Kamis, 03 November 2016

PERTEMUAN ANAK CUCU MBAH MUNAWWAR WONODADI BLITAR DI RUMAH MBAH KAMSIR KERJEN



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

“Tulis apapun yang bisa Anda tulis, siapa tahu bermanfaat.”
(Anonim)

Pada hari Jumat pertengahan bulan Agustus saya ditelfon oleh Irfan anak Mbah Kamsir, misanan saya yang berada di Kerjen, Srengat, Blitar. Yakni, misanan atau sepupu dari pihak ayah saya. Kata Irfan: “Mas Arif, sesok malam Minggu sampeyan ning Kerjen karo ibuk sampeyan ya?.” (Mas Arif, besok kamu silahkan ke Kerjen sama ibu kamu ya?). Jawabku: “Ana apa?.”  (Ada apa?). Kata Irfan: “Wis too penting. Ono rejeki iki arep bagi-bagi rejeki.”  (Sudahlah, pokoknya penting. Ada rejeki ini dan mau bagi-bagi rejeki). Kataku: “Rejeki apa?.” Jawab Irfan: “Wis too, pokok entuk rejeki. Engko ngerti dewe.” (Sudahlah, pokok dapat rejeki. Nanti kamu akan tahu sendiri). Saya tanya-tanya rejeki apa, dari mana, jawab Irfan ya cumak itu-itu saja. Akhirnya, saya menyerah dan esok malam Minggu-nya pergi ke rumah Mbah Kamsir, Kerjen, Srengat, Blitar, bersama ibu saya.

Sampai di rumah Mbah Kamsir, saya masih bertanya-tanya. Namun jawab Irfan dan Mbah Kamsir tetap seperti di atas. Kata Mbah Kamsir, “Wis too engko eruh dewe. Ki meng sirku ngumpulne keluarga lan kirim doa leluhur Mbah Munawwar Wonodadi.” (Sudahlah, nanti tahu sendiri. Ini tadi keinginan saya mengumpulkan keluarga dan mengirim doa kepada Mbah Munawwar Wonodadi). Aduh, lagi-lagi saya harus menanti jawaban dari Irfan dan Mbah Kamsir setelah semua keluarga wakil dari anak-anak Mbah Thohir, yakni putra ke-3 Mbah Munawwar Wonodadi berkumpul semua. Hingga setelah shalat Isyak semua keluarga perwakilan dari anak Mbah Thohir berkumpul semua. Lalu, Ustdaz Mubaidillah yang masih misanan atau sepupu saya membuka acara dilanjutkan bacaan zikir tahlil lengkap yang dikirimkan bil-khusus kepada Mbah Munawwar Wonodadi dan anak-anaknya.

Usai tahlil, Mbah Kamsir menjelaskan bahwa beliau dan Mas Widodo baru saya pertemuan keluarga di Wonodadi, Blitar. Dalam pertemuan tersebut membahas tentang kematian Mbah Sufyan (Supiyan) yang baru saja meninggal dunia pada hari Jumat Pahing tanggal 5 Syawal 1435 H atau 1 Agustus 2014 M, yakni dua tahun yang lalu. Oleh karena Mbah Sufyan meninggal dunia tidak meninggalkan saudara kandung, istri dan anak cucu, maka pekarangan rumah dijual dan anak dari paman-pamannya yang akan mewarisi harta tersebut, termasuk ayah saya. Mbah Kamsir memaparkan bahwa tanah tersebut terjual dengan nilai 800 juta rupiah, kemudian dibagi-bagi kepada 6 kepala keluarga. Dari enam kepala keluarga ini lalu dibagi-bagikan kepada sauadara-saudaranya. Kata saya dalam hati, oalah inilah yang dimaksud rejeki itu. Dan kesepakatan keluarga yang 10 persen disalurkan sebagai jariah di masjid-masjid atau mushalla-mushalla.

