Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
Kata
guru saya:
“Menulislah!
Sesederhana apapun tulisan itu.”
(Prof.
Dr. Syamsul Arifin, M.Si.)
Kira-kira
saya umur 5 tahun, pada waktu ayah saya menghantarkan ibu saya di Pasar Kulon
kota Blitar ada kisah yang perlu saya ceritakan. Ya, saat itu ketepatan di Kelenteng
Poo An Kiong kota Blitar yang berada dekat pasar, ada pertunjukan wayang
Tionghoa, apa namanya wayang itu saya lupa. Karena ketertarikan saya pada wayang tersebut,
saya kemudian meminta dan meronta-ronta kepada ayah agar menghantarkan saya
melihat pertunjukan wayang dalam kelenteng tersebut. Dalam kelenteng tersebut
banyak dipenuhi pernak-pernik warna merah. Saat itu, terlihat banyak pula orang-orang
melihat pertunjukan wayang tersebut. Tapi tentunya, tak sebanyak mereka yang
berjualan dan berbelanja di pasar yang berada di sebelah barat kelenteng
tersebut. Mungkin inilah sebagian yang bisa saya ingat waktu kecil ketika
pertama kali saya memasuki sebuah kelenteng Tionghoa.
Saya
kisahkan pula di sini, saat remaja hingga kini, saya juga beberapa kali melihat
wayang Tionghoa di kelenteng tersebut sembari berusaha memahami ceritanya.
Namun hingga saat ini saya gagal paham mengenai cerita wayang tersebut. Walaupun
berkali-kali melihat wayang Tionghoa di kelenteng tersebut, saya pun juga tidak
kenal siapa pengurus atau tokoh ulama dalam kelenteng tersebut. Ah, tak masalah
dengan hal tersebut. Bagi saya, yang terpenting adalah sudah melakukan belajar
dan belajar. Ya, belajar apa saja. Konon kata Nabi Muhammad saw: “Uthlubul
Ilma wa Lauu Bis Shiin”, artinya tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.
Walaupun saya belum bisa ke negeri Cina, semoga perjalanan saya menuntut ilmu
ke kelenteng Cina ini dicatat di sisi Allah swt sebagai perjalanan menuntut
ilmu ke negeri Cina. Amiin. Amiin. Ya Gusti Allah.
Hari
ini, di pertengahan Agustus 2016 saya berkesempatan berkunjung lagi ke
kelenteng “Poo An Kiong” yang berada di jantung kota Blitar tersebut.
Namun acara saya hari ini berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Hari ini saya
ingin lebih tahu banyak tentang tradisi “Tridharma” yang ada di
kelenteng tersebut, di antaranya: (1) Dharma Taoisme, dengan simbol yang biasa
digunakan pada Yin dan Yang; (2) Dharma Buddha tradisi Cina, dengan simbol
seperti simbol Nazi; dan (3) Dharma Khonghucu, dengan simbol sebuah Genta atau
Lonceng. Ya, ketepatan pas hari ini di kelenteng tersebut ada acara bazar
kebutuhan sehari-hari. Saya lalu membeli beras 5 kiloan dan Mie Goreng Ayam
Sedap 5 bungkus. Setelah itu, saya masuk kelenteng dan meminta informasi
berbagai tradisi yang ada di kelenteng tersebut. Saya juga meminta buku-buku
yang biasanya dibagikan secara gratis.
Dalam
petualangan saya mencari ilmu di kelenteng “Poo An Kiong” di jantung
kota Blitar tersebut, saya mendapatkan beberapa buku, di antaranya adalah “Kitab
Suci Thai Siang Lo Kun”, yang berisi tentang Too. Disebutkan dalam kitab
bahwa Aku berkata: “Too yang agung tiada rupa, justru menciptakan langit dan
bumi; Too yang agung tiada rasa, justru mengedarkan surya dan bulan; Too yang
agung juga tiada nama, justru terus-menerus memeliharakan segala makhluk.”
(Ching Cing Keng). Selain itu, saya juga mendapatkan ilmu baru salah satunya
tentang “Delapan Pengakuan Iman” agama Khonghucu, di antaranya: (1)
sepenuh iman percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) sepenuh iman menjunjung
tinggi kebaikan; (3) sepenuh iman menegakkan firman gemilang; (4) sepenuh iman
menyadari adanya nyawa dan roh; (5) sepenuh iman memupuk cita berbakti; (6)
sepenuh iman mengikuti genta rohani Nabi Khongcu; (7) sepenuh iman memuliakan
kitab Su Si; dan (8) sepenuh iman menempuh jalan suci.
Tak
jauh dari hal di atas, salah satu ciri khas ajaran Tridharma juga memasukkan
inti dari ajaran agama Buddha di dalamnya. Dalam Buddha, ada tiga perlindungan
yang hendak dilakukan setiap umatnya, yaitu: (1) Aku berlindung kepada Buddha;
(2) Aku berlindung kepada Dhamma; dan (3) Aku berlindung kepada Sangha. Namun
ketiga perlindungan tersebut bukanlah merupakan perlindungan secara aktif,
namun secara pasif. Sebab yang aktif untuk melindungi dirinya sendiri adalah
dirinya sendiri. Kata Sang Buddha: “Diri sendiri adalah pelindung dirinya
sendiri.” Dengan demikian, pikiran, uacapan, dan perbuatan diri kira
sendirilah yang bisa melindungi diri kita. Diri kitalah yang bisa menentukan
perlindungan terhadap diri kita. Demikianlah kiranya.
Mungkin
hanya sampai di sini dulu catatan harian saya kali ini. Akhirnya saya akhiri
dengan ungkapan bernafaskan agama Khonghucu berikut: “Hanya kebajikan Tuhan
Yang Maha Esa (Thian) berkenan dan memberkati, maka sepenuh iman menjunjung
kebaikan adalah hal yang sangat penting dalam hidup manusia, dan di sinilah
TUJUAN UTAMA AGAMA...” (Kitab Su King IV.iv.III.8). Mudah-mudahan tercipta
negara dan bangsa Indonesia yang damai, tenteram, dan bahagia. Mudah-mudahan
tercipta negara dan bangsa Indonesia yang berbhinneka tuggal ika, yakni
berbeda-beda agama, etnis, budaya, dan semacamnya, tetapi tetap satu tujuan
dalam cita-cita persatuan dan kesatuan. Amin. Amin. Ya Rabbal Alamin.
“The
Will springs the knowledge”
(Kemauan
menjadi sumber pengetahuan)
Semoga
welas asih Tuhan menebar ke seluruh alam semesta.
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Kelenteng Poo An Kiong di Jantung kota Blitar, Jawa Timur |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria yang memiliki hobi
perpetualang dalam samudra dan benua ilmu pengetahuan ini beralamatkan di Jl.
Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa
Timur. Pria yang kesehariannya belajar, mengajar, diskusi, mengaji, meneliti,
menulis, membaca, menyadari, mengamati, mewaspadai, dan berbagai pekerjaan lain
yang tak bisa dijelaskan tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m
BalasHapus