Senin, 31 Oktober 2016

GURU-GURU SAYA DI DUSUN SEKARDANGAN DAN SEKITARNYA



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

“Tulislah apapun yang ingin anda tulis!. Apapun bisa anda tulis!.
Tulis, tulis, tulis, dan tulis!.

Sewaktu senggang, sambil bincang-bincang ringan dengan kawan-kawan di kantor, lagi-lagi saya ingin menuliskan sesuatu yang tidak serius dalam hidup ini. Ya, tidak serius!. Betul tidak serius!. Sebab bila ingin menulis tulisan yang serius, maka saya harus baca-baca buku, semedi dan menggali teori-teori pakar yang sesuai pula.  Dengan prinsip, “tulislah apapun yang ingin anda tulis!. Apapun bisa anda tulis!”, kali ini, saya akan menuliskan beberapa guru-guru saya yang berada di dusun Sekardangan dan sekitarnya. Perlu diketahui bahwa dusun Sekardangan (termasuk dalam wilayah Papungan, Kanigoro, Blitar) merupakan tempat kelahiran saya. Oya, saya perkenalkan pula bahwa ayah saya bernama Mbah Tamam Thahir, sedangkan ibu saya bernama Siti Rofiah.
Tentu saja, saya tidak bisa menyebutkan semua guru-guru saya secara lengkap dan sempurna. Sebab pada hakekatnya, siapapun dan apapun bisa dijadikan guru dalam kehidupan ini. Saya bisa berguru kepada para pemuka agama yang bermacam-macam. Saya bisa berguru kepada tumbuh-tumbuhan yang sedang memancarkan aura kehijauan atau kering kerontang. Saya bisa berguru kepada patung-patung yang dianggap berhala oleh sebagian manusia. Saya bisa berguru kepada hewan-hewan liar seperti ular, singa, dan semacamnya. Saya bisa berguru dari rumput yang sedang bergoyang. Saya bisa belajar dari anak-anak kecil yang tertawa ringan tanpa beban. Saya bisa berguru kepada orang tua yang mengalami kesakitan pada tubuhnya. Saya bisa berguru pada anjing yang sedang menggonggong di luar sana. Dan lain sebagainya.
Dalam tulisan ini, saya akan memfokuskan menulis guru-guru saya yang merupakan kaum pesantren dan ikhlas mengajar pelajaran norma-norma dan nilai-nilai kehidupan di dusun kecil semacam Sekardangan. Dari mereka inilah saya belajar agama dan kehidupan. Dari mereka inilah saya belajar sopan santun, kitab-kitab kuning, amalan-amalan yang pernah diamalkan oleh ulama salaf yang shalih, dan semacamnya. Berikut merupakan nama-nama guru saya yang berada di dusun Sekardangan dan sekitarnya, khusus yang sudah mendiang (almarhum):
1.    Mbah Kyai Abbas Abdul Halim (Sekardangan, Kanigoro, Blitar).
Beliau merupakan putra dari Mbah Kyai Imam Fakih Sekardangan dan salah satu murid dari Mbah Kyai Dimyati, Baran, Selopuro, Blitar. Saya dulu belajar al-Qur’an kepada beliau ini sewaktu duduk di bangku SD/MI. Beliau sering memberi uang saku kepada saya. Saya juga sering “ngidek-idek” punggung beliau (apa ya bahasa Indonesia yang tepat untuk “ngidek-ngidek”?). Saya memperoleh amalan “Shalawat Nuridz Dzati” karya Syaikh Abul Hasan As-Syadzili iya berasal dari Mbah Kyai Abbas Abdul Halim ini.
2.    Mbah Kyai Imam Mahdi (Sekardangan, Kanigoro, Blitar)
Beliau merupakan pendiri amaliyah “Shalawat Dala’ilul Khairat” karya Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli. Beliau juga merupakan pengikut Tharikah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Saya juga pernah mendapatkan ijazah “Shalawat Munjiyat” karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dan “Shalawat Ridha” dari guru saya ini. Sewaktu beliau masih hidup, saya inilah yang biasa mencukur rambut beliau.
3.    Mbah Kyai Mahrus Yunus (Sekardangan, Kanigoro, Blitar)
Beliau merupakan ulama ahli hisab dan fikih berbagai madzhab. Beliau inilah yang mengijazahkan “Shalawat Nariyah” karya Syaikh Ibrahim At-Tazi kepada warga Sekardangan. Biasanya, sebelum membaca shalawat Nariyah sebanyak 4444x diawali dengan membaca ayat Kursi sebanyak 50x. Saya juga pernah diberi amalan shalat hajat oleh guru saya ini. Amalan shalat hajat itu masih saya simpan di buku catatan harian (cahar) saya. Saya juga pernah mendapatkan ijazah doa Kanzul Arsy dari guru saya ini.
4.    Mbah Kyai Zainuddin Dasuqi (Sekardangan, Kanigoro, Blitar)
Beliau merupakan adik nenek saya. Saya berguru berbagai kitab kuning terutama dalam bidang tasawuf kepada beliau. Beliau inilah yang sering mengajak saya ke berbagai makam ulama seperti Mbah Kyai Dimyati (Tremas, Pacitan), dan lain sebagainya. Beliau juga sering mengajak saya melakukan dzikir-dzikir yang sangat panjang.
5.    Mbah Kyai Hamzah (Sekardangan, Kanigoro, Blitar)
Ulama sering disebut-sebut KH. Marzuki Mustamar Malang sebagai gurunya ini juga merupakan guru saya dalam bidang fikih, ilmu alat, usul fikih, dan lain sebagainya. Saya sering diajak Mbah Kyai Hamzah mengisi pengajian di dusun-dusun sebelah. Kitab Risalatul Muawanah karya Habib Abdillah bin Alwi Al-Haddad merupakan kitab kesukaan guru saya yang satu ini.