Usai membagi-bagikan uang pada 6 kepala keluarga, lalu dilanjutkan dengan acara ramah tamah makan bersama. Sambil makan buah-buahan, Mbah Kamsir lalu memberi lembaran yang bertuliskan anak-anak dari Mbah Munawwar Wonodadi, Blitar kepada saya. Ya, saya baru kali ini mengetahui anak dari mbah buyut saya yang bernama Mbah Munawwar Wonodadi. Kata Mbah Kamsir pula bahwa makam-makam Mbah Munawwar Wonodadi dan anak-anaknya konon sudah dia tandai dengan batu nisan yang baru. Sehingga apabila ingin ziarah ke makam Mbah Munawwar bisa lebih mudah. Adapun anak-anak Mbah Munawwar Wonodadi ada 7 orang, di antaranya:

1.    Mbah Abdullah Syahid, beliau bermukim di Pikatan, Wonodadi, Blitar, hingga menurunkan cucu dan cicit di sana.
2.    Mbah Kayudi, berada di Wonodadi, Blitar. Konon beliau ini sudah wafat dan masih perjaka.
3.    Mbah Thohir, (suami dari Nyai Artijah Kerjen binti Nyai Tsamaniyah Kerjen binti Mbah Kyai Muhammad Asrori, pendiri Masjid Jami Al-Asrar di  Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar). Beliau ini merupakan kakek saya dari pihak ayah.
4.    Mbah Sarini, beliau berada di Judeg, Srikaton, hingga beranak cucu dan cicit di tempat tersebut.
5.    Mbah Siras, beliau berada di Rejosari hingga beranak cucu dan cicit di tempat tersebut.
6.    Mbah Mini, beliau berada di Tawangrejo hingga beranak cucu dan cicit di tempat tersebut.
7.    Mbah Slamet Abdul Basyar, beliau berada di Wonodadi dan merupakan ayah dari Mbah Sufyan (Supiyan) yang meninggal dunia sebagaimana di sebutkan di atas.
(Lembaran catatan anak-anak Mbah Munawwar Wonodadi, Blitar, yang saya peroleh dari Mbah Kamsir, Kerjen, Srengat, Blitar).

Ya, benar, baru kali ini saya mengetahui saudara-saudara kakek saya dari pihak ayah yang berada di Wonodadi, Blitar. Sebegitu pentingkah mengetahui silsilah nasab keluarga, anak-anak dari saudara-saudara kakek saya, ah saya sendiri kurang tahu. Dalam hal ini, Kang Mad yang berasal dari Kerjen dan masih misanan atau sepupu saya berkeinginan mengadakan reuni keluarga Mbah Munawwar Wonodadi. Ya, mudah-mudahan apa yang dicita-citakan Kang Mad dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Saya hanya bisa berdoa kebaikan Kang Mad yang dalam bahasa Jawa “nduwe tujuan ngumpulne balung pisah” (memiliki tujuan mengumpulkan saudara atau kerabat yang terpisah-pisah karena kondisi) walau mungkin hanya dalam reuni tahunan.

Akhir kata, hanya sampai di sini catatan harian (cahar) saya kali ini. Teriring doa “rabbii zidnii ilma’, Ya Allah tambahkan padaku ilmu pengetahuan. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkahi anak cucu dan keturunan Mbah Munawwar Wonodadi serta semua makhluk hidup di dunia. Kalau meminjam doa pengharapan Buddhis, “sabbe satta bhavantu sukhitata” (semoga semua makhluk hidup berbahagia). Kata Mas Wandoyo, Tlogo, Kanigoro, Blitar, bahwa kita ini makhluk hidup dan di luar diri kita juga banyak makhluk hidup. Dengan berdoa demikian, kita sebenarnya mendoakan diri kita sendiri dan makhluk hidup lainnya.

“I will never waste time by looking back”
(Saya tidak akan membuang kesempatan dengan melihat ke belakang)
Sluman, slumun, slamet.

 
Pertemuan di rumah Mbah Kamsir Kerjen, Srengat, Blitar

Pertemuan di rumah Mbah Kamsir Kerjen, Srengat, Blitar

Pertemuan di rumah Mbah Kamsir Kerjen, Srengat, Blitar


Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, pria yang kakek buyut dari pihak ayah berasal dari Wonodadi ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan, RT. 03 RW 09, Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. HP. 085649706399.

1 komentar:

  1. saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m

    BalasHapus