Senin, 05 Desember 2016

PERSEBARAN KETURUNAN SUNAN TEMBAYAT DI BLITAR, KEDIRI, MALANG, PASURUAN, JOMBANG DAN LAIN SEBAGAINYA



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

“Tulislah apapun yang bisa anda tulis, siapa tahu bermanfaat.”
(Anonim)

Sunan Tembayat merupakan salah satu waliyullah tanah Jawa murid dari Sunan Kalijaga yang banyak mengajarkan makna "patembayatan" atau "pirukunan" terhadap semua elemen masyarakat tanpa memandang agama, suku, budaya, etnis, adat istiadat, aliran kepercayaan, aliran politik, aliran tharikah, dan semacamnya. Terdapat banyak keturunan Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) yang tersebar di berbagai daerah Blitar, Tulungagung, Nganjuk, Kediri, Malang, Pasuruan, Jombang, dan sekitarnya. Dikisahkan bahwa dalam areal “Makam Sentono Lodoyo” Blitar Selatan terdapat makam para keturunan Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) yang dimakamkan di tempat tersebut. Dalam beberapa catatan disebutkan bahwa Eyang Siddiq (Raden Ragil Siddiq) dan adiknya Raden Sutro Menggolo (Syaikh Abu Naim Fathullah/ Mbah Putih/ Mbah Singo Putih/ Mbah Keputih) yang makamnya berada di “Makam Sentono Lodoyo” Blitar Selatan merupakan keturunan ke-7 dari Sunan Tembayat. Berikut silsilah keduanya.

1.    Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi)
2.    Raden Ishaq Panembahan Jiwo
3.    Panembahan Minang Kabul Ing Tembayat
4.    Panembahan Masjid Wetan
5.    Pangeran Wuragil
6.    Raden Ragil Sedo Komuk
7.    Raden Ragil Siddiq dan Raden Sutro Menggolo (Syaikh Abu Naim Fathullah)

Tentu saja, tidak hanya kedua tokoh itu saja yang merupakan keturunan Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) dan dimakamkan di areal “Makam Sentono Lodoyo” Blitar Selatan. Sebab banyak para sesepuh yang menyatakan bahwa ada banyak keturunan (dzurriyyah) Sunan Tembayat yang dimakamkan di tempat tersebut. Dikisahkan bahwa Mbok Boinem (waliyullah wanita) dan Mbah Bontar (Kyai Kasan Besari) yang dimakamkan dalam areal “Makam Sentono Lodoyo” Blitar Selatan juga merupakan keturunan dari Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi), Klaten-Jawa Tengah.

Namun ada versi lain khusus silsilah nasab Mbah Bontar (Kyai Kasan Besari) yang makamnya berada dalam areal “Makam Sentono Lodoyo” Blitar Selatan tersebut. Yakni, sebuah silsilah nasab yang penulis dapatkan dari Saudara Asyauri Jakarta sebagai berikut:

