Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
Kata
guru saya:
“Menulislah! sesederhana apapun tulisan itu.”
(Prof.
Dr. Syamsul Arifin, M.Si.)
Hari
ini saya diajak Mbah Jawoko menelusuri makam seorang tokoh yang bernama Mbah Kyai Raden Imam Sejati di dusun
Banjarejo, desa Bangsri, kecamatan Nglegok, kabupaten Blitar. Mbah Jawoko
mengatakan bahwa Mbah Kyai Raden Imam Sejati zaman dulu mendirikan sebuah
rumah, masjid, dan pesantren berada di sekitar makam beliau yang sekarang
dipelihara oleh sebagian warga. Lanjut Mbah Jawoko bahwa banyak sekali para
kyai di seputar kota dan kabupaten Blitar yang juga berziarah di makam Mbah Kyai Raden Imam Sejati tersebut. Konon
ada banyak pula paranormal di seputar kota dan kabupaten Blitar yang berziarah
ke makam tokoh ini. Saya juga tidak bertanya kepada Mbah Jawoko untuk apa para
kyai dan paranormal itu berziarah ke makam tokoh tersebut.
Bagi
saya, ziarah ke makam para tokoh cikal-bakal bukan untuk berbuat musyrik
syirik. Walau mungkin ada yang berbuat demikian. Dalam melakukan ziarah ke
makam-makam kuno, saya hanya ingin mengkaji dan mempelajari rekam jejak tokoh
yang telah dimakamkan tersebut. Bahkan dalam pribadi saya sendiri, tak ada yang
namanya tawasul dan minta berkah kepada tokoh yang sudah wafat. Walaupun
mungkin ada istilah “tawasul”, akan
tetapi dengan makna tanda petik. Ah, lagi-lagi harus mengkaji tawasul kepada
tokoh kuno, tentu saja hanya perbuatan saya pribadi sendiri yang harus saya
pertanggungjawabkan kepada Tuhan, bukan meminta bantuan kepada para wali supaya
dia memintakan ampun dosa-dosa saya kepada Tuhan atau supaya memintakan hajat
dunia saya kepada-Nya. Aduh, mohon maaf, saya harus ngelantur sebentar agar
tidak terlalu mengagungkan dan mengkeramatkan kuburan para wali dan tokoh-tokoh
yang dianggap keramat.
Kembali
mengenai kajian tentang makam Mbah Kyai
Raden Imam Sejati di atas. Perlu diketahui bahwa lokasi makam Mbah Kyai
Raden Imam Sejati yang terletak di dekat sumber air (mbelik: bahasa Jawa), sungai, sawah dan dikelilingi pohon yang
rindang membuat suasana di sekitar makam terasa sejuk sekali. Kata Mbah Jawoko:
“Gus, aura makame Mbah Imam Sejati puenak
lan alus yo?.” (Gus, aura makam Mbah Imam Sejati enak dan halus ya?).
Jawabku: “Iyo, penak jane hawane kene.
Adem cedek mbelik, kali, sawah yang semilir. Sayange seputar makame nggak
dirawat apik lan resik.” (Iya, enak sebenarnya udara di sini. Sejuk karena
dekat dengan sumber air, sungai, sawah yang semilir anginnya. Sayangnya, sekitar
makam tersebut tidak dirawat dengan baik dan bersih).
Saat
saya dan Mbah Jawoko berada dalam lokasi makam Mbah Kyai Raden Imam Sejati di dusun Banjarejo, desa Bangsri,
kecamatan Nglegok, kabupaten Blitar tampak beberapa batu bata yang besar-besar
sebagaiamana batu-bata model kuno. Di tempat tersebut, juga tampak beberapa
kayu yang konon ceritanya merupakan bekas beberapa bangunan rumah, masjid, dan
pesantren Mbah Kyai Raden Imam Sejati. Dalam batin saya, sebenarnya kalau
tempat di seputar lokasi makam Mbah Kyai
Raden Imam Sejati itu dirawat dengan baik akan tampak indah dan menyejukkan
sekali, serta sangat nyaman dipakai sebagai tempat spiritual. Aduh, masih
membatin yang tidak-tidak. Maafkan hamba-Mu Tuhanku. Sak estu, sak-estu, saya
minta maaf kepada-Mu, oh Tuhanku.
Cerita
lain sewaktu di areal makam Mbah Kyai
Raden Imam Sejati adalah sebenarnya saya ingin bertanya-tanya kepada
sesepuh atau juru kunci yang merawat makam tokoh ini. Namun, hari ini saya
tidak bisa menemukan orang yang tepat yang bisa memberi informasi tentang
ketokohan Mbah Kyai Raden Imam Sejati.
Justru saya malah bertemu dengan seorang ibu yang berumur separoh abad yang
rumahnya dekat makam Mbah Kyai Raden Imam Sejati. Lalu saya bertanya kepada ibu
tersebut. Namun seorang ibu yang berumur separoh abad tersebut tidak
tahu-menahu tentang cerita ketokohan Mbah Kyai Raden Imam Sejati. Beliau
mengatakan bahwa yang tahu-menahu kisah Mbah Kyai Raden Imam Sejati adalah
ayahnya yang sudah meninggal dunia. Ayah ibu inilah yang sejak dahulu merawat
makam Mbah Kyai Raden Imam Sejati, yakni tokoh cikal-bakal dusun Banjarejo, desa
Gangsri, kecamatan Nglegok, kabupaten Blitar. Akhirnya, saya googling dan googling kemudian mendapatkan kisah Mbah Kyai Raden Imam Sejati sebagai berikut, tentu dengan analisa saya tidak semua data saya masukkan. Okee???