6.    Mbah Kyai Nasruddin (Sekardangan, Kanigoro, Blitar)
Beliau merupakan salah satu pengikut tharikah Shalawat Wahidiyyah yang didirikan oleh Mbah Kyai Abdul Madjid Ma’roef, Kedunglo, Kediri. Saya banyak berguru ilmu tasawuf kepada Mbah Kyai Nasruddin, terutama dalam “Kitab Al-Hikam” karya Syaikh Ahmad bin Athoillah As-Sakandari dan khatam beberapa kali. Saya juga sering diajak beliau ke Kedunglo, Kediri.
7.    Mbah Kyai Muhtar Fauzi (Sekardangan, Kanigoro, Blitar)
Saya banyak belajar tentang hizib-hizib Auliya kepada Kyai Muhtar Fauzi ini. Ada hizib Bahri, Hizib Nasri, dan lain sebagainya yang merupakan karya Syaikh Abul Hasan As-Syadzili, pendiri tharikah Syadziliyyah. Guru saya yang satu ini kalau mengajar selalu sambil bergurau. Tak lupa, ia juga selalu “kedul-kedul” dengan rokok Tengwe-nya. Oya, beliau juga mengajari saya Shalawat Dalailul Khairat karya Syaikh Abu Abdillah Muhammad Bin Sulaiman al-Jazuli.
8.    Mbah Kyai Daiman (Tlogo, Kanigoro, Blitar)
Saya pertama kali berguru tentang ilmu tauhid yang agak mendalam kepada Mbah Kyai Daiman ini. Saya belajar “Kitab Nata’ijul Afkar” karya Mbah Kyai Muhammad Sholeh al-Kuningani kepada guru saya ini. Guru saya ini juga merupakan pengikut tharikah Shalawat Wahidiyyah yang pusatnya di Kedunglo, Kediri. Seberti kyai yang saya sebutkan pada nomor 7 di atas, Mbah Kyai Daiman kalau mengajar juga sambil “kedul-kedul” dengan rokok Tengwe-nya.
9.    Mbah Kyai Hafidz Syafii (Tlogo, Kanigoro, Blitar)
Saya belajar terutama “Kitab Ihya’ Ulumuddin” karya Imam al-Ghazali kepada guru saya ini. Beliau merupakan ulama ahli tasawuf yang mahir dengan kitab-kitab klasik. Di pesantren beliau, saya juga belajar berbagai ilmu alat seperti Nahwu Sharaf dan lain-lainnya.
10. Mbah Kyai Bakri (Pakel, Banggle, Kanigoro, Blitar)
Beliau merupakan adik nenek saya dari pihak ibu. Saya belajar terutama “Kitab Ta’limul Muta’allim” karya Az-Zarnuji dan lain sebagainya. Guru yang satu ini ketika mengajar juga sambil nyantai dengan “kedul-kedul” rokok Tengwe-nya. Tak berhenti kepada guru ini, saya juga sering berdiskusi dengan putranya yang bernama Nur Hayat Bakri dan Habib Ahmad. Ya, berdiskusi tentang berbagai hal mulai dari spiritual hingga lainnya.
11. Mbah Kyai Ali Amir (Gaprang, Kanigoro, Blitar)
Saya belajar berbagai shalawat ghairu ma’tsurah kepada Mbah Kyai Ali Amir ini. Beliau mengajari dan mengijazahi saya beberapa shalawat, di antaranya: Shalawat Dalailul Khairat, Shalawat Badawi Kubra, Shalawat Munjiyat, Shalawat Nariyah, dan lain sebagainya.
12. Mbah Kyai Ali Yasin (Gaprang, Kanigoro, Blitar)
Beliau merupakan adik dari Mbah Kyai Ali Amir. Saya banyak diijazahi amalan wirid oleh Mbah Kyai Ali Amir yang dia peroleh dari Mbah Kyai Nur Ali (Kebonsari, Garum, Blitar) dan Mbah Kyai Hadin Mahdi (mursyid tharikah Tijaniyyah Tingal, Garum, Blitar).
Mungkin hanya ini dulu catatan harian saya. Sebenarnya, banyak sekali para kyai yang menjadi guru saya yang tak bisa saya sebutkan di sini. Ada Mbah Kyai Mahrosin (mursyid tharikah Sathoriyyah Jajar, Selopuro, Blitar), Mbah Kyai Masykur Muhammad (mursyid tharikah Mahabbah Ishariyyah, Tawangsari, Garum, Blitar), Mbah Kyai Malak (Kebonsari, Garum, Blitar), Mbah Kyai Nur Ali (Kebonsari, Garum, Blitar), Mbah Kyai Imam Hambali Arifin (mursyid tunggal Dzikrul Ghofilin Pakisrejo, Srengat, Blitar), Mbah Kyai Roihan (Gempolkenceng, Wonorejo, Srengat, Blitar), dan lain sebagainya. Belum lagi, guru-guru saya dalam perkuliahan (baik di S1, S2, dan S3), guru saya dalam meditasi-meditasi Buddhis, yoga Hindu, meditasi Reiki Usui, reiki Tummo, reiki Kundalini, guru-guru saya berkeliling di petilasan-petilasan plus sadranan-sadranan cikal-bakal, dan lain sebagainya.
Semua guru saya memiliki kontribusi masing-masing bagi saya. Semoga semua guru saya, mulai saya lahir hingga saya mati nanti selalu mendapat kebahagiaan di kehidupan ini dan mendatang. Ya, semua guru apapun: guru di perkuliahan (S1, S2, dan S3); guru spiritualis dari berbagai macam tradisi; dan guru-guru kehidupan yang tak bisa saya sebutkan satu-persatu dalam tulisan catatan harian (cahar) ini. Oleh karena tulisan ini saya tulis sambil bincang-bincang atau di sela-sela ngobrol di kantor dengan kawan-kawan, kemungkinan banyak kekurangan di sana-sini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan maaf kepada saya dan yang membaca. Akhir kata, semoga selamat, selamat, selamat sampai tujuan.


“Selamat belajar menulis diriku sendiri!. Semoga diriku menjadi diriku sendiri!.”


Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, pria berbau polo kependem (cengkuk, uwi ulo, nggote, dan semacamnya), polo gumantung (kates, katak, timun, buncis, dan semacamnya) ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan, RT. 03 RW. 09, Papungan, Kanigoro, Blitar. HP. 085649706399.

Minggu, 30 Oktober 2016

NAPAK TILAS KETOKOHAN MBAH KYAI RADEN IMAM SOPINGI SANANWETAN KOTA BLITAR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

Saat senggang, saya diajak Mbah Kusumo, Ki Narko Sabdo, dan kawan-kawannya menelusuri sebuah makam yang berada di Jl. Punden, Sananwetan, Kota Blitar. Saya bertemu juru kunci dan masih keturunan dari makam tersebut. Nama juru kunci itu adalah Mbah Said. Saya bertanya panjang lebar mengenai nama tokoh yang dimakamkan di tempat tersebut. Mbah Said dengan senang hati menceritakan ketokohan sesepuh yang dimakamkan di bawah pohon Beringin dan berdekatan dengan sumber mata air serta sawah yang luas.
Mbah Said menerangkan bahwa tokoh yang dimakamkan di tempat tersebut bernama Mbah Kyai Raden Imam Sopingi yang nama aslinya adalah Raden Yudho Manggolo. Ada yang mengatakan pula nama asli beliau bernama Raden Kusumo Yudho. Mbah Kyai Raden Imam Sopingi (alias Raden Yudho Manggolo) merupakan salah seorang yang menjadi cikal-bakal Sananwetan, Kota Blitar. Lanjut Mbah Said, bahwa Mbah Kyai Raden Imam Sopingi (Raden Yudho Manggolo) dulu berasal dari Kerajaan Mataram Islam dan hijrah sampai di Sananwetan, Kota Blitar. Di tempat inilah kemudian hari beliau menjadi tokoh yang cikal-bakal serta menurunkan banyak keturunan di tempat tersebut.
Mbah Said menyatakan bahwa pada saat Sananwetan, kota Blitar masih berupa hamparan hutan yang sangat luas, Mbah Kyai Raden Imam Sopingi beserta para punggawanya yang berasal dari Kerajaan Mataram Islam kemudian membabat hutan di tempat tersebut. Konon, Mbah Kyai Raden Imam Sopingi (Raden Yudho Mangolo) membagi babatan hutan tersebut menjadi dua babatan digunakan untuk hal berikut: (1) perekonomian, yakni membabat hutan bagian Utara untuk persawahan guna sebagai perekonomian kala itu yang hanya mengandalkan garapan sawah; (2) pemukiman, yakni membabat hutan bagian Selatan yang digunakan sebagai tempat pemukiman atau perumahan.
Diceritakan bahwa pada saat akan membabat hutan yang berada di sebelah Timur (Wetan), ternyata ada banyak “Pohon Sono”-nya. Oleh karena banyak pohon Sono yang berada di sebelah Timur (Wetan), maka kemudian Mbah Kyai Raden Imam Sopingi (Raden Yudho Manggolo) memberi nama tempat tersebut dengan nama “Sananwetan”, yakni berasal dari kata “Sono” yang berada di bagian “Wetan” (Timur). Penamaan tempat tersebut menjadi “Sananwetan” juga disepakati oleh para cantrik dan punggawa yang ikut bedol desa di tempat tersebut.
Mbah Said juga menjelaskan bahwa nama “Kyai Raden Imam Sopingi” dipakai oleh tokoh yang bernama asli “Raden Yudho Manggolo” tersebut setelah beliau pulang dari menunaikan ibadah haji ke Makkah. Konon pula bahwa nama belakang “Manggolo” atau “Menggolo” merupakan nama Trah Manggolo-an yang berada di Mataram kala itu. Di daerah kabupaten dan kota Blitar terdiri terdapat beberapa nama tokoh cikal-bakal yang menggunakan nama “Manggolo”, akan tetapi saya tidak tahu apakah tokoh tersebut memiliki hubungan dengan Raden Yudho Manggolo (Mbah Kyai Raden Imam Sopingi) yang mbabat Sananwetan, kota Blitar tersebut. Di antara nama-nama tokoh yang ada nama “Manggolo”-nya antara lain:
1.   Raden Suro Manggolo, merupakan tokoh yang cikal bakal desa Sumberejo, Sanankulon, Blitar. Makam tokoh ini se-area dengan makam Mbah Kyai Toyyib Atmowijoyo (seorang guru makrifat desa Sumberejo, Sanankulon, Blitar). Konon Raden Suro Manggolo ini merupakan leluhur Mbah Kyai Toyyib tersebut.
2.   Raden Sutro Manggolo, atau lebih dikenal dengan nama Syaikh Abu Nangim Fathullah. Makamnya berada di Lodoyo, Blitar Selatan.

