturunan trah suramenggala, barangkali ada yang hapal mohon informasi nya

    BalasHapus
  5. saya yang asli lahir di satu pekarangan dgn makam eyang suro menggolo belum pernah tau sejarah yg aslinya

    BalasHapus
  6. Suromenggolo nama yg tertera di makam dusun ngadipuro desa Sumberejo kec sanankulon itu blum benar, yg sebenarnya adalah Sanggoloyudha. Adalah gelar pangkat ketentaraan era Mataram Islam. Untuk nama asli eya adalah Raden Harya Suradipuro

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eyang nama aslinya Raden Prawiro Noto Kusumo...kurang lebih umur 780 tahun dan memiliki putra Raden Suwiryo Noto Satrio...Cucunya Raden Pawungko Alam dll

      Hapus
  7. Termasuk cikal bakal desa saya tapi dahulu terkenal dg joko thatit atau eyang manggolo yudo

    BalasHapus