SEKILAS TENTANG MBAH KYAI RADEN IMAM SEJATI
Berdasarkan atas cerita
dari juru kunci makam (Bpk. Suparji) disebutkan bahwa Mbah Kyai Raden Imam
Sedjati/ Mbah Iman sedjati merupakan salah satu keturunan Paku Buwono ke II. Sri
Susuhunan Pakubuwana II (lahir: Kartasura, 1711 – wafat: Surakarta, 1749) adalah raja Kasunanan Kartasura yang memerintah tahun 1726 – 1742 dan menjadi raja
pertama Kasunanan Surakarta yang memerintah tahun 1745 – 1749. Karena adanya
persaingan perebutan kekuasaan maka Mbah Imam Sedjati menyingkir dari dunia
politik dan berhijrah ke dusun di daerah Blitar. Tepatnya di dsn. Banjarjo Desa
Bangsri Kec. Nglegok Kab. Blitar. (Lihat http://gozydlopez.blogspot.co.id/2011/10/pesarehan-makam-mbah-iman-sedjati.html).
PEMBANGUNAN
MAKAM MBAH KYAI RADEN IMAM SEJATI
Keberadaan makam Mbah Kyai
Raden Imam Sedjati jauh ada sebelum keberadaan Blitar sendiri (yakni, Kota Blitar saat pertama kali diperintah oleh Raden Ronggo Hadinegoro). Perlu diketahui, sebelum Raden Ronggo Hadinegoro itu, pemerintahan masih berada di SRENGAT, LODOYO, dan WLINGI. Dari cerita
masyarakat sekitar disebutkan bahwa ketika babat daerah Banjarjo makam Mbah Kyai
Raden Iman Sedjati sudah ada. Orang yang babat daerah Banjarejo kala itu adalah
ayah dari Mbah Suto, dan oleh ayah mbah Suto kemudian dilakukan perawatan
terhadap makam dan diberi cungkup dari kayu jati. Nama Banjarejo sendiri
berasal dari kata Banjar (tempat pertemuan) dan Reja (rame). Dikatakan banjar
(bahasa Jawa) yang berarti tempat berkumpul karena jauh sebelum dilakukan babat
daerah ini, makam Mbah Kyai Raden Iman Sedjati sering dipergunakan sebagai
tempat pertemuan para sesepuh dari berbagai penjuru daerah untuk membahas
berbagi permasalahan masyarakat pada masa itu.
Pada tahun 2010 cungkup
makam Mbah Kyai Raden Imam Sejati roboh, kemudian atas inisiatif Kepala Desa Bangsri, yakni Bpk.
Masyhud Thalhah, BA dan dibantu oleh juru kunci yakni Bpk. Suparji serta
dibantu oleh masyarakat sekitar secara gotong royong dilakukakn pembangunan
terhadap cungkup makam tersebut. Pembangunan makam sampai saat ini terus
dilakukan secara swadaya masyarakat karena makam tersebut disamping sebagai
salah satu peninggalan budaya juga karena sering digunakan masyarakat sekitar
untuk berziarah.
Makam Mbah Kyai Raden Iman
Sedjati merupakan salah satu peninggalan budaya yang harus dilestarikan. Baik
oleh pemerintah maupun oleh masyarakat pada umumnya. Keberadaan makam yang
kurang diperhatikan oleh pemerintah mungkin disebabkan karena belum
diketahuinya secara luas dikalangan masyarakat, lain halnya dengan keberadaan
makam Adipati Aryo Blitar maupun makam Syekh Subakir yang telah banyak dikenal
oleh masyarakat luas. (Lihat http://gozydlopez.blogspot.co.id/2011/10/pesarehan-makam-mbah-iman-sedjati.html
Usut punya usut, oleh karena saya tidak bisa bercerita banyak tentang ketokohan Mbah Kyai Raden Imam Sejati, mungkin hanya ini dulu catatan harian (cahar) saya kali ini. Dengan iringan doa, “Mudah-mudahan warga dusun Sumberejo, desa Gangsri, kecamatan Nglegok, kabupaten Blitar selalu mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pemberi Berkah senantiasa memberkahi perjalanan penelusuran saya ke berbagai tempat yang dianggap sebagian warga sebagai tempat keramat. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa memberi kekuatan kepada saya dalam kehidupan kini dan mendatang. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kebaikan kepada saya, kawan-kawan saya, keluarga saya, dan orang-orang berhubungan karma dengan saya.” Amin, amin, amin. Ya Rabbal Alamin.
“Try
and see, and yaou will be someone who knows”
(Cobalah
dan perhatikan, niscaya kau jadi orang yang tahu)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun selalu selamat sejahtera. Yakni selamat dalam
mengasuh jiwa pribadinya masing-masing)
Makam Mbah Kyai Raden Imam Sejati Banjarejo, Bangsri, Nglegok, Blitar |
Foto batu-bata berukuran besar bekas bangunan Mbah Kyai Raden Imam Sejati yang sekaligus dipakai untuk menandai makam beliau yang masih dipelihara sebagian warga Banjarejo, Bangsi, Nglegok, Blitar. |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing,
maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam
bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW.
09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh
Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki
Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean”
(karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mengkaji sejarah kisah
para tokoh yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m
BalasHapusTerimakasih atas ulasannya
BalasHapusSebagai orang jawa sing njawani.Wajib menghormati leluhur.terutama yg babat alas..Tanpa lelaku Beliau.kita nggak punya tempat tinggal yg layak spt Hari ini..maaf jangan dihubungkan dgn Agama..ini adalah Etika
BalasHapus