Sampai kisah ini saya tulis, saya masih berfikir-fikir siapakah tokoh-tokoh tersebut sebenarnya. Sambil berfikir, tentu kopi manis agak pahit harus tetap berada di samping saya. Sambil berfikir, sambil minum kopi manis semu pahit. Akhirnya, saya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, mudah-mudahan Sananwetan menjadi tempat yang nyaman, aman, tentram, dan keindahan lain bagi warganya. Semoga semua warga Sananwetan diberi keselamatan lahir batin oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sluman, slumun, slamet. Duh Gusti, Slameto leh ngemongi jiwo rogo.
Makam Mbah Kyai Raden Imam Sopingi (Raden Yudho Manggolo) di Jalan Punden, Sananwetan, kota Blitar

Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. HP. 085649706399.

Sabtu, 29 Oktober 2016

SEKELUMIT KETURUNAN KYAI SOEROREDJO KAUMAN KOTA BLITAR DARI GENERASI KE GENERASI



Oleh: Arif Muzayin Shofwan
Kyai Soeroredjo Kauman Kota Blitar
Telah diceritakan oleh beberapa sesepuh bahwa Kyai Soeroredjo yang dulu berada di Kauman Kota Blitar merupakan salah satu keturunan dari Sunan Tembayat yang makamnya berada di Gunung Jabalkat, Klaten, Jawa Tengah dan keturunan ke-4 dari Kyai Muhammad Yahya Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur. Dalam catatan silsilah “Panembahan Agung Sunan Tembayat” yang dipelihara oleh Yayasan Keluarga Besar Kyai Raden Muhammad Kasiman Kota Blitar disebutkan bahwa Kyai Raden Muhammad Yahya Tegalsari, Ponorogo merupakan adik dari Kyai Raden Muhammad Qosim (Eyang Kasiman) penghulu Srengat, Blitar. Disebutkan pula bahwa Kyai Raden Muhammad Yahya Tegalsari, Ponorogo memiliki beberapa putra, di antaranya;
1.    Kyai Nodjo, memiliki 10 putra-putri yaitu: (1) Kyai Kraton Mojokerto, (2) Kyai Abdullah, memiliki putra yaitu: Naib Nambangan dan cucu bernama Anom Besari; (3) Nyai Imam Tabri; (4) Kyai Sastrodiwiryo, memiliki tiga anak, yaitu Kyai Malikul Kasan naib Warujayeng, Kyai Kasanpuro naib Djogorogo-Ngawi, dan Kyai Romli Tanjungsari-Ngawi; (5) Kyai Kasan Rifai, memiliki putra bernama Kyai Raden Kasan Pawirodipuro Karang Gebang; (6) Kyai Kasan Ali Ngulomo, memiliki putra bernama Kyai Ronopuro; (7) Kyai Sengari; (8) Nyai Sapari; (9) Kyai Kanbar; dan (10) Kyai Faqih.
2.    Kyai Amir Kasim (penghulu Kertosono), memiliki beberapa putra-putri salah satunya adalah Kyai Ali Mustofa Kauman, Blitar. Selanjutnya Kyai Ali Mustofa Kauman, Blitar juga memiliki beberapa putra salah satunya adalah Nyai Hajjah Abdul Hadi (istri Kyai Haji Abdul Hadi). Adapun Nyai Hajjah Abdul Hadi memiliki lima putra yaitu: (1) Nyai Mursiyah; (2) Nyai Mursinah;  (3) Kyai Yakin; (4) Kyai Soeroredjo; dan (5) Kyai Marwah. Dari kelima putra Nyai Hajjah Abdul Hadi tersebut akan banyak mengkaji dan mengembangkan silsilah dari garis Kyai Soeroredjo Kauman, Blitar sebagaimana dalam judul tulisan buku kecil ini.