1.    Nabi Muhammad SAW
2.    Sayyidah Fathimah Az-Zahra
3.    Al-Imam Sayyidina Husain
4.    Al-Imam Ali Zainal Abidin
5.    Al-Imam Muhammad Al Baqir
6.    Al-Imam Ja’far As-Sodiq
7.    Al-Imam Ali Uradhi .
8.    Al-Imam Muhammad An-Naqib .
9.    Al-Imam Isa Naqib Ar-Rumi
10. Al-Imam Ahmad al-Muhajir
11. Al-Imam Ubaidillah
12. Al-Imam Alawi Awwal
13. Al-Imam Muhammad Sohibus Saumi’ah
14. Al-Imam Alawi Ats-Tsani
15. Al-Imam Sayyid Ali Kholi’ Qosim
16. Al-Imam Muhammad Sohib Mirbath
17. Al-Imam Alawi Ammil Faqih
18. Al-Imam Abdul Malik Azmatkhan
19. As-Sayyid Abdullah Azmatkhan
20. As-Sayyid Ahmad Shah Jalal
21. As-Sayyid Asy-Syaikh Jumadil Kubro al-Husaini
22. As-Sayyid Maulana Ibrahim As-Samarqondi
23. As-Sayyid Rahmatullah (Sunan Ampel)
24. As-Sayyid Maulana Hamzah Lamongan
25. As-Sayyid Kalkum Wotgaleh
26. Panembahan Maulana Mas (Panembahan Kajoran)
27. Ratu Ayu Pajang (+ Sultan Benowo)
28. Ratu Dyah Banowati (+ Sultan Mas Jolang)
29. Sultan Agung Mataram
30. Pangeran Sayyidin (+ Raden Ayu Wetan)
31. Pangeran Puger (+ Ratu Mas Balitar)
32. Paduko Sinuwun Suryo Putro
33. Raden Mas Sandeyo (Kyai Nur Iman Mlangi)
34. Kyai Kasan Besari/ Kyai Hasan Bashori (Mbah Bontar)

Berdasarkan silsilah nasab tersebut, Kyai Kasan Besari banyak melahirkan beberapa keturunan yang berada di Plosokerep, kota Blitar. Adapun para keturunan Kyai Kasan Besari (Mbah Bontar) dari data yang penulis peroleh, di antaranya: Kyai Hasan Dani, Kyai Hasan Mukmin, Kyai Abdullah Yusuf, Kyai Ma’ruf, dan lain sebagainya. Jadi, pertemuan saudara di atas bertemu pada As-Sayyid Rahmatullah (Haji Bong Swi Ho/ Sunan Ampel) Surabaya.

Selain itu, KH. Raden Abdul Fattah pendiri Pondok Pesantren Menara Al-Fattah Mangunsari, Tulungagung juga merupakan keturunan ke-14 dari Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi atau Sayyid Ihsan Nawawi) jalur  Sayyid Sulaiman Al-Washil (Mbah Washil) Sentono Gedong Kediri. Begitu pula, KH. Abdul Khobir Sirodj penerus keberadaan pesantren tersebut yang merupakan keponakan KH. Raden Abdul Fattah, juga tercatat sebagai keturunan ke-15 dari Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi bin Maulana Hamzah bin Rahmatullah Sunan Ampel). Berikut silsilah nasab KH. Raden Abdul Fattah Mangunsari Tulungagung:

1.    Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi)
2.    Sayyid Hanafi Musa
3.    Sayyid Abdul Malik Karim
4.    Sayyid Zainuddin
5.    Sayyid Abu Bakar
6.    Sayyid Abdillah
7.    Sayyid Sulaiman Al-Washil (Mbah Washil) Sentono Gedong Kediri
8.    Sayyid Abdul Qadir
9.    Sayyid Abdurrahman
10. Sayyid Nur Hasyim
11. Sayyid Nur Miyat
12. Kyai Haji Sulaiman
13. Kyai Haji Hasan Tholabi
14. Syaikh KH. Raden Abdul Fattah

Sementara itu, KH. M. Mubasyir Mundzir (Gus Mundzir) pendiri Pondok Pesantren Ma’unah Sari, Bandar Kidul, Kediri, Jawa Timur juga tercatat sebagai keturunan ke-15 dari Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) jalur Sayyid Sulaiman Al-Washil (Mbah Washil) Sentono Gedong Kediri. Berikut silsilah KH. M. Mubasyir Mundzir yang dimaksud:

1.    Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi)
2.    Sayyid Hanafi Musa
3.    Sayyid Abdul Malik Karim
4.    Sayyid Zainuddin
5.    Sayyid Abu Bakar
6.    Sayyid Abdillah
7.    Sayyid Sulaiman Al-Washil (Mbah Washil) Sentono Gedong Kediri
8.    Sayyid Abdul Qadir
9.    Sayyid Abdurrahman
10. Sayyid Nur Hasyim
11. Sayyid Nur Miyat
12. Syaikh Karimun (Bagor, Nganjuk)
13. Nyai Suminah (Mangunsari, Nganjuk)
14. Nyai Musyrifah (istri Syaikh KH. M. Imam Bakri)
15. Syaikh KH. M. Mubasyir Mundzir

