Rabu, 09 November 2016

MENELUSURI KETOKOHAN MBAH KYAI MA’LUM DUSUN BANGSONGAN, DESA NGADIREJO, KECAMATAN KEPANJEN KIDUL, KOTA BLITAR

Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Kata guru saya:

Menulislah! Sesederhana apapun tulisan itu.”
(Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si)

Suatu hari, ketika saya sedang googling berbagai data sebagai bahan artikel di The Post Institute Jl. Muradi, No. 01 Kota Blitar, Mbah Jawoko kirim SMS kepada saya. SMS Mbah Jawoko tersebut berbunyi: “Gus, engko mahkuo yo?.” (Gus, nanti silahkan ke rumah saya ya?). Beberapa lama kemudian setelah meng-googling beberapa data, saya lalu membalas SMS tersebut: “Yo. Arep ning ngendi to?” (Iya, mau pergi kemana ta?). Jawab Mbah Jawoko: “Tak jak mubeng-mubeng ning desa elor nggonku, ning makame Mbah Kyai Ma’lum Bangsongan, petilasan Mbah Gadhung Melati Dayu, lan liya-liyane.” (Saya ajak jalan-jalan di sebuah desa utara desa saya, menuju makam Mbah Kyai Ma’lum Bangsongan, petilasan Mbah Gadhung Melati Dayu, dan lain sebagainya). Jawabku: “Yo, entenono. Aku ijek ning The Post Institute. Tak marekne disik tugasku.” (Iya, kamu tunggu dulu. Saya masih di The Post Institute. Saya selesaikan dulu tugasku). Balas Mbah Jawoko: “ok.”

Sekitar pukul 11.30 WIB saya berangkat menuju rumah Mbah Jawoko yang berada di Jatimalang, Sentul, kota Blitar. Di rumah Mbah Jawoko, saya lalu ngobrol sebentar kemudian berwudhu dan melakukan shalat Dzuhur di mushallanya. Setelah shalat Dzuhur, saya dipersilahkan makan siang di dapur Mbah Jawoko. Hari ini, menu makan siang adalah nasi putih, sayur tahu, sayur pepaya, sayur tewel, dan lauk-pauk telur goreng. Saya makan siang dengan lahap. Tak lupa setelah makan siang, saya harus menelan obat flu bermerk Sana Flu, sebab saat itu saya mulai terkena flu pilek. Setelah menelan obat flu merk di atas, tak terasa beberapa menit kemudian, hidung saya yang sejak dari The Post Institute sempat mbeler segera mampet, tidak mbeler lagi. Dalam hati saya ucapkan ‘Puji Tuhan, Puji Tuhan, Puji Tuhan. Alhamdulillahi Rabbil Alamin.”

Usai ritual makan siang, shalat Dzuhur, dan menelan obat flu, saya dan Mbah Jawoko kemudian berangkat menuju tempat yang sudah direncanakan. (Ya, saya perlu menyebutkan makan siang juga sebagai ritual wajib saya dalam sehari-hari). Dalam perjalanan tersebut Mbah Jawoko bercerita bahwa orang yang mbabat dusun Bangsongan, desa Ngadirejo, kecamatan Kepanjen Kidul, kota Blitar itu ada dua, yaitu: (1) Dusun Bangsongan bagian Selatan dibabat oleh orang yang beraliran Islam-Jawa atau Kejawen. Konon makam tokoh ini berada di bawah pohon Beringin yang berada di tengah sawah. Mbah Jawoko sudah lupa siapa nama tokoh tersebut; (2) Dusun Bangsongan bagian Utara dibabat oleh tokoh santri yang bernama Mbah Kyai Ma’lum. Tokoh inilah yang sengaja saya ziarahi bersama Mbah Jawoko. Tokoh ini merupakan seorang ulama yang mbabat dusun Bangsongan bagian Utara dan mendirikan sebuah masjid yang hingga kini masih berdiri kokoh.

Sebenarnya, kepergian saya berziarah ke makam Mbah Kyai Maklum tersebut saya lakukan sesudah kepulangan saya dari ziarah makam leluhurnya Mbah Jawoko yang berada di pemakaman umum desa Dayu. Begitu pula, perjalanan saya tersebut saya lakukan setelah perjalanan saya bersama Mbah Jawoko di petilasan Mbah Gadhung Melati yang area-nya sudah menjadi mushalla atau langgar warga dusun Dayu. Ah, perjalanan yang menyenangkan, meletihkan. Tampak dalam areal makam Mbah Kyai Ma’lum di dusun Bangsongan, desa Ngadirejo, kecamatan Kepanjen Kidul, kota Blitar tersebut saya tidak menemukan seseorang tokoh dusun atau juru kunci yang dapat saya mintai informasi tentang ketokohan Mbah Kyai Ma’lum tersebut. Akhirnya, saya hanya bisa memotret makam kyai tersebut serta papan nama menuju makam Mbah Kyai Ma’lum yang dipasang di pinggir jalan dusun Bangsongan, tepatnya berada di utara masjid dusun tersebut.

Terkait dengan ketokohan Mbah Kyai Ma’lum tersebut saya tidak bisa berkomentar banyak karena memang tak ada informan yang dapat saya temui. Dengan demikian pada akhirnya, sampai disini dulu catatan harian (cahar) saya kali ini. Dengan iringan doa, “Mudah-mudahan semua warga dusun Bangsongan, desa Ngadirejo, kecamatan Kepanjen Kidul, kota Blitar selalu diberi kebahagiaan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melimpahkan rezeki yang berlimpah dan berkah kepada semua warga dusun Bangsongan. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pemberi Berkah selalu memberkahi perjalanan saya mulai awal hingga akhir nantinya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Penyayang memberikan kebahagiaan dan kesuksesan kepada saya, keluarga saya, anak cucu saya, dan semua makhluk Tuhan seluruh dunia.” Amin, amin, amin. Ya Rabbal Alamin.

“Time is priceless than gold”
(Waktu itu lebih mahal daripada emas)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

 
Papan nama menuju makam Mbah Kyai Ma'lum Bangsongan
 
Areal makam Mbah Kyai Ma'lum Bangsongan


Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing, maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean” (karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mempelajari sejarah kisah tokoh yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

2 komentar:

  1. saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m

    BalasHapus
  2. Terimakasih atas informasinya,semoga bermanfaat,dan mkn bisa di tambah dengan keterangan yg lain,tksh

    BalasHapus