Kamis,
22 Desember 2016 di UMM Dome Theatre
Oleh:
Arif Muzayin Shofwan
“Tulislah
apapun yang bisa anda tulis, siapa tahu bermanfaat”
(Anonim)
Pada
hari Kamis, 15 Desember 2016, Mas Suherman dalam Group WA Tadarus JIMM 2016
memposting pengumuman adanya seminar nasional bertempat di UMM Dome Teartre. Ketepatan
saya tertarik dengan seminar tersebut. Kemudian kira-kira pukul 21.42 WIB hari
itu juga, saya daftar melalui WA kepada Mas Jamal (Contact Person) dalam acara
seminar tersebut. Pukul 23.47 WIB, Mas Jamal membalas “baik, njenengan dari
jurusan apa?”, dan saya jawab pada pukul 05.32 WIB dengan jawaban singkat
berikut “Pascasarjana PAI UMM.” Itulah kisahnya ketertarikan saya mengikuti
seminar nasional tersebut. Ada beberapa tema yang akan dikaji dalam seminar
tersebut, di antaranya:
1. Paradigma Baru Pembelajaran Kitab Gundul
oleh Dr. Abdul Haris, M.A.
2. Paradigma Baru Pengembangan Kurikulum Madrasah/ Sekolah
dan Perguruan Tinggi oleh Dr. Khozin, M.Si.
3. Fatwa dan Ideologi Indonesia: Studi tentang Tiga Lembaga
Fatwa dan Pengaruhnya di Era Pasca Orde Baru oleh Pradana Boy
ZTF, M.A (AS)., Ph.D.
4. Orientasi Baru Gerakan Islam Revivalistik Pasca Euforia
Reformasi di Indonesia oleh Dr. Moh. Nurhakim, M.Ag.
Sebagaimana
biasa, saya akan menuliskan secara “acak aduk” beberapa ilmu yang saya peroleh
di seminar tersebut, di antaranya: Dr. Abdul Haris, M.A., dalam seminar
tersebut menyatakan dalam makalahnya sebagai berikut:
1. Salah
satu tujuan pembelajaran bahasa Arab di PTAI adalah kemampuan membaca kitab
“gundul” (teks Arab tanpa harakat)
2. Hal
ini menjadi keniscayaan bagi calon sarjana agama Islam.
3. Untuk
itu, di beberapa PTAI ada materi khusus untuk mengajarkan ketrampilan tersebut.
4. Banyak
mahasiswa PTAI mengalami problem membaca teks Arab yang tidak berharakat. Penelitian
ini menunjukkan lulusan PTAI banyak yang belum mampu membaca teks Arab yang
tidak berharakat.
5. Problematika
muncul karena dua hal: kosa kata dan konsep gramatika Arab.
6. Diperlukan
ada penyederhanaan konsep gramatika untuk mempermudah membaca teks Arab tanpa
harakat.
Sementara
itu, dalam makalahnya, Dr. Khozin, M.Si., menyimpulkan beberapa hal, salah
satunya adalah kurikulum integrated atau intenconnected entities yang mulai
menjadi model pada sekolah/ madrasah dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
(PTKI) meniscayakan lulusan program studi PAI memiliki pengetahuan lintas
disiplin. Calon sarjana dan guru PAI di samping kuat dalam ilmu-ilmu agama,
ilmu-ilmu pendidikan, mesti juga kuat dalam kajian natural sciences dan social
sciences. Setidaknya Ilmu Alamiah Dasar (IBD) dan Ilmu Sosial Dasar (ISD) yang
merupakan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) mendapat perhatian yang memadai dalam
struktur kurikulum program studi. Dua mata kuliah ini hendaknya tidak dipandang
sebagai mata kuliah dari Kemendikbud (d/h) atau Kemendiktek Dikti sekarang,
tetapi mata kuliah ini semestinya dipahami sebagai mata kuliah yang akan
memberikan dasar-dasar integrasi pengetahuan yang dibutuhkan calon guru PAI di
sekolah/madrasah.