Tak jauh dari itu, KH. Abdul Madjid Ma’roef seorang tokoh pendiri Tharikah Wahidiyyah Kedunglo, Kediri, Jawa Timur, juga tercatat sebagai keturunan Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) jalur dari saudaranya Sayyid Sulaiman Al-Washil (Mbah Washil) yang makamnya berada di “Makam Sentono Gedong” Kediri-Jawa Timur. Tokoh semacam KH. Abdul Madjid Ma’roef telah diakui sebagai ahli tasawuf oleh berbagai kalangan. Beliau juga merupakan kawan seperjuangan KH. Hamim Djazuli (Pendiri Jantiko Mantab) dan KH. M. Mubasyir Mundzir dalam berdakwah Islam. Berikut merupakan silsilah nasab KH. Abdul Madjid Ma’roef Kedunglo, Kediri:

1.    Sunan Tembayat (Syaikh Hasan Nawawi)
2.    Syaikh Hanafi Musa
3.    Syaikh Abdullah Malik al-Karim
4.    Syaikh Zainuddin
5.    Syaikh Abdullah Musa
6.    Syaikh Abdurrahman
7.    Syaikh Syafii
8.    Syaikh Sholeh
9.    Syaikh Abdul Razzaq
10. Syaikh Syafii
11. Syaikh Abdul Madjid
12. Syaikh KH. Muhammad Ma’roef (pendiri Pondok Pesantren Kedunglo) Kediri
13. Syaikh KH. Abdul Madjid Ma’roef (pendiri Tharikah Wahidiyyah) Kedunglo, Kediri.

Dan perlu diketahui pula bahwa istri pertama Sayyid Sulaiman, Betek, Mojoagung, Jombang, Jawa Timur, juga merupakan keturunan Sunan Tembayat.  Istri pertama Sayyid Sulaiman merupakan putri dari Mbah Sholeh Sumendi, Winongan, Pasuruan. Berikut silsilah istri pertama Sayyid Sulaiman, Betek, Mojoagung, Jombang:

1.    Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi)
2.    Panembahan Jiwo Ing Tembayat
3.    Panembahan Minangkabul Ing Tembayat
4.    Panembahan Masjid Wetan Ing Tembayat
5.    Panembahan Sumendi I (Ing Tembayat)
6.    Mbah Sholeh Sumendi, Winongan, Pasuruan
7.    Nyai Sayyid Sulaiman I (istri pertama Sayyid Sulaiman, Betek, Mojoagung, Jombang)

Dari perkawinan Nyai Sayyid Sulaiman binti Mbah Sholeh Sumendi Winongan, Pasuruan dengan Sayyid Sulaiman yang makamnya berada di Betek, Mojoagung, Jombang tersebut memiliki dua putra, yaitu: (1) Kyai Ahmad Lebak, Winongan, Pasuruan; dan (2) Sayyid Hazam Malang. Sementara itu, dalam buku kecil ini tidak ada data dari putra-putri Sayyid Sulaiman Mojoagung, Jombang, dengan istri-istrinya yang lain. Konon, dari beberapa istri yang lainnya kemudian menurunkan KH. Muhammad Kholil Bangkalan, seorang waliyullah guru dari KH. Muhammad Hasyim Asyari (salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama) Tebuireng, Jombang.