Keturunan Kyai Soeroredjo dari Jalur Nyai Asri
Telah dijelaskan bahwa Kyai Soeroredjo (+ Nyai Muntinah) Kauman Blitar memiliki dua orang anak dan keduanya perempuan. Catatan beberapa keturunan (dzuriyyah) Kyai Soeroredjo Kauman Blitar telah dikumpulkan oleh para pengurus keluarga besar tersebut. Pada saat buku ini ditulis, struktur kepengurusan Keluarga Besar Bani Kyai Soeroredjo Kauman Blitar adalah sebagai berikut:
1.      Koordinator: (1) Wahyono Iswinarko dan (2) Suharni
2.      Sekretaris: (1) Sri Endah Budi Utami, (2) Nunus Sulfiah, dan (3) Putu Ari Sudana
3.      Bendahara: (1) Sri Suharti dan (2) Suweti
Menurut catatan data yang dihimpun oleh para pengurus Keluarga Besar Bani Kyai Soeroredjo Kauman Blitar di atas, dapat dijelaskan bahwa dari putri pertama Kyai Soeroredjo (+ Nyai Muntinah) bernama Nyai Asri dan dinikahi oleh Kyai Ngaini memiliki delapan putra-putri. Kedelapan putra-putri Nyai Asri dan Kyai Ngaini yang merupakan cucu Kyai Soeroredjo adalah sebagai berikut:
1.      Kyai Harjo Kambali
2.      Kyai Ramelan
3.      Kyai Bajuri
4.      Kyai Soeradi
5.      Nyai Siti Romlah
6.      Nyai Romiyatun
7.      Nyai Siti Maryam
8.      Kyai Rohmad Kaeni
            Adapun keterangan keturunan dari kedelapan cucu Kyai Soeroredjo (+ Nyai Muntinah) dari jalur Nyai Asri (+ Kyai Ngaini) di atas hingga buku kecil ini ditulis dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Kyai Harjo Kambali (+ Nyai Siti Napsiah) memiliki beberapa anak, di antaranya:
1)      H. Didik Kamsudi (+ Hj. Sri Banun) memiliki anak:
1.      Henny Wulandari (+ Lukman Hakim) memiliki anak: (1) Hasan, (2) Bilal Annaufal Ababil, (3) Reisya Afika Ababil.
2.      Shofia C. (+ Taufiq Abdillah) memiliki anak: Jenahara Agnes Fiacha Abdillah
3.      Lisna Karomah Pertiwi
4.      Achmad Abri Setiawan
2)      Djanu Iswadi (+ Suliati) memiliki anak:
1.      Trisna Andriana Jati (+ Dian Sulistriyanto) memiliki anak: (1) Jasmin Sofia Azzahra Dianti, (2) Rafli Abqori Adrian Arafif
2.      Ela Musrifah Jati
3)      Hj. Elok Rahayu (+ H. Suwignyo) memiliki anak:
1.      Fuad Abidin
2.      Firmansah (+ Vika Advika) memiliki anak: Baim
4)      H. Edi Wicaksono (+ Hj. Nadirah Al-Katiri) memiliki anak:
1.      Arofie Wicaksono
2.      Nadia Fahlani Wicaksono (+ Lalu Ridho Adam Al-Qitari)
3.      Putri Megawati Wicaksono
5)      Agus Subagiyo (+ Baiq Nur Hayati) memiliki anak:
1.      Tias Karya Puasi Subagiyo (+ Ahmad Wahid Fauzi Atmaja) memiliki anak: Armand Maheswara Yoda Atmaja
2.      Okinata Cahya Subagiyo
3.      Tria Novita Permatasari Subagiyo
6)      Yusuf Wibisono (+ Sri Siswati) memiliki anak:
1.      Yusril Wibisono
2.      Esy Larasanti
3.      Julia Ayuning Wulan

2.      Kyai Ramelan (+ Nyai Hj. Sustingah) memiliki beberapa anak, di antaranya:
1)      Windarti (+ Purwanto) memiliki anak:
1.      Ami Nurul Sholekah (+ Yanmar Yunianto) memiliki anak: (1) Abimanyu, (2) Zifara
2.      Arif Wicaksono (+ Ayu)
2)      Heriyanto (+ Nurhayati) memiliki anak:
1.      Johannafa A. R.
2.      Ardy Saputro
3.      Aniska Hidayati
3)      Lulik Indriyati (+ Slamet Mudhofir) memiliki anak:
1.      Yusril Paramita
2.      Putri Aminatul
4)      Endang Setiawati (+ Eko Windu) memiliki anak:
1.      Ratih Windrawati (+ Yusufani) memiliki anak: (1) Lofara Khansa, (2) Nabila
2.      Risandiako
5)      Eni Setiawati (+ Bambang Purnama) memiliki anak:
1.      Yoga Aldia Anggocipta (+ Diyah) memiliki anak: Kenji
2.      Ifra Aldia Dolarosa
6)      Bambang Abdul Aziz (+ Tin Wahyudiati) memiliki anak:
1.      Nada Hasna Fadila
2.      Saka Lukman Abiyu
7)      Basuki Rahmat (+ Suyanti) memiliki anak: Yuda Uki
8)      Sri Wahyuni (+ Suparni) memiliki anak:
1.      Dian Eka Maya (+ Hartono) memiliki anak: Moch. Farel
2.      Mentari
9)      Sri Manfaati (+ Mujianto) memiliki anak:
1.      Tika Puspita Sari (+ Halim Pradana) memiliki anak: (1) Risqiyah, (2) Alfiah
2.      Okti Prasetia (+ Tiyas Istifadah) memiliki anak: (1) Oksavani, (2) Alfiah Ramadhani

3.      Kyai Bajuri (+ Nyai Suprihatin) memiliki anak:
1)      Dewi Sulistyowati (+ Dwiyono) memiliki anak:
1.      Putri Permatasari (+ Piet Van Kempen) memiliki anak: Alex Asraf Samudra
2.      Dani Prasetyo
2)      Nunus Sulfiyah (+ Kusdiansyah) memiliki anak:
1.      Deddy Aulia Triansyah (+ Nur Indah Sari) memiliki anak: (1) Rafky Adzka Firmansyah, (2) Rohana Qanita Sari
2.      Nana Aulia Sulfiyah (+ Alex Setio Utomo) memiliki anak: Farel Lexan Rahmansyah
3)      Moch. Sahid (+ Sudarlina) memiliki anak:
1.      Eko Ahmad Satrio (+ Meitta Sari)
2.      Yuliana Sahid
4)      Moh. Zamroni (+ Istiwi) memiliki anak:
1.      Moh. Putra Patria
2.      Daffa Dwi Andika
5)      Edy Yusuf (+ Wahyudiasih) memiliki anak:
1.      Figilya Brilianti
2.      Fadil Ataya Yusuf
6)      Yunus Setyawan (+ Andriani) memiliki anak:
1.      Dzaky Maulana Andrianus
2.      Shafira Ramadhani Andrianus
7)      Rohmad Hidayat

4.      Kyai Soeradi (+ Nyai Sribanun) memiliki anak:
1)      Suweti Sulistyawati (+ Maryoto) memiliki anak:
1.      Erika Marliawati (+ Anang Setiawan) memiliki anak: Azam Farrous Setiawan
2.      Triana Kartikawati
2)      Surya Dewi (+ Juma’i) memiliki anak:
1.      Hagi Hayu Siwi
2.      Jonata Prawira
3)      Iwan Santosa (+ Hajar Kurniati) memiliki anak:
1.      Sania Salsabila Mardita
2.      Govan Dwi Harsanto Nugroho
4)      Bambang Wiyono (+ Asmawati) memiliki anak:
1.      Revi Ravandi
2.      Shita Fabian Putra Wiyas
5)      Diah Asri (+ Singgih Ponco Widaryanto) memiliki anak:
1.      Tausta Andrianto
2.      Fabio Julyas Andrianto
6)      Maya Febriyanti
7)      Dina Agustina

5.      Nyai Siti Romlah (+ Kyai Mufadil) memiliki anak:
1)      Susiati (+ Gunawan) memiliki anak:
1.      Ahmad Bagus Pradana (+ Dina Puji Lestari) memiliki anak bernama: Tamara Najwa
2)      Ruwik Widayati (+ Sunardi) memiliki anak bernama: Rahmad Rufandi
3)      Miftahul Hidayat atau Sentot (+ Siti Kholifah) memiliki anak:
1.      Ardi Alfiansyah
2.      Fani Ficaksono
3.      Wulan Suci Rahmadanti
4.      Adini Rohmadona

