Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
Cerita
tentang Petilasan Nyai Gadhung Melathi
Suatu
hari, saya dikasih informasi oleh Bapak Jawoko Jatimalang Blitar bahwa cikal
bakal desa Bendelonje, Talun, Blitar juga bernama Nyai Gadhung Melati. Kata
Bapak Jawoko: “Gus, petilasane Nyai
Gadhung Melati kuwi akeh. Koyo’e dheweke ndisik cikal-bakal ning ngendi-ngendi
panggonoan. Petilasane Nyai Gadhung Melati ono sing ning: (1) Maliran, Ponggok,
Blitar; (2) Dayu, Ponggok, Blitar; (3) Kademangan-Blitar sandinge Kali Brantas,
gandeng karo musholla; (4) Genjong, Wlingi, Blitar; (5) Kuningan, Kanigoro,
Blitar; (6) Batu-Malang; (7) Penataran, Blitar; lan liya-liyane. Paling ndisik,
wonge amen pindah-pindah.” Sementara itu, Gus Shohib Mahfudz juga
menyatakan demikian. Tak jauh dari itu, para sesepuh juga menyatakan demikian
pula.
Wah,
mendengar cerita tersebut saya bingung juga. Saya bertanya-tanya dalam batin: “Siapakah
tokoh Nyai Gadhung Melati. Pada masa kapan beliau hidup?”, dan
pertanyaan-pertanyaan lainnya. Saya buka-buka buku “Babad Sunan Tembayat’, di
situ juga disebutkan nama Kyai Gadhung Melathi dan Nyai Gadhung Melati, begitu
pula Kyai Malanggati serta lainnya merupakan murid Sunan Tembayat. Hah,
cerita-cerita sana sini memang macam-macam. Konon pula, Kyai Gadhung Melathi
dan Nyai Gadhung Melati hidup pada zaman Kerajaan Islam Pajang. Ada pula yang
menyatakan bahwa “Gadhung Melathi” merupakan nama perguruan atau paguyuban ilmu
kaweruh pada masa Kerajaan Islam Pajang hingga Mataram.
“Ah, bingung?. Tak perlu dibuat bingung. Yang
penting belajar dan terus belajar. Terus saja mencari tahu dan mencari tahu di
samping mempelajari hal lain yang lebih penting untuk kehidupan masa kini. Ah,
itu masa lampau?. Biarlah menjadi sejarah masa lampau. Ah, tidak!. Tak ada
ruginya bila aku juga mempelajari hal tersebut. Baik hal itu hanya sebuah mitos
maupun sejarah nyata atau sebutan lainnya. Ah, biarlah. Yang penting selalu
berproses. Belajar dan terus belajar”, kata saya dalam hati. “Ya Tuhan, tambahkanlah saya ilmu pengetahuan,
Rabbii zidnii ilma’’, dalam batin saya selalu berdoa. Semoga Tuhan
mengabulkan doa saya. Amiin Yaa Rabbal Alamiin.
Menelusuri
Petilasan Nyai Gadhung Melathi Bendelonje, Talun
Pada
hari Sabtu, 20 Agustus 2016, saya pergi ke rumah Kang Rofik, yakni kawan ngaji
kitab di Pondok Pesantren Miftahul Huda Sekardangan-Blitar, yang bermukim di
desa Centong, Sawentar, Blitar. Biasanya, kalau saya ke tempat Kang Rofik pasti
membaca buku-buku di perpustakaan pribadinya. Namun, sesampai saya di kediaman
Kang Rofik Centong, dia ternyata tidak ada. Lalu saya teruskan perjalanan ke
desa Bendelonje, Talun, Blitar untuk melihat-lihat dan menelusuri jejak cikal
bakal desa tersebut yang bernama Nyai Gadhung Melathi.
Wah,
ternyata bangunan petilasan Nyai Gadhung Melati di desa Bendelonje, Talun,
Blitar dibangun mirip sebuah pengimaman masjid. Tampak pula, pelatarannya juga
kelihatan bersih. Walau ada sisa-sisa makanan yang dikerubung semut, namun tak
seberapa. Kayaknya, warga dusun Bendelonje, Talun, Blitar, baru saja mengadakan
bersih desa di tempat tersebut. Atau mungkin acara yang lainnya.
Sebenarnya,
saya ingin bertanya-tanya kepada warga desa tersebut. Tapi, saya lihat ke kanan
dan ke kiri, tak ada manusia sama sekali. Lebih jauh dari itu, saya sebenarnya
ingin tahu lebih banyak kisah tokoh Nyai Gadhung Melathi tersebut. Akhirnya,
saya cumak bisa memotret petilasan Nyai Gadhung Melati di desa Bendelonje,
Talun, Blitar, kemudian langsung menuju rumah Bapak Bambang Tumpang, Talun,
Blitar, untuk melihat-lihat siapa tahun Azzam ada di sana. Berikut petilasan
Nyai Gadhung Melathi di desa Bendelonje, Talun, Blitar, yang berbentuk seperti
pengimaman masjid atau mushalla:
Petilasan Nyai Gadhung Melathi (cikal bakal desa Bendelonje, Talun, Blitar) yang dibentuk mirip pengimaman masjid atau mushalla. |
Akhirnya,
mudah-mudahan catatan harian (cahar) ini menambah wawasan bagi saya pribadi dan
lainnya. Mudah-mudahan pula, saya diberi tambahan ilmu-ilmu yang bermanfaat
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Mudah-mudahan mudah semuanya. “Allohumma barik
lanaa fi diininaa wa dunyanaa wa ukhronaa” (Ya Allah, berkahilah saya dalam
agama saya, di dunia saya, dan di akhirat saya). Wassalam. Tulisan melepas
lelah, oleh: Arif Muzayin Shofwan. Alamat: Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan
RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Kode Pos. 66171. HP.
085649706399.
saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m
BalasHapus