Selain itu, perlu diketahui pula bahwa Sayyid Hasan Sanusi (Mbah Slagah) Pasuruan juga merupakan keturunan ke-9 dari Sunan Tembayat. Beliau merupakan canggah (keturunan keempat) dari Mbah Sholeh Sumendi, Winongan, Pasuruan, Jawa Timur. Berikut silsilah nasab Sayyid Hasan Sanusi (Mbah Slagah) Pasuruan:

1.    Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi)
2.    Panembahan Jiwo Ing Tembayat
3.    Panembahan Minangkabul Ing Tembayat
4.    Panembahan Masjid Wetan Ing Tembayat
5.    Panembahan Sumendi I (Ing Tembayat)
6.    Mbah Sholeh Sumendi (Winongan, Pasuruan)
7.    Mbah Kyai Sakaruddin
8.    Mbah Kyai Sa’ad
9.    Mbah Slagah (Sayyid Hasan Sanusi) Pasuruan

Selanjutnya, istri pertama Sayyid Arif Abdurrahim Segoropuro Rejoso, Pasuruan juga tercatat sebagai keturunan ke-7 dari Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi). Istri pertama Sayyid Arif Abdurrahim Segoropuro merupakan putri dari Mbah Sholeh Sumendi Winongan, Pasuruan, Jawa Timur. Berikut merupakan silsilah istri pertama Sayyid Arif Abdurrahim Segoropuro, Rejoso, Pasuruan:

1.    Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi)
2.    Panembahan Jiwo Ing Tembayat
3.    Panembahan Minangkabul Ing Tembayat
4.    Panembahan Masjid Wetan Ing Tembayat
5.    Panembahan Sumendi I (Ing Tembayat)
6.    Mbah Sholeh Sumendi (Winongan, Pasuruan)
7.    Nyai Arif Segoropuro (istri Sayyid Arif Abdurrahim) Segoropuro, Rejoso, Pasuruan

Dari perkawinan Nyai Sayyid Arif Abdurrahim Segoropuro, Rejoso, Pasuruan (istri pertama dari Sayyid Arif Abdurrahim Segoropuro) tersebut memiliki seorang anak bernama Sayyid Hasan Madinah yang berada di Bohar, Sepanjang, Sidoarjo. 

Tentu saja, masih banyak lagi persebaran keturunan Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) di berbagai daerah lainnya. Hal tersebut bisa dipelajari dari buku berjudul “Ranji Walisongo Jilid IV: Mengungkap Fakta, Meluruskan Sejarah” yang ditulis oleh Raden Ayu Linawati Djojodiningrat dan Gus Angin atau buku-buku lain yang ditulis oleh para peneliti dengan beragam gaya dan versi masing-masing.

Dan perlu diketahui bahwa para keturunan Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) memiliki keragaman kultur berbeda antara yang satu dan lainnya. Ada di antara mereka yang menjadi seorang waliyullah, ahli petapa, hafidz al-Qur’an, pejabat pemerintahan, pendiri pondok pesantren, petani, karyawan, pedagang, pengusaha, guru, dosen, polisi, paranormal, dalang wayang kulit, ahli ilmu Kejawen, mursyid tharikah, pimpinan ormas keagamaan, pimpinan sebuah padepokan atau pesanggrahan dan profesi-profesi lainnya.

Oleh sebab itu, ada satu semangat dari Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) yang harus dijaga oleh keturunannya dari generasi ke generasi. Salah satu semangat Sunan Tembayat tersebut adalah “semangat patembayatan” (semangat pirukunan) terhadap sesama manusia tanpa memandang agama, suku, budaya, aliran kepercayaan dan lain sebagianya. Semangat “patembayatan” atau “pirukunan” inilah yang sejak dahulu diterapkan oleh Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) terhadap semua kalangan, tanpa membedakan agama dan aliran kepercayaan yang ada kala itu.

Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) bisa hidup rukun dengan pemerintahan Kerajaan Islam Demak, Pajang, hingga Mataram. Bahkan Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) juga telah terbukti dapat mengadakan “patembayatan” atau “pirukunan” kepada murid-murid Syaikh Siti Jennar (Syaikh Lemah Abang) yang telah mendapat stigma sesat dari beberapa kalangan kala itu. Sunan Tembayat juga bisa mengadakan “patembayatan” dan “pirukunan” kepada pihak Arya Penangsang yang didukung oleh Sunan Kudus dan pihak Jaka Tingkir yang didukung oleh Sunan Kalijaga. Bagi Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi), “patembayatan” merupakan sesuatu yang harus betul-betul dijaga secara lahir maupun batin.