Sedangkan
Pradana Boy ZTF, M.A (AS)., Ph.D., yang meneliti tiga lembaga fatwa di
Indonesia, di antaranya: (1) Majelis Ulama Indonesia atau MUI; (2) Majelis
Tarjih Muhammadiyah; dan (3) Lajnah Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama atau LBM-NU
menyatakan bahwa sebuah fatwa dalam berbagai literatur boleh diikuti atau tidak
diikuti oleh umat Islam. Bahkan, dalam beberapa pendapat dinyatakan bahwa
seseorang boleh meminta fatwa kepada seorang ulama tentang masalah apa saja
serta boleh mengikuti seluruh atau sebagian yang difatwakan, maupun tidak
mengikuti sama sekali apa yang difatwakan ulama tersebut. Saya lupa siapa nama
ulama yang berpendapat demikian. Silahkan baca sendiri disertasi Pradana Boy
ZTF, M.A (AS)., Ph.D atau berdiskusi langsung dengan beliau.
Adapun
Dr. Moh. Nurhakim, M.Ag., dalam makalahnya menyimpulkan bahwa: Pertama,
gerakan-gerakan Islam revivalistik yang semula di awal masa reformasi lebih
banyak mengusung wacana formalisasi syariah, kini bergeser orientasinya kepada
agenda-agenda yang lebih substantif dan strategis. Di antara orientasi baru
yang dimaksud adalah: a) penguatan partisipasi politik dan integrasi nasional;
b) tuntutan keadilan sosial dan penguatan ekonomi umat; c) meneguhkan budaya
sendiri dan spiritualitas baru; dan d) modifikasi bentuk radikalisasi. Kedua,
pergeseran orientasi baru seperti ini konform dengan konteks sosial, dan
merupakan respons terhadap dinamika politik di Indonesia pascareformasi.
Pergeseran orientasi juga dapt dipahami oleh karena gerakan-gerakan manapun
jika ingin eksis di Indonesia yang majemuk dan berdinamika politik tinggi, maka
harus mampu beradaptasi dan memainkan peran strategis selain tetap menjaga misi
gerakan.
Demikianlah
secuplik ilmu yang saya peroleh dari seminar tersebut. Usai seminar saya lalu
menuju ke rumah adik saya Nikmatin Lana Farida, S.Pd.I (+ Muttaqin, M.Pd.I) di
Perumahan Alam Sari Malang dan menginap di sana. Pagi-pagi sekitar pukul 08.30
WIB, saya lalu kembali pulang ke Blitar. Sebelum sampai di Blitar, saya mampir
ke rumah Mas Aji Kesamben dan bertemu Mas Nurkholis, Mbak Eka, dan
saudara-saudara lainnya. Saya juga shalat Jum’at di Masjid Al-Iklhlas Kauman,
Kesamben, peninggalan Mbah Kyai Imam Syafaat (+ Nyai Woeryan). Tak lupa usai
jum’atan berziarah ke makam Sang Pendiri Masjid tersebut. Kemudian kembali ke
rumah Mas Aji dan berbincang-bincang dengan Mas Aji, Mbak Eka, Mas Kholis dan
foto bertiga. (Lihat foto dibawah).
Akhir
kata, mudah-mudahan Tuhan memberikan berkah kepada saya dalam menuntut ilmu di
seminar tersebut. Dan mudah-mudahan pula Tuhan Yang Maha Esa memberkahi
persahabatan kami berempat (Saya, Mas Aji, Mbak Eka, dan Mas Kholis). Semoga
saudara-saudara dan famili-famili di Kauman, Kesamben, Blitar diberi kekuatan
lahir dan bathin dalam menjalani kehidupan yang serba pakewuh ujian sana sini.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kebahagian yang tanpa kinaya
apa-apa. Amin, amin, amin, Ya Rabbal Alamin.
“Today’s
egg is better that the chicken of tomorrow”
(Telur
hari ini lebih baik daripada ayam esok hari)
“Sluman,
slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga
dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan.
Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)
Mas Aji, Mas Kholis, dan Saya |
Mas Aji, Mas Kholis, Saya |
Tentang
Penulis
Arif
Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing,
maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam
bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW.
09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh
Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki
Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean”
tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar