Oleh: Arif
Muzayin Shofwan
Masa-masa
Kiai Ageng RM. Djojopoernomo di Blitar
Kiai
Ageng Raden Mas Djojopoernomo mempunyai nama kecil “Arya Papak” atau “Raden Mas
Papak Notoprojo”. Beliau adalah cucu dari Sultan Hamengku Buwono II dari
putranya bernama Pangeran Kusumawijaya yang menikah dengan Raden Ageng Kustinah/Raden
Ayu Mangkudiningrat [putri dari Nyi Ageng Serang, seorang Pahlawan Nasional
Republik Indonesia]. Diberi nama “papak” sebab jari-jari tangan beliau sejak
lahir papak (sama rata). Setelah Arya Papak usia senja, dia sering disebut
masayarakat dengan sebutan “Mbah Wali Papak”. Dianggap sebagai “wali” karena
beliau banyak menerima titipan karamah dari Allah swt.
Pada
jaman kolonial Hindia Belanda, Arya Papak bersama neneknya Nyi Ageng Serang
[Raden Ajeng Kustinah Wulaningsih Retnoedi] berjuang melawan penjajah Belanda
dengan pasukan yang diberi nama “Panji-Panji Gula Kelapa”. Panji-panji tersebut
mempunyai arti bahwa “Gula Jawa” mewakili warna merah dan “Kelapa” mewakili
warna putih. Sehingga hal tersebut merupakan simbol “merah-putih” bendera
Republik Indonesia yang pada masa lalu digunakan pula oleh Kerajaan Nusantara.
Di masa
remaja, Arya Papak sudah berjuang bersama neneknya yang
bernama Nyi Ageng Serang melawan kolonial Belanda. Ketika para pasukan
“Panji-Panji Gula Kelapa” banyak yang kocar-kacir diberondong peluru kolonial
Belanda, maka Arya Papak merupakan salah satu target yang selalu dicari-cari
Belanda. Oleh karenanya, Arya Papak selalu pindah ke berbagai tempat agar
jejaknya tidak diketahui oleh Belanda. Sewaktu berpindah-pindah tempat dia
selalu berganti nama agar jejaknya juga tidak diketahui. Ketika di Surabaya dia
pernah berganti nama Kiai Korek. Ketika di Trenggalek dia berganti nama
Pangeran Presil Kopodilem. Begitu juga ditempat-tempat lain kadang dia disebut
Raden Gimbal, Raden Joko dan lain sebagainya.
Dalam
perjalanan berpindah-pindah tersebut, Arya Papak pernah singgah di dusun
Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar. Di tempat tersebut
Arya Papak pernah menjadi putra angkat Sayyid Bukhori Mukmin atau yang lebih
dikenal dengan nama Kiai Ageng Ponco Suwiryo. Di Mbrebesmili Santren [Bedali,
Purwokerto, Srengat, Blitar] tersebut, Arya Papak sempat hidup lama bersama
ayah angkatnya tersebut serta delapan saudara-saudara yang lain. Semenjak hidup
di Mbrebesmili, Sayyid Bukhori Mukmin telah melihat bakat-bakat spiritual Arya Papak
yang sangat hebat. Maka dari itu, Sayyid Bukhori Mukmin sangat menghormati Arya
Papak, putra angkatnya tersebut. Begitu pula delapan saudara angkat yang lain,
juga sangat menghormati Arya Papak.
Dalam
perjalanan spiritual tersebut, Arya Papak sempat berguru pula kepada Kiai Ageng
Muhammad Sufiyah yang berada di Gunung Kawi, Malang. Beliau juga sempat berguru
kepada Kiai Kasan Munojo, Kesamben, Blitar. Dan masih banyak guru-guru
spiritual lainnya. Tahap demi tahap, oleh karena perjalanan spiritual Arya
Papak yang sudah semakin mantab, maka banyak dari murid-murid beliau yang
meminta kepadanya agar menuliskan sebuah buku pedoman untuk sarana spiritual.
Awalnya Arya Papak enggan untuk menuliskan hal tersebut. Namun karena banyak
murid-murid beliau yang membutuhkan suatu pedoman, maka beliau melayani untuk
membuatkan sebuah buku pedoman.