Sebagai generasi keturunan Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi), mungkin saja memiliki semacam tradisi leluhur untuk bisa menebarkan “patembayatan” atau “pirukunan” kepada siapapun tanpa memandang suku, budaya, agama, ras, derajat, dan semacamnya. Tidak sepatutnya, seseorang merasa paling benar sendiri. Hanya ormas keagamaan yang diikutinya saja yang paling benar. Hanya aliran keyakinannya saja yang paling benar. Hanya kelompoknya saja yang paling benar. Sebab apabila seseorang memiliki perasaan demikian, tentu saja sangat sulit untuk menebarkan “patembayatan” atau “pirukunan” kepada sesama manusia lainnya.

Akhirnya, mudah-mudahan para generasi keturunan Sunan Tembayat (Sayyid Hasan Nawawi) bisa meneladani tradisi atau ajaran “patembayatan” atau “pirukunan” yang telah diajarkannya. Semoga semua manusia hidup dalam kerukunan (patembayatan atau pirukunan) tanpa memandang agama, kepercayaan, suku, budaya, bangsa, status sosial, dan lain sebagainya. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa memberi pertolongan kepada semua manusia untuk senantiasa berusaha mengadakan patembayatan atau pirukunan demi tercapainya kehidupan yang damai, nyaman dan tentram.

“The Will springs the knowledge”
(Kemauan menjadi sumber pengetahuan)

Semoga welas asih Tuhan menebar ke seluruh alam semesta. 

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Muttaqin dan Arif Muzayin Shofwan
Arif Muzayin Shofwan saat penelitian di Makam Syaikh Subakir Penataran Blitar
Arif Muzayin Shofwan saat di Kantor MI Miftahul Huda Papungan 01, Kanigoro, Blitar
Arif Muzayin Shofwan saat meneliti Keris Putut Sajen peninggalan KH. Hadin Mahdi (Mursyid Tharikah Tijaniyyah) Tulungsari, Garum, Blitar, Jawa Timur




Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang memiliki hobi perpetualang dalam samudera dan benua ilmu pengetahuan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang kesehariannya belajar, mengajar, diskusi, mengaji, mengkaji, meneliti, menulis, membaca, menyadari, mengamati, mewaspadai, meditasi, dan berbagai pekerjaan lain yang tak bisa dijelaskan tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

37 komentar:

  1. Kalau menghubungi pean gimana caranya.. .

    BalasHapus
  2. Kalaw menghubungi pean gimana caranya?

    BalasHapus
  3. maaf min.. kl blh tau nama istri sayyid arif segoropuro siapa?

    BalasHapus
  4. mohon infonya yg tahu ,siapakah penulis sejarah peteng pangeran puger(PB1),trimakasih.

    BalasHapus
  5. Nasab sayyid hasan nawawi ke atas ada?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada beberapa versi, versi Hasany seperti pondok Ploso Kediri. Ada 2 versi Husainy, versi Ba'alawi yang sekarang sudah putus nasab ke Rosulullah, dan versi Husainy Robithoh Walisongo. Bisa googling untuk lebih jelasnya.

      Hapus
  6. ada ayah saya punya,beliau masih dzurriyahnya berdasarkan catatan yg di miliki bisa hubungi 088808652120

    BalasHapus
  7. sangat bermanfaat utk saya terima kasih smoga sukses slalu

    BalasHapus
  8. Alhamdulilah kita doakan amal ibadah beliau diterima oleh Alloh SWT dan bermanfaat.saya bahroni syarif juga masih ada keturunan dari sunan bayat mbah suro dwiryo.yg mengasingkan diri dan mbabat daerah sebanen kediri...

