Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Tulis
apapun yang bisa Anda tulis, siapa tahu bermanfaat.”
(Anonim)
Pada
hari Jumat pertengahan bulan Agustus saya ditelfon oleh Irfan anak Mbah Kamsir,
misanan saya yang berada di Kerjen, Srengat, Blitar. Yakni, misanan atau sepupu
dari pihak ayah saya. Kata Irfan: “Mas
Arif, sesok malam Minggu sampeyan ning Kerjen karo ibuk sampeyan ya?.” (Mas
Arif, besok kamu silahkan ke Kerjen sama ibu kamu ya?). Jawabku: “Ana apa?.” (Ada apa?). Kata Irfan: “Wis too penting. Ono rejeki iki arep bagi-bagi rejeki.” (Sudahlah, pokoknya penting. Ada rejeki ini
dan mau bagi-bagi rejeki). Kataku: “Rejeki
apa?.” Jawab Irfan: “Wis too, pokok
entuk rejeki. Engko ngerti dewe.” (Sudahlah, pokok dapat rejeki. Nanti kamu
akan tahu sendiri). Saya tanya-tanya rejeki apa, dari mana, jawab Irfan ya
cumak itu-itu saja. Akhirnya, saya menyerah dan esok malam Minggu-nya pergi ke
rumah Mbah Kamsir, Kerjen, Srengat, Blitar, bersama ibu saya.
Sampai
di rumah Mbah Kamsir, saya masih bertanya-tanya. Namun jawab Irfan dan Mbah
Kamsir tetap seperti di atas. Kata Mbah Kamsir, “Wis too engko eruh dewe. Ki meng sirku ngumpulne keluarga lan kirim doa
leluhur Mbah Munawwar Wonodadi.” (Sudahlah, nanti tahu sendiri. Ini tadi
keinginan saya mengumpulkan keluarga dan mengirim doa kepada Mbah Munawwar
Wonodadi). Aduh, lagi-lagi saya harus menanti jawaban dari Irfan dan Mbah
Kamsir setelah semua keluarga wakil dari anak-anak Mbah Thohir, yakni putra ke-3 Mbah
Munawwar Wonodadi berkumpul semua. Hingga setelah shalat Isyak semua
keluarga perwakilan dari anak Mbah Thohir berkumpul semua. Lalu, Ustdaz
Mubaidillah yang masih misanan atau sepupu saya membuka acara dilanjutkan
bacaan zikir tahlil lengkap yang dikirimkan bil-khusus kepada Mbah Munawwar Wonodadi dan
anak-anaknya.
Usai
tahlil, Mbah Kamsir menjelaskan bahwa beliau dan Mas Widodo baru saya pertemuan
keluarga di Wonodadi, Blitar. Dalam pertemuan tersebut membahas tentang
kematian Mbah Sufyan (Supiyan) yang
baru saja meninggal dunia pada hari Jumat Pahing tanggal 5 Syawal 1435 H atau 1
Agustus 2014 M, yakni dua tahun yang lalu. Oleh karena Mbah Sufyan meninggal
dunia tidak meninggalkan saudara kandung, istri dan anak cucu, maka pekarangan
rumah dijual dan anak dari paman-pamannya yang akan mewarisi harta tersebut,
termasuk ayah saya. Mbah Kamsir memaparkan bahwa tanah tersebut terjual dengan
nilai 800 juta rupiah, kemudian dibagi-bagi kepada 6 kepala keluarga. Dari enam
kepala keluarga ini lalu dibagi-bagikan kepada sauadara-saudaranya. Kata saya
dalam hati, oalah inilah yang dimaksud rejeki itu. Dan kesepakatan keluarga
yang 10 persen disalurkan sebagai jariah di masjid-masjid atau
mushalla-mushalla.