6.      Nyai Siti Romiyatun (+ Kyai Ahmad Sastro Soedirjo) memiliki anak:
1)      Elice Ernawati (+ Padmono) memiliki anak:
1.      Elpha Pramudya Ikawati
2.      Elpha Indra Rukmana (+ Lilis Agustina) memiliki anak: Pratama Dipendra Rukmana
3.      Elpha Daniel Tricahyo
2)      Arief Setiawan (+ Wiwik Dwi Pangesti)
3)      Suci Relawati (+ Eko Siswoyo) memiliki anak:
1.      Prasetyo Haqqi Mochammad
2.      Moch. Ardhiyan Krisawan
4)      Anies Erawati (+ Kiswandi) memiliki anak:
1.      Rini (+ Ibnu Haris) memiliki anak bernama: Moch. Aisy Afrah
2.      Moch. Abdul Rochman Al-Kuswandi
3.      Viaty Fasa Husnah Al-Kuswandi
5)      Anita Iznul Wati (+ Munid Nur) memiliki anak:
1.      Nur Azimi Uluwi Achmad
2.      Nur Hisyam Muzadi Achmad
3.      Bunga Aulia Amanda

7.      Nyai Siti Maryam (+ Kyai Samsul Hadi) memiliki anak:
1)      Nurul Wahidah (+ Hamidan Mustofa) memiliki anak:
1.      Fadli Wildan F.
2.      Gilang Dzulfikri R.
3.      Hasbi Ahmad Azzami
2)      Haris Ahmad (+ Siti Kholisah) memiliki anak:
1.      Adam Rafli Al-Majid
2.      Fira

8.      Kyai Rohmad Kaeni (+ Siti Nur Aisiyah) memiliki beberapa anak, di antaranya:
1)      Diah Rosiani Handayu/ Ayu (+ Gatot Sudjarwo) memiliki anak:
1.      Gatria Imanda Diandara Kinanti
2.      Fiona Amalia Diandara Khinayah
3.      Andito Surya Maulana Prawiro
2)      Diah Rosita Hairani/ Ira (+ Khoirut Tauchit) memiliki anak bernama: Hasbi Maulana Tauchit
3)      Dani Ranu Jayadi/ Danu (+ Ira Susanti)
          Demikianlah beberapa keturunan Kyai Soeroredjo (+ Nyai Muntinah) Kauman Blitar dari putrinya yang pertama yakni Nyai Asri (+ Kyai Ngaini). Tentu saja, semua keturunan yang disebutkan di atas merupakan hasil kajian dari beberapa data yang diperoleh pada saat penulisan buku kecil ini dilakukan. Dengan demikian, keterbatasan buku kecil ini adalah akan mengesampingkan beberapa data para keturunan setelah buku ini dicetak atau diterbitkan. Berikutnya, buku kecil ini akan membahas pula beberapa keturunan (dzuriyyah) Kyai Soeroredjo (+ Nyai Muntinah) dari jalur putri nomor dua yang bernama Nyai Asmirah  dan dinikahi oleh Kyai Saeun
Keturunan Kyai Soeroredjo dari Jalur Nyai Asmirah
Adapun putri kedua Kyai Soeroredjo (+ Nyai Muntinah) yang bernama Nyai Asmirah dan dinikahi oleh Kyai Saeun memiliki lima anak yang semuanya perempuan, di antaranya:
1.      Nyai Kaminah
2.      Nyai Kamsiyah
3.      Nyai Sulastri
4.      Nyai Siti Fatokah
5.      Nyai Suratmi
Selanjutnya keterangan keturunan dari kelima cucu Kyai Soeroredjo (+ Nyai Muntinah) dari jalur Nyai Asmirah (+ Kyai Saeun) di atas hingga buku kecil ini ditulis dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Nyai Kaminah (+ Kyai Tulus) memiliki satu anak bernama Suyatin (+ Nyoman Sartika Yasa) dan berputra dua yaitu: (1) Putu Ari Sudana dan (2) Made Vedhayana.

2.      Nyai Kamsiyah (+ Kyai Kusen) memiliki tiga anak, yaitu:
1)      Suisman (+ Widhiarti) memiliki anak:
1.       Fitrianto Eko Umboro (+ Nurjaya) berputra: (1) Dimas Syadira Attarsyah; (2) Rizki Attarsyah.
2.       Nanang Susanto (+ Karmasih)
3.       Widia Susanti (+ Iwan Indra Kusuma)
2)      Isgono (+ Ana) memiliki anak bernama:
1.    Isdiana Putri (+ Agung Subekti) memiliki anak bernama: (1) Cantas; (2) Alliya.
3)      Pujiono (+ Ajeng Koestantina) memiliki anak:
1.      Maulana Galih Pratama (+ Eka Yuliani) memiliki anak bernama: Arjuna Ayubbi Al-Pratama
2.      Yulia Pandansari (+ Taufan Indra Prakasa) memiliki anak bernama: Alesana Roman Jericho
3.      Puput Ambarukmana
4)      Sudibyo (+ Adi Nur Irawati) memiliki anak:
1.      Dhebira Intan Sari (+ Ahmad Muchrotib) memiliki anak bernama: Ahmad Saka Wiratama
2.      Dhea Oktaviana
3.      Ageng Basid Pamungkas