    BalasHapus
  9. Keturunan Sunan Tembayat dari jalur Blitar sepertinya ada di Prajekan Kab. Bondowoso pendiri ponpes , dan di Dander Kab Bojonegoro juga pendiri ponpes, mereka Kakak beradik kandung. Merintis ponpes dari 0.

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah. Masih ada kok Keturunan dr sunan bayat tiao tahunnya reuni akbar atau pertemuan. Dan masih ada Buku sampai keturunan sekarang.

    BalasHapus
  11. Apakah penulis menemukan makam di desa Gedangan ngentrong sebelah Utara Besole yng bernama Mbah wali , mbh paku wojo,atau sir Wendo ,atau zdanur Wendo,kami sangat ingin. Memahaminya. Karena berdasarkan penuturan juru kunci

    BalasHapus
  12. Maaf dari silsilah keluarga saya masuk disitu, bisakah untuk check ke asliannya silsilah keluarga saya

    BalasHapus
  13. Keluarga saya masuk di dzuriyah, bisakah untuk mengecheck benar tidaknya dari silsilah keluarga saya
    082251379422

    BalasHapus
  14. Kyai Hasan Besari bukane Ponorogo ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama sama beda orang, yang Ponorogo dari fihak ayah keturunan Raden Fatah dan dari ibu keturunan Sunan Drajat bin Sunan Ampel.

      Hapus
    2. Yang saya maksud adalah kyai Ageng Muhammad Besari yang juga dikenal dengan Hasan Besari.

      Hapus
  15. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  16. Saya masih trah dari pasuruan winonogan.grati.lebak rejoso segoro puro sama mbah slaga..juga dari istri dari blitar karang tengah..cucu dari mbah iro setro tuliskriyo

    BalasHapus
  17. Salam dari sanan wetan karang tengah blitar

    BalasHapus
  18. Ini masih bawah buku reuni akbar

    BalasHapus
  19. Kami dari Subang Mbah kardiyah Mbah kamarih bin Mbah marsinah kakek buyut saya jugjugan orang orang apa masih ada trah tersambung nya tulisan diatas

    BalasHapus
  20. Mohon izin copas

    BalasHapus
  21. Maaf, untuk yang Kyai Ahmad lebak. keliru itu pak... kalo mau yang valid tentang leluhur Kyai Ahmad Lebak, silahkan datang ke pesantren lebak winongan, bisa langsung ketemu putranya (Gus Basit). 🙏

    BalasHapus
  22. Terima kasih mas Arif, sudah mau berbagai informasi, guna untuk menyambung keluarga, dari yang tidak tahu menjadi tahu.. Semoga jerih payah jenengan diberi imbalan oleh Allah swt. aamiin ya rabbal alamin..

    BalasHapus
  23. mungkin ada yg punya trah sunan bayat yg di kediri...

    BalasHapus
  24. adakah catatan keturunan sunan bayat di ponorogo?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seluruh Keturunan Kyai Muhammad Besari adalah keturunan Sunan Bayar karena Istri beliau merupakan dzuriat dari Sunan Bayat dari jalur Ibu

      Hapus
  25. Apakah ini silsilah sunan bayat kelaten?? Adakah keturunannya yg di semarang? Kebetulan saya termasuk, namun masih mencari kebenarannya. Jika ada yg punya silailah lengkap boleh di share ke wa saya 081286143344

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada...gunung Pati Semarang, H.Gunarto

      Hapus
  26. ALM KH. Ma'sum Muchsin pendiri ponpes Miftahul ulum branang Lekok Pasuruan juga merupakan keturunan sunan Bayat/Pandanaran II

    BalasHapus
  27. Saya trah dri blitar dri jlur mbah sya'ban serang bedali.data silsilah ada di masjid agung blitr

    BalasHapus
  28. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus