Minggu, 23 November 2014

SEJARAH SINGKAT MBAH KYAI MUHAMMAD ASRORI KEDUNGCANGKRING- SRENGAT-BLITAR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan
Pada tahun 1820 masehi, desa Pakisrejo kecamatan Srengat kabupaten Blitar masih berupa hutan pakis yang didalamnya ada sebuah “kedung” (telaga) yang besar dan diliputi “pohon cangkring”. Pada tahun tersebut, datanglah 14 (empat belas) orang dari keraton Mataram, Jawa Tengah yang dipimpin oleh Haji Syafii, dan termasuk didalamnya adalah Mbah Kyai Muhammad Asrori (yang berasal dari Kalangbret, Kauman, Tulungagung). Kurang lebih selama 40 tahun, empat belas orang tersebut membabat hutan pakis yang dimulai dari sebelah Timur. Ketepatan bagian Mbah Kyai Muhammad Asrori mendapatkan tugas membabat hutan sebelahnya Haji Syafii, dimana ditempat itu terdapat “kedung” (telaga) dan “pohon pakis”. Konon kedung tersebut dulu sebagai tempat minum untuk harimau-harimau.
Pada tahun 1840 masehi, Mbah Kyai Muhammad Asrori ditunjuk sebagai ulama atas saran Haji Syafii untuk memberikan pendidikan dan membina agama Islam di lingkungan tersebut. Atas kesepakatan dan saran dari empat belas orang tersebut, maka Mbah Kyai Muhammad Asrori mendirikan sebuah masjid dan pondok pesantren sebagai tempat beribadah dan sarana pendidikan agama Islam. Selanjutnya pada tahun 1860 masehi, maka kegiatan membabat hutan pakis tersebut sudah selesai, dan pada waktu itu kurang lebih jumlah penduduk di desa tersebut ada lima puluh orang. Pada masa-masa berikutnya, maka penduduk desa tersebut makin banyak dan berkembang, karena juga ada banyak pendatang yang memilih desa tersebut sebagai kediaman mereka.
Karena perkembangan tersebut, maka atas kebijakan Haji Syafii, ia menunjuk Mbah Irodikromo untuk menjadi kepala desa pada tahun 1860 masehi. Mbah Irodikromo tercatat sebagai “kepala desa pertama” di desa Pakisrejo, kecamatan Srengat, kabupaten Blitar. Pengangkatan kepala desa ini diperlukan untuk mengatur tata kehidupan masyarakat Pakisrejo yang semakin hari semakin banyak penduduknya. Selanjutnya, perlu diketahui bahwa santri di pondok pesantren yang didirikan Mbah Kyai Muhammad Asrori saat itu banyak yang berasal dari Solo, Trenggalek, Tulungagung, Ponorogo, dan lain-lainnya. Sementara dalam catatan yang ada, sebagai bukti para santri Mbah Kyai Muhammad Asrori yang masih menetap tinggal di Pakisrejo hingga sampai sekarang menurunkan cucu-cucu dan cicit-cicit diantaranya adalah; Mbah Haji Abdurrahman, Mbah Sholeh, Mbah Mat Kasan, Mbah Kartojo, dan lain-lainnya.
Perlu diketahui bahwa, sekitar tahun 1850 masehi, Mbah Kyai Muhammad Asrori menikah dengan seorang gadis yang bernama Nyai Haditsah (putra Kyai Muhammad Yunus, seorang yang menjabat sebagai penghulu di Srengat). Perlu diketahui pula bahwa Nyai Haditsah ini masih keturunan Kyai Raden Taklim (ayah dari Kyai Raden Muhammad Kasiman, pendiri Masjid Agung Kota Blitar). Dan perlu diketahui pula bahwa Kyai Raden Taklim merupakan kakak dari Kyai Raden Witono (Syaikh Hasan Ghozali) seorang kyai pendiri Masjid Tiban Istimrar yang berada di Kalangbret, Kauman, Tulungagung. Dalam pernikahannya, Mbah Kyai Muhammad Asrori dan Nyai Haditsah binti Muhammad Yunus mempunyai delapan putra-putri, yaitu:
1.      Nyai Hafidhah (Gempolkenceng, Srengat, Blitar)
2.      Nyai Murtosinah (Pikatan, Wonodadi, Blitar)
3.      Nyai Muntokinah (Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar)
4.      Kyai Abu Darda (Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar)
5.      Mbah Kasturi (Nglangkapan, Srengat, Blitar)
6.      Mbah Haji Romli (Pakisrejo, Srengat, Blitar)
7.      Nyai Turunsih (Nglangkapan, Srengat, Blitar)
8.      Nyai Tsamaniyah (Karangsono, Kerjen, Srengat, Blitar)
Dalam silsilah nasab keluarga, Mbah Kyai Muhammad Asrori adalah anak Mbah Kyai Muhammad Sya’ban (yang dimakamkan di Makam Auliya Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar). Mbah Kyai Muhammad Sya’ban adalah putra Mbah Kyai Ali Muntaha (Mbah Muntoho, yang menjadi cikal-bakal pendiri desa Jarakan, Gondang, Tulungagung). Mbah Kyai Ali Muntaha adalah putra Mbah Kyai Nur Rahmatullah (Mbah Kyai Gembrang Serang) yang dimakamkan dibelakang Masjid Tiban Istimrar, Kalangbret, Kauman, Tulungagung). Mbah Kyai Nur Rahmatullah adalah putra dari Mbah Kyai Raden Witono (Syaikh Hasan Ghozali, pendiri Masjid Tiban Istimrar tersebut diatas). Demikian sejarah singkat Mbah Kyai Muhammad Asrori sebagai pendiri “Masjid Al-Asror” dan “Pondok Pesantren Al-Asror” yang berada di Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar. Untuk info lebih jelas, bisa berhubungan langsung di:
Kantor Sekretariat:
1.      Pondok Pesantren & Masjid Al-Arsar
Kedungcangkring, Srengat, Blitar, Jawa Timur.
a/n Mas Browi HP. 085646480879.
2.      Makam Auliya Mbrebesmili Santren
Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar.
a/n. Bapak Bakri HP. 085852388855.
(Disarikan dari “Sejarah Singkat Mbah Kyai Asrori Pakisrejo Srengat Blitar” yang dikeluarkan oleh Panitia Haul Akbar Mbah Kyai Asrori tertanggal: Pakisrejo, 15 Juli 1984. Dalam haul tersebut dihadiri kurang lebih 1500 [seribu lima ratus] dzurriyyah/keturunan Mbah Kyai Asrori yang berasal dari Blitar, Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, Jombang, Kalimantan, Sumatra, Malaisyia, Singapura, dan lain-lainnya)