Arya
Papak menuliskan sebuah buku pedoman yang diberi nama “Anggaran Dasar
Pranataning Kamanungsan” Pirukunan Purwa Ayu Mardi Utama [PAMU]. Sejak saat
inilah beliau memiliki nama Kiai Ageng RM. Djojopoernomo. Sementara komunitas
untuk sarasehan [diskusi-diskusi] buku pedoman tersebut beliau namakan PAMU
[Pirukunan Purwa Ayu Mardi Utama]. Hingga saat ini PAMU ini menyebar luas ke
berbagai belahan daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan lain
sebagainnya.
Dalam
silsilah nasabnya, Kiai Ageng RM. Djojopoernomo tersebut merupakan keturunan
Sunan Kalijaga ke-12. Berikut silsilah nasab Kiai Ageng RM. Djojopoernomo atau
yang bernama asli Arya Papak sebagaimana yang tercantum dalam buku berjudul
“Dunia Nyi Ageng Serang” karya Mashoed Haka yang diterbitkan oleh PT. Kinta dan
tersimpan di Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat:
1.
Sunan
Kalijaga menikah dengan putri Sunan Gunung Jati, berputra:
2.
Sunan
Hadi Kusuma, berputra:
3.
Panembahan
Semarang, berputra:
4.
Panembahan
Pinatih, berputra:
5.
Panembahan
Rangga Seda Sepuh, berputra:
6.
Panembahan
Natapraja, berputra:
7.
Panembahan
Rangga Natapraja, berputra:
8.
Panembahan
Wijil, berputra:
9.
Panembahan
Rangga Natapraja, berputra:
10.
Raden
Ajeng Kustiah Wulaningsih Retna Edi [Nyi Ageng Serang, pahlawan Nasional RI]
menikah dengan Pangeran Kusumawijaya, berputra:
11.
Raden
Ajeng Kustinah [Raden Ayu Mangkudiningrat] menikah dengan Pangeran
Mangkudiningrat [putra Sultan Hamengku Buwono II], berputra:
12.
Arya
Papak [Pangeran Papak Natapraja/Mbah Wali Papak/Kiai Ageng RM. Djojopoernomo]
pendiri Pirukunan Purwa Ayu Mardi Utama [PAMU].
Adapun
silsilah ayah angkat Kiai Ageng RM. Djojopoernaomo yang bernama Sayyid Bukhori
Mukmin (Kiai Ageng Ponco Suwiryo) dan dimakamkan di areal “Makam Auliya’
Mbrebesmili Santren” Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar sebagaimana yang
tercantum dalam buku berjudul “Silsilah Sunan Tembayat Hingga Syaikh Muhammad
Sya’ban al-Husaini” karya Abu Naufal bin Taman at-Thahir dan diterbitkan oleh
Mbrebesmili Center Blitar pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:
1.
Kiai
Jamas Mashuri [Kiai Tunggul Wulung/Kiai Ageng Kebo Dhungkul] menikah dengan
Rara Ayu Surti Kanti, berputra:
2.
Kiai
Nur Hidayatullah, berputra:
3.
Kiai
Haryo Sumo Nur Hidayatullah, berputra:
4.
Kiai
Mujang Nur Hidayatullah, berputra:
5.
Kiai
Ageng Ronggo [Kiai Ageng Jimat], berputra:
6.
Kiai
Ageng Atmo Wulung, berputra:
7.
Kiai
Ageng Mojo, berputra:
8.
Kiai
Ageng Tojo Diningrat, berputra:
9.
Kiai
Ageng Jayeng Katon [Kiai Kendil Wesi], berputra:
10.
Kiai
Ageng Niti Rejo, berputra:
11.
Sayyid
Bukhori Mukmin [Kiai Ageng Ponco Suwiryo/Kiai Ageng Suwiryo Hadi Kesumo], ayah
angkat Kiai Ageng RM. Djojopoernomo.
Di areal “Makam
Auliya Mbrebesmili Santren” tersebut juga terdapat makam para waliyullah
keturunan Sunan Tembayat (Syaikh Hasan Nawawi) Klaten, Jawa Tengah. Keturunan
Sunan Tembayat yang dimakamkan ditempat tersebut antara lain:
1.
Kiai
Ageng Muhammad Asrori [Pendiri Masjid Al-Asrar Kedungcangkring, Pakisrejo,
Srengat, Blitar]
2.
Kiai
Ageng Muhammad Sya’ban [merupakan ayah dari Kiai Ageng Muhammad Asrori].
3.
Kiai
Ageng Hasan Mujahid [suami Nyai Marfuatun binti Kiai Muhammad Sya’ban,
merupakan pendiri Masjid Baitul Hasanah, Mbrebesmili, Bedali, Purwokerto,
Srengat, Blitar].
4.
Kiai
Ageng Kembang Arum [seorang waliyullah yang makamnya selalu harum, dahulu
makamnya berada di ujung pojok paling Utara dalam Makam Auliya Mbrebesmili
Santren].
5.
Sayyid
Abdullah [makamnya sudah tidak ada bekasnya lagi, merupakan seorang wali yang
biasa di hadiah fatihahi oleh Kiai Muhammad Hambali Arifin (santri Kiai Raden
Abdul Fattah, Mangunsari, Tulungagung) serta pendiri Majelis Dzikrul Fatihin,
Srengat, Blitar]. Dalam dunia spiritualnya, Kiai Muhammad Hambali Arifin sering
ditemui Sayyid Abdullah tersebut.
6.
Dan
makam para auliya’ lainnya.
Kiai
Ageng RM. Djojopoernomo Hijrah ke Banyuwangi
Setelah Kiai Ageng RM. Djojopoernomo
hidup lama bersama ayah angkat beliau yang bernama Sayyid Bukhori Mukmin,
Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar, maka beliau lalu
memutuskan untuk hijrah menuju arah Timur, tepatnya di daerah Tojo Kidul, desa
Temuguruh, kecamatan Sempu, Banyuwangi. Di tempat inilah Kiai Ageng RM.
Djojopoernomo mengembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 09 Februari 1956 dan
dimakamkan di desa tersebut. Setiap bulan Muharram (Asyura/Suro) makam tersebut
selalu ramai dengan para penziarah baik dari pengikut Pirukunan Purwa Ayu Mardi
Utama (PAMU) yang banyak berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan
lain sebagainya.
Dalam areal Makam Kiai Ageng RM.
Djojopoernomo di Tojo Kidul, Temuguruh, Sempu Banyuwangi tersebut banyak
terdapat tulisan falsafah-falsafah Jawa yang sangat dalam sekali maknanya.
Salah satunya adalah terdapat pada pintu gerbang sebelum masuk di areal
pemakaman terdapat tulisan berikut: “Kena Lumebu Jen Wes Weruh Djerone”[Boleh
Masuk Kalau Sudah Mengetahui Dalamnya]. Selain tulisan tersebut, ada lagi
ungkapan falsafah Jawa yang penuh makna lain juga ditemukan di kawasan seluas
kurang-lebih setengah hektare tersebut. Terdapat di dinding bagian atas gedung
pemakaman, terdapat tulisan berikut: “Sri Naga Radja, Paring Wangsit Bedja Kang
Bisa Nampa”.
Selain ungkapan di atas, ada pula
ungkapan falsafah Jawa yang berbunyi:“Kena Munggah Jen Wis Weruh Duwure, Teka Ora
Mara, Musna Ora Lunga, dan Imbuh Ora Wawuh, Suda Ora Kalung” [Boleh
naik ke atas kalau sudah mengetahui atasnya, datang tidak hadir, hilang tidak
pergi, dan tambah tidak bertambah, berkurang tidak berkurang]. Begitulah beberapa kalimat yang terpampang di
kawasan pemakaman Kiai Ageng RM. Djojopoernomo di Tojo Kidul, Temuguruh, Sempu,
Banyuwangi.
Di areal pemakaman Kiai Ageng RM.
Djojopoernomo yang berlokasi sekitar 300 meter dari jalan desa tersebut, juga
terdapat sejumlah tempat untuk pertemuan. Misalnya da aula. Aula itu berada di
Timur makam Kiai Ageng RM. Djojopernomo tersebut. Selain itu, di areal makam
juga terdapat kolam renang dan mushala (langgar kecil) di tempat tersebut.
Makam Kiai Ageng RM. Djojopoernomo berdampingan dengan Raden AJ. Soeprapti yang
tercatat wafat pada tahun 17 Maret 1965. Telah diceritakan bahwa Raden AJ.
Soeprapti merupakan abdi dalem Kiai Ageng RM. Djojopernomo yang sangat setia
dan berbakti.
Semoga Kiai Ageng RM. Djojopoernomo selalu
mendapatkan limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Mudah-mudahan pula ayah
angkat beliau yang bernama Sayyid Bukhori Mukmin yang dimakamkan dalam areal
“Makam Auliya’ Mbrebesmili Santren” Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar juga selalu
mendapat limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Begitu pula para Auliya
yang dimakamkan di areal “Makam Auliya’ Mbrebesmili” juga selalu mendapat
limpahan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin, amin, amin. Ya Rabbal Alamin.