Usai
membagi-bagikan uang pada 6 kepala keluarga, lalu dilanjutkan dengan acara
ramah tamah makan bersama. Sambil makan buah-buahan, Mbah Kamsir lalu memberi
lembaran yang bertuliskan anak-anak dari Mbah
Munawwar Wonodadi, Blitar kepada saya. Ya, saya baru kali ini mengetahui
anak dari mbah buyut saya yang bernama Mbah Munawwar Wonodadi. Kata Mbah Kamsir
pula bahwa makam-makam Mbah Munawwar Wonodadi dan anak-anaknya konon sudah dia
tandai dengan batu nisan yang baru. Sehingga apabila ingin ziarah ke makam Mbah
Munawwar bisa lebih mudah. Adapun anak-anak Mbah Munawwar Wonodadi ada 7 orang, di antaranya:
1.
Mbah
Abdullah Syahid, beliau bermukim di Pikatan, Wonodadi,
Blitar, hingga menurunkan cucu dan cicit di sana.
2.
Mbah
Kayudi, berada di Wonodadi, Blitar. Konon beliau ini sudah
wafat dan masih perjaka.
3.
Mbah
Thohir, (suami dari Nyai Artijah Kerjen binti Nyai Tsamaniyah Kerjen
binti Mbah Kyai Muhammad Asrori, pendiri Masjid
Jami Al-Asrar di Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar).
Beliau ini merupakan kakek saya dari pihak ayah.
4.
Mbah
Sarini, beliau berada di Judeg, Srikaton, hingga beranak cucu
dan cicit di tempat tersebut.
5.
Mbah
Siras, beliau berada di Rejosari hingga beranak cucu dan
cicit di tempat tersebut.
6.
Mbah
Mini,
beliau berada di Tawangrejo hingga beranak cucu dan cicit di tempat tersebut.
7.
Mbah
Slamet Abdul Basyar, beliau berada di Wonodadi dan merupakan
ayah dari Mbah Sufyan (Supiyan) yang
meninggal dunia sebagaimana di sebutkan di atas.
(Lembaran catatan anak-anak
Mbah Munawwar Wonodadi, Blitar, yang
saya peroleh dari Mbah Kamsir,
Kerjen, Srengat, Blitar).
Ya,
benar, baru kali ini saya mengetahui saudara-saudara kakek saya dari pihak ayah
yang berada di Wonodadi, Blitar. Sebegitu pentingkah mengetahui silsilah nasab
keluarga, anak-anak dari saudara-saudara kakek saya, ah saya sendiri kurang
tahu. Dalam hal ini, Kang Mad yang berasal dari Kerjen dan masih misanan atau
sepupu saya berkeinginan mengadakan reuni keluarga Mbah Munawwar Wonodadi. Ya,
mudah-mudahan apa yang dicita-citakan Kang Mad dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.
Saya hanya bisa berdoa kebaikan Kang Mad yang dalam bahasa Jawa “nduwe
tujuan ngumpulne balung pisah” (memiliki tujuan mengumpulkan saudara
atau kerabat yang terpisah-pisah karena kondisi) walau mungkin hanya dalam
reuni tahunan.
Akhir
kata, hanya sampai di sini catatan harian (cahar) saya kali ini. Teriring doa “rabbii
zidnii ilma’, Ya Allah tambahkan padaku ilmu pengetahuan. Semoga Tuhan
Yang Maha Kuasa selalu memberkahi anak cucu dan keturunan Mbah Munawwar
Wonodadi serta semua makhluk hidup di dunia. Kalau meminjam doa pengharapan
Buddhis, “sabbe satta bhavantu sukhitata” (semoga semua makhluk hidup
berbahagia). Kata Mas Wandoyo, Tlogo, Kanigoro, Blitar, bahwa kita ini makhluk
hidup dan di luar diri kita juga banyak makhluk hidup. Dengan berdoa demikian,
kita sebenarnya mendoakan diri kita sendiri dan makhluk hidup lainnya.
“I
will never waste time by looking back”
(Saya
tidak akan membuang kesempatan dengan melihat ke belakang)
Sluman,
slumun, slamet.
Pertemuan di rumah Mbah Kamsir Kerjen, Srengat, Blitar |
Pertemuan di rumah Mbah Kamsir Kerjen, Srengat, Blitar |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, pria yang kakek buyut dari pihak ayah
berasal dari Wonodadi ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan,
RT. 03 RW 09, Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. HP. 085649706399.
saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m
BalasHapus