Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Tulislah
apapun yang bisa anda tulis, siapa tahu bermanfaat”
(Anonim)
Saya
kenal Eyang Haji Soetomo Atmowidjojo pertama kali pada saat beliau baru saja
berziarah ke “Makam Auliya Mbrebesmili Santren”, Bedali, Purwokerto,
Srengat, Blitar, Jawa Timur. Beliau merupakan sesepuh wakil wirid Pirukunan
Purwa Ayu Mardi Utama (PAMU) yang didirikan oleh R.M. Djodjopernomo (Pangeran
Papak Natapraja) cucu Nyi Ageng Serang (pahlawan Nasional). Saat itu, Eyang
Haji Soetmomo Atmowijdojo berziarah ke makam tersebut rombongan bersama warga
PAMU. Di tempat tersebut beliau juga meninggalkan “Buku Anggaran Dhasar
Kaweruh Pranataning Kamanungsan”, yang kemudian saya foto copi dan hingga
akhirnya saya bisa kenal beberapa warga PAMU di Blitar, seperti: Eyang Marsudi
Tomo atau Mbah Yatiran (wakil wirid PAMU), Mbah Bejan atau Mbah Kasan Syuhadak,
Mbah Mujio, Mbah Romli, Mbah Jiat, dan lain sebagainya.
Ada
salah satu catatan Eyang Haji Soetomo Atmowidjojo yang pernah diberikan kepada
saya. Catatan tersebut berisi tentang ceramah agama Islam beliau usai shalat
Tarwih. Tulisan Eyang Haji Soetomo Atmowidjodjo tersebut berjudul “Sabar
dan Shalat Chusyu’ Penolong Cobaan/ Ujian Hidup.” Oleh karena sebagai
sebuah kenangan tersendiri bagi saya, maka catatan tersebut saya tulis ulang
pada artikel ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi saya, kaum muslimin-muslimat,
dan khususnya warga Pirukunan Purwa Ayu Mardi Utama (PAMU) di seluruh
Nusantara. Berikut tulisan Eyang Haji Soetomo Atmowidjojo yang dimaksud:
SABAR
DAN SHALAT YANG CHUSYU’ PENOLONG COBAAN/UJIAN HIDUP
As. Wr. Wb.
Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan
Anak-anak yang saya hormati, terlebih dahulu marilah kita mengucapkan syukur
Alhamdulillahi Robbil Alamin ke Hadirat Allah s.w.t., bahwa atas Rahmat, berkah
dan Hidayah-Nya kita masih diperkenankan-Nya ibadah shalat Isyak dan Tarwih
bersama dengan tulus dan ikhlas.
Bapak-pabak, Ibu-ibu, dan
Anak-anak yang saya hormati, marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan
kita yang pada saat-saat ini, seperti ini sangat diperlukan, di mana kita
bangsa Indonesia yang sebagian besar umat Islam ini, sedang menghadapi krisis
yang berkepanjangan; dan dalam krisis ini marilah kita hadapi dengan sabar dan
tawakal (iman dan takwa/ berjiwa besar) karena kita sadar bahwa itu merupakan
cobaan dan ujian hidup bagi bangsa kita yang harus kita hadapi bersama, dan
perlu kita ingat untuk menjadi seorang muslim/mukmin yang baik, tidak terlepas
sama sekali dengan adanya cobaan/ujian hidup.
Dalam hal ini kita ingat
pula pada firman Allah dalam surat Ankabut ayat 2 sebagai berikut: “Apakah
manusia mengira, bahwa mereka hanya dibiarkan saja (jika sudah) menyatakan:
Kami telah beriman, sedangkan mereka tidak akan diuji lagi.”
Sedangkan Firman Allah dalam
Surat Al-Baqarah ayat:
155: “Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang
sabar.”
156: “(Yaitu) orang-orang
yang ditimpa musibah mereka mengucapkan: Inna Lilahi Wa Inna Ilaihi Rajiuun
(Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.”
157: “Mereka itulah yang
mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan-Nya dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Selanjutnya dalam Firman
Allah Surat Al-Anfal (8): 28, berbunyi: “Dan ketahuilah bahwa harta dan anakmu
itu hanyalah sebagai cobaan, dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang
besar.”
Maka dengan segala cobaan
dan ujian hidup itu cara mengantisipasinya cukup dengan sikap sabar sebagai
landasan bertindak dengan keyakinan bahwa dengan melakukan shalat yang chusyu’
akan mendapatkan pertolongan Allah s.w.t. bahwa cobaan tersebut akan segera
berlalu.
Adapun hakekat kesabaran
menurut Surat Al-Baqarah (2) 45-46 sebagai berikut:
Ayat 45: “Jadikanlah sabar
dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sangat berat,
kecuali bagi orang-orang yang chusyu’.”
Ayat 46: “(Yaitu) orang
yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhan-Nya, dan bahwa mereka akan
kembali kepada-Nya.”
Sabar berarti menahan diri
ketika di timpa musibah yang tidak kita inginkan dengan perasaan rela dan
tawakal. Saat kita mendapat musibah yang ringan atau yang berat dengan mampu
menahan diri dengan perasaan tidak menyalahkan orang lain (mengadakan
introspeksi/mawas diri) apalagi perasaan menyalahkan Allah (menganggap Allah
tidak adil) atau menyalahkan takdir.
Bapak-bapak, Ibu-ibu dan
Anak-anak yang saya hormati,
Demikianlah yang dapat saya
sampaikan beberapa Firman Allah dari Kitab Suci Al-Qur’an yang saya petik
(kutip) arti/maknanya dalam bahasa Indonesia dan semoga atas rahmat, barokah
dan hidayah-Nya, kita dapat menghayati dan mengamalkannya dan apabila ada yang
kurang berkenan dalam hati mohon dimaafkan lahir/batin.
Amin Ya Rabbal alamin
Ws. Wr. Wb.
Pandanlaras: 31 Desember
1998
Penyaji
SOETOMO ATMOWIDJOJO
Demikianlah sebuah ceramah
dari Eyang Haji Soetomo Atmowidjojo yang saya peroleh dari beliau. Sebagai kenangan
dari beliau, maka saya tuliskan dalam artikel ini. Mudah-mudahan apa yang saya
dapatkan dari Eyang Haji Soetomo Atmowidjojo bermanfaat bagi saya di kehidupan
kini dan mendatang.
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing,
maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam
bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW.
09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh
Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki
Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean”
(karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mengkaji sejarah tokoh
yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar