Rabu, 23 November 2016

BERKUNJUNG KE KELENTENG “POO AN KIONG” DI JANTUNG KOTA BLITAR, JAWA TIMUR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Kata guru saya:
“Menulislah! Sesederhana apapun tulisan itu.”
(Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si.)

Kira-kira saya umur 5 tahun, pada waktu ayah saya menghantarkan ibu saya di Pasar Kulon kota Blitar ada kisah yang perlu saya ceritakan. Ya, saat itu ketepatan di Kelenteng Poo An Kiong kota Blitar yang berada dekat pasar, ada pertunjukan wayang Tionghoa, apa namanya wayang itu saya lupa.  Karena ketertarikan saya pada wayang tersebut, saya kemudian meminta dan meronta-ronta kepada ayah agar menghantarkan saya melihat pertunjukan wayang dalam kelenteng tersebut. Dalam kelenteng tersebut banyak dipenuhi pernak-pernik warna merah. Saat itu, terlihat banyak pula orang-orang melihat pertunjukan wayang tersebut. Tapi tentunya, tak sebanyak mereka yang berjualan dan berbelanja di pasar yang berada di sebelah barat kelenteng tersebut. Mungkin inilah sebagian yang bisa saya ingat waktu kecil ketika pertama kali saya memasuki sebuah kelenteng Tionghoa.

Saya kisahkan pula di sini, saat remaja hingga kini, saya juga beberapa kali melihat wayang Tionghoa di kelenteng tersebut sembari berusaha memahami ceritanya. Namun hingga saat ini saya gagal paham mengenai cerita wayang tersebut. Walaupun berkali-kali melihat wayang Tionghoa di kelenteng tersebut, saya pun juga tidak kenal siapa pengurus atau tokoh ulama dalam kelenteng tersebut. Ah, tak masalah dengan hal tersebut. Bagi saya, yang terpenting adalah sudah melakukan belajar dan belajar. Ya, belajar apa saja. Konon kata Nabi Muhammad saw: “Uthlubul Ilma wa Lauu Bis Shiin”, artinya tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Walaupun saya belum bisa ke negeri Cina, semoga perjalanan saya menuntut ilmu ke kelenteng Cina ini dicatat di sisi Allah swt sebagai perjalanan menuntut ilmu ke negeri Cina. Amiin. Amiin. Ya Gusti Allah.

Hari ini, di pertengahan Agustus 2016 saya berkesempatan berkunjung lagi ke kelenteng “Poo An Kiong” yang berada di jantung kota Blitar tersebut. Namun acara saya hari ini berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Hari ini saya ingin lebih tahu banyak tentang tradisi “Tridharma” yang ada di kelenteng tersebut, di antaranya: (1) Dharma Taoisme, dengan simbol yang biasa digunakan pada Yin dan Yang; (2) Dharma Buddha tradisi Cina, dengan simbol seperti simbol Nazi; dan (3) Dharma Khonghucu, dengan simbol sebuah Genta atau Lonceng. Ya, ketepatan pas hari ini di kelenteng tersebut ada acara bazar kebutuhan sehari-hari. Saya lalu membeli beras 5 kiloan dan Mie Goreng Ayam Sedap 5 bungkus. Setelah itu, saya masuk kelenteng dan meminta informasi berbagai tradisi yang ada di kelenteng tersebut. Saya juga meminta buku-buku yang biasanya dibagikan secara gratis.

Dalam petualangan saya mencari ilmu di kelenteng “Poo An Kiong” di jantung kota Blitar tersebut, saya mendapatkan beberapa buku, di antaranya adalah “Kitab Suci Thai Siang Lo Kun”, yang berisi tentang Too. Disebutkan dalam kitab bahwa Aku berkata: “Too yang agung tiada rupa, justru menciptakan langit dan bumi; Too yang agung tiada rasa, justru mengedarkan surya dan bulan; Too yang agung juga tiada nama, justru terus-menerus memeliharakan segala makhluk.” (Ching Cing Keng). Selain itu, saya juga mendapatkan ilmu baru salah satunya tentang “Delapan Pengakuan Iman” agama Khonghucu, di antaranya: (1) sepenuh iman percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) sepenuh iman menjunjung tinggi kebaikan; (3) sepenuh iman menegakkan firman gemilang; (4) sepenuh iman menyadari adanya nyawa dan roh; (5) sepenuh iman memupuk cita berbakti; (6) sepenuh iman mengikuti genta rohani Nabi Khongcu; (7) sepenuh iman memuliakan kitab Su Si; dan (8) sepenuh iman menempuh jalan suci.

Tak jauh dari hal di atas, salah satu ciri khas ajaran Tridharma juga memasukkan inti dari ajaran agama Buddha di dalamnya. Dalam Buddha, ada tiga perlindungan yang hendak dilakukan setiap umatnya, yaitu: (1) Aku berlindung kepada Buddha; (2) Aku berlindung kepada Dhamma; dan (3) Aku berlindung kepada Sangha. Namun ketiga perlindungan tersebut bukanlah merupakan perlindungan secara aktif, namun secara pasif. Sebab yang aktif untuk melindungi dirinya sendiri adalah dirinya sendiri. Kata Sang Buddha: “Diri sendiri adalah pelindung dirinya sendiri.” Dengan demikian, pikiran, uacapan, dan perbuatan diri kira sendirilah yang bisa melindungi diri kita. Diri kitalah yang bisa menentukan perlindungan terhadap diri kita. Demikianlah kiranya.

Mungkin hanya sampai di sini dulu catatan harian saya kali ini. Akhirnya saya akhiri dengan ungkapan bernafaskan agama Khonghucu berikut: “Hanya kebajikan Tuhan Yang Maha Esa (Thian) berkenan dan memberkati, maka sepenuh iman menjunjung kebaikan adalah hal yang sangat penting dalam hidup manusia, dan di sinilah TUJUAN UTAMA AGAMA...” (Kitab Su King IV.iv.III.8). Mudah-mudahan tercipta negara dan bangsa Indonesia yang damai, tenteram, dan bahagia. Mudah-mudahan tercipta negara dan bangsa Indonesia yang berbhinneka tuggal ika, yakni berbeda-beda agama, etnis, budaya, dan semacamnya, tetapi tetap satu tujuan dalam cita-cita persatuan dan kesatuan. Amin. Amin. Ya Rabbal Alamin.

“The Will springs the knowledge”
(Kemauan menjadi sumber pengetahuan)

Semoga welas asih Tuhan menebar ke seluruh alam semesta.
“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Kelenteng Poo An Kiong di Jantung kota Blitar, Jawa Timur
 
Kelenteng Poo An Kiong di jantung Kota Blitar
 
Saat acara bazar di Kelenteng Poo An Kiong di Jantung Kota Blitar
 

Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang memiliki hobi perpetualang dalam samudra dan benua ilmu pengetahuan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang kesehariannya belajar, mengajar, diskusi, mengaji, meneliti, menulis, membaca, menyadari, mengamati, mewaspadai, dan berbagai pekerjaan lain yang tak bisa dijelaskan tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

1 komentar:

  1. saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m

    BalasHapus