3.      Nyai Sulastri (+ Kyai Suradi Hadi Soekanto) memiliki sembilan anak, yaitu:
1)      Suharni (+ Pranggono Sunu Waluyo) memiliki anak:
1.      Erna Tiyas Mininningrum (+ Punto Dwiyantoro) memiliki anak bernama: Aisyah Maritza Widyaningrum
2.      Ristin Wuryanningrum (+ Wahyu Tri Prasetyo) memiliki anak bernama: Almahyra Fatimah Yuristyaningrum
3.      Rizki Tri Asmoro
2)      Sri Suharti (+ Jektiono) memiliki anak:
1.      Eka Roswida Anggraini (+ Yokabus Ariyanto) memiliki anak: (1) Celaudyka Alifia Zahra, (2) Ghassani Shaynala Nandyka
2.      Citra Widi Ujiningari (+ Bobby Arya Sanjaya) memiliki anak bernama: Shanum Teresya Alyssaira
3.      Tyastiana Yustanti
3)      Suharibowo (+ Sunarmi) memiliki anak:
1.      Hendra Teguh Wijaya
2.      Ebta Afandi Setiawan
4)      Tutik Sulasmiati (+ Soni Laksono) memiliki anak bernama: Lucy Indriastuti
5)      Joko Suhariyono (+ Yuliati) memiliki anak:
1.      Jiwa Yusiana (+ Tedjo Novi Atmoko) memiliki anak: (1) Bilal Abdullah Jati, (2) Iqbal Abdullah Jati
2.      Jiwa Retno Dumilah (+ Rangga Tri Andika Prambacana)
3.      Jiwa Aji Saka Wijaya
4.      Jiwa Gaby Sahira Aninndya
6)      Nanik Wijayanti (+ Achmad Soebiyanto) memiliki anak:
1.      Edwin Wicaksono
2.      Sabrina Ayu Rismeidayanti
3.      Deta Achsa Wijaya
7)      Sri Endah Budi Utami (+ Wahyono Iswinarko) memiliki anak:
1.      Salmadina Putri Purnamasari
2.      Ramadhani Tedja Bagaskara
8)      Sulistyorini (+ Muhammad Ramadhan) memiliki putra bernama: Laode Muhammad Iqbal Ramadhan
9)      Yoyok Waluyo (+ Nur Hasanah) memiliki anak:
1.      Fayola Eka Dian Safira
2.      Fian

4.      Nyai Siti Fatokah (+ Kyai Adi Sudarmo) memiliki tiga anak yaitu:
1)      Adi Nur Anna (+ Didik Suhadi) memiliki anak:
1.      Rinda Agus Tiana (+ Agus Rubiyanto) memiliki anak: (1) Zafira Rashida Aliya Putri Rubiyanto, (2) Zahra Raisa Ammara Putri Rubiyanto
2.      Moch. Mawan Setiaji (+ Munawaroh)
3.      Diana Indriani (+ Teguh Adi Lukito) memiliki anak: (1) Khaira Izza Firtaninda, (2) M. Ramazian Secananda, (3) M. Gavirdan Tertiananda
2)      Krisno Adi (+ Diana) memiliki anak:
1.      Vita
2.      Lutfi
3.      Dilla
3)      Adi Nur Irawati (+ Sudibyo) memiliki anak:
1.      Dhebira Intan Sari (+ Ahmad Muchrotip) memiliki anak bernama: Ahmad Saka Wiratama
2.      Dhea Oktaviana
3.      Ageng Basid Pamungkas

5.      Nyai Suratmi Solo (+ Kyai Rusdi) memiliki tiga anak, yaitu:
1)      Bambang Wahyudi (+ Murti) memiliki anak:
1.      Gilang Wahyudi
2.      Bintang Wahyudi
2)      Dwi Wahyu Widodo (+ Nuriah Evi Kuswanti) memiliki anak:
1.      Mirza
2.      Rafi
3.      Cantya Kirana
3)      Palapa Yuli Wahyutriastuti (+ Mujianto) memiliki anak:
1.      Alya Shoofi Jayawardhani
2.      Kamila Yumna Tunggadewi
Demikianlah putra-putri dan keturunan Kyai Soeroredjo (+ Nyai Muntinah) Kauman, Blitar dari putrinya yang kedua yakni Nyai Asmirah (+ Kyai Saeun). Sehingga terasa telah cukup penulisan keturunan dari kedua putri Kyai Soeroredjo (+ Nyai Muntinah) Kauman, Blitar sebagaimana yang diuraikan di atas. Atau walau kemungkinan kurang bisa dianggap cukup atau lengkap, tentu saja menjadi sesuatu yang wajar dalam berbagai tulisan apapun.

Bersama Gus Putu Ari Sudana keturunan ke-5 dari Kyai Soeroredjo Kauman Blitar
 
Bersama Gus Hariyanto salah satu anggota pengurus di Yayasan Raden Mohammad Kasiman Blitar
Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, pria yang memiliki hobi membaca, menulis, dan menelusuri berbagai macam petilasan tersebut beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. HP. 085649706399.