Di bagian bawah penulis sertakan foto-foto di areal makam Kiai Ageng RM.
Djojopoernomo yang saya dapatkan dari Setia Heri. Terima kasih.
Tentang
Penulis
Arif Muzayin Shofwan
Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09
Papungan Kanigoro Blitar. Kode Pos 66171.
HP. 085649706399.
Gapura Makam Kiai Ageng RM. Djojopoernomo |
Areal Makam Kiai Ageng RM. Djojopoernomo |
Tjandi Soja Ruri "Makam Kiai Ageng RM. Djojopoernomo" |
saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m
BalasHapuskok malah ngiklan di tulisan kakek canggah saya sampean diatas itu,dukun ya sampean berdua
BalasHapusKalau emang bisa kaya..gara2 no pasti gak bakalan ngasih tau yg lain....modus semua itu ..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusKurang ajar monyet2 diatas itu ngiklan nomer,saya cucunya raden mas rendra hadi kurniawan dari temuguruh,jangan diikuti dukun2 diatas yg ngiklan
BalasHapusInjih leres..... Kyai Ageng Raden Mas Djojopoernomo seorang yang mengajarkan kasampurnan hidup, bukan terkait dengan nomer togel dan semacamnya.
BalasHapusMeskipun sejarahnya mlintir ya gpp..yg penting demi kepentingan umat.hanya SISWA PAMU yg paham asal usul bliau...RAHAYU
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusRahayu
HapusRahayu.,..salam seduluran saking warga pamu sby..
BalasHapusRahayu
HapusSemoga Sy bisa Silaturahmi Ke Makam Cangga Wali Papak Temuguruh
BalasHapusKalau ada yg bilang masih canggah nya RM Djoyo Purnomo berarti tahu siapa saja anak beliau...
HapusApa benar bahwa dalam perjalanannya Raden Mas Bagus Gimbal pernah melewati desa Dersono pacitan dan menikah dengan wanita penduduk setempat,
BalasHapusTerima kasih, telah mempublikasikan silsilah eyang
BalasHapusSalam rahayu, menawi wonten kadang PAMU wilayah kediri dan sekitar mbok menawi kulo saget nyuwun alamatipun kagem silaturahmi nambah seduluran, suwun
BalasHapusSilsilah mbah ke bawah gk ada ya
BalasHapusAssalamualaikum
BalasHapusKanthong bolong numpang tanya
Ada nasab..raden gimbal ponorogo
Ayah lahir solo .kakek kauman ponorogo,& ktny ke
Atasnya yg nmu ilmu warok
Siapa raden gimbal/RM.gimbal yg di maksud?solo/ponorogo ada yg berjulukan sama..
Mngingat eyang uti nasab sunan giri
Jlr rmaa.samingoen sosroningrat
Raden gimbal nasab k mana sih? fam/marga alawinya apa sih?
BalasHapusKe Batara kathong?,/ke raden fatah?arya papak?
Ga penting sih
Cuma bulik ra.kartini yg pnting
S.kalijogo?
Benar, hanya kadang PAMU yg paham.. Salam Rahayu dari kami di Bandung, Jawa Barat
BalasHapusAssalamualaikum
BalasHapusRSMIW numpang tanya
Sayyid syarif arif muzayin sofwan fam nya apa
Apa anda tahu rmp.sosrokartono tidak putus silsilahnya atas bawah?sepupu jauh ku di kudus pun tahu eyangnya kakak kartini.bukan jalur kartono anak ra.kartini juga bukan jalur adik sambung kartini
Apa anda pnya silsilah dari rmaa.samingoen sosroningrat hingga sri sadono binti dharmo soegondo
Rodovid blm ada
Joko pring
Sak joko joko NE Pring
AkEh ...?
Rebunng E
Salam kelungsu kelungsu mandor kelungsu jalur kudus
Assalamualaikum,pernah diceritakan dari murid beliau mbah wali papak,katanya mb papak masih hidup digunung daerah jogja.
BalasHapusItu rumah kakek ku
BalasHapusMohon izin admin. Bila ada yang iklan di hapus saja, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Salam RAHAYU
BalasHapusSalam RAHAYU,masih kalian udh meliput makam eyang saya juga maksih udh berkujung ke makam eyang saya.
BalasHapusMbah papak kebawah, pangeran podang kebawah
BalasHapusRahayu
BalasHapusMatur nuwun sampun paring informasi.
salam rahayu3x sy dari ponorogo hadir
BalasHapus