Senin, 31 Oktober 2016

GURU-GURU SAYA DI DUSUN SEKARDANGAN DAN SEKITARNYA



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

“Tulislah apapun yang ingin anda tulis!. Apapun bisa anda tulis!.
Tulis, tulis, tulis, dan tulis!.

Sewaktu senggang, sambil bincang-bincang ringan dengan kawan-kawan di kantor, lagi-lagi saya ingin menuliskan sesuatu yang tidak serius dalam hidup ini. Ya, tidak serius!. Betul tidak serius!. Sebab bila ingin menulis tulisan yang serius, maka saya harus baca-baca buku, semedi dan menggali teori-teori pakar yang sesuai pula.  Dengan prinsip, “tulislah apapun yang ingin anda tulis!. Apapun bisa anda tulis!”, kali ini, saya akan menuliskan beberapa guru-guru saya yang berada di dusun Sekardangan dan sekitarnya. Perlu diketahui bahwa dusun Sekardangan (termasuk dalam wilayah Papungan, Kanigoro, Blitar) merupakan tempat kelahiran saya. Oya, saya perkenalkan pula bahwa ayah saya bernama Mbah Tamam Thahir, sedangkan ibu saya bernama Siti Rofiah.
Tentu saja, saya tidak bisa menyebutkan semua guru-guru saya secara lengkap dan sempurna. Sebab pada hakekatnya, siapapun dan apapun bisa dijadikan guru dalam kehidupan ini. Saya bisa berguru kepada para pemuka agama yang bermacam-macam. Saya bisa berguru kepada tumbuh-tumbuhan yang sedang memancarkan aura kehijauan atau kering kerontang. Saya bisa berguru kepada patung-patung yang dianggap berhala oleh sebagian manusia. Saya bisa berguru kepada hewan-hewan liar seperti ular, singa, dan semacamnya. Saya bisa berguru dari rumput yang sedang bergoyang. Saya bisa belajar dari anak-anak kecil yang tertawa ringan tanpa beban. Saya bisa berguru kepada orang tua yang mengalami kesakitan pada tubuhnya. Saya bisa berguru pada anjing yang sedang menggonggong di luar sana. Dan lain sebagainya.
Dalam tulisan ini, saya akan memfokuskan menulis guru-guru saya yang merupakan kaum pesantren dan ikhlas mengajar pelajaran norma-norma dan nilai-nilai kehidupan di dusun kecil semacam Sekardangan. Dari mereka inilah saya belajar agama dan kehidupan. Dari mereka inilah saya belajar sopan santun, kitab-kitab kuning, amalan-amalan yang pernah diamalkan oleh ulama salaf yang shalih, dan semacamnya. Berikut merupakan nama-nama guru saya yang berada di dusun Sekardangan dan sekitarnya, khusus yang sudah mendiang (almarhum):
1.    Mbah Kyai Abbas Abdul Halim (Sekardangan, Kanigoro, Blitar).
Beliau merupakan putra dari Mbah Kyai Imam Fakih Sekardangan dan salah satu murid dari Mbah Kyai Dimyati, Baran, Selopuro, Blitar. Saya dulu belajar al-Qur’an kepada beliau ini sewaktu duduk di bangku SD/MI. Beliau sering memberi uang saku kepada saya. Saya juga sering “ngidek-idek” punggung beliau (apa ya bahasa Indonesia yang tepat untuk “ngidek-ngidek”?). Saya memperoleh amalan “Shalawat Nuridz Dzati” karya Syaikh Abul Hasan As-Syadzili iya berasal dari Mbah Kyai Abbas Abdul Halim ini.
2.    Mbah Kyai Imam Mahdi (Sekardangan, Kanigoro, Blitar)
Beliau merupakan pendiri amaliyah “Shalawat Dala’ilul Khairat” karya Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli. Beliau juga merupakan pengikut Tharikah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Saya juga pernah mendapatkan ijazah “Shalawat Munjiyat” karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dan “Shalawat Ridha” dari guru saya ini. Sewaktu beliau masih hidup, saya inilah yang biasa mencukur rambut beliau.
3.    Mbah Kyai Mahrus Yunus (Sekardangan, Kanigoro, Blitar)
Beliau merupakan ulama ahli hisab dan fikih berbagai madzhab. Beliau inilah yang mengijazahkan “Shalawat Nariyah” karya Syaikh Ibrahim At-Tazi kepada warga Sekardangan. Biasanya, sebelum membaca shalawat Nariyah sebanyak 4444x diawali dengan membaca ayat Kursi sebanyak 50x. Saya juga pernah diberi amalan shalat hajat oleh guru saya ini. Amalan shalat hajat itu masih saya simpan di buku catatan harian (cahar) saya. Saya juga pernah mendapatkan ijazah doa Kanzul Arsy dari guru saya ini.
4.    Mbah Kyai Zainuddin Dasuqi (Sekardangan, Kanigoro, Blitar)
Beliau merupakan adik nenek saya. Saya berguru berbagai kitab kuning terutama dalam bidang tasawuf kepada beliau. Beliau inilah yang sering mengajak saya ke berbagai makam ulama seperti Mbah Kyai Dimyati (Tremas, Pacitan), dan lain sebagainya. Beliau juga sering mengajak saya melakukan dzikir-dzikir yang sangat panjang.
5.    Mbah Kyai Hamzah (Sekardangan, Kanigoro, Blitar)
Ulama sering disebut-sebut KH. Marzuki Mustamar Malang sebagai gurunya ini juga merupakan guru saya dalam bidang fikih, ilmu alat, usul fikih, dan lain sebagainya. Saya sering diajak Mbah Kyai Hamzah mengisi pengajian di dusun-dusun sebelah. Kitab Risalatul Muawanah karya Habib Abdillah bin Alwi Al-Haddad merupakan kitab kesukaan guru saya yang satu ini.
6.    Mbah Kyai Nasruddin (Sekardangan, Kanigoro, Blitar)
Beliau merupakan salah satu pengikut tharikah Shalawat Wahidiyyah yang didirikan oleh Mbah Kyai Abdul Madjid Ma’roef, Kedunglo, Kediri. Saya banyak berguru ilmu tasawuf kepada Mbah Kyai Nasruddin, terutama dalam “Kitab Al-Hikam” karya Syaikh Ahmad bin Athoillah As-Sakandari dan khatam beberapa kali. Saya juga sering diajak beliau ke Kedunglo, Kediri.
7.    Mbah Kyai Muhtar Fauzi (Sekardangan, Kanigoro, Blitar)
Saya banyak belajar tentang hizib-hizib Auliya kepada Kyai Muhtar Fauzi ini. Ada hizib Bahri, Hizib Nasri, dan lain sebagainya yang merupakan karya Syaikh Abul Hasan As-Syadzili, pendiri tharikah Syadziliyyah. Guru saya yang satu ini kalau mengajar selalu sambil bergurau. Tak lupa, ia juga selalu “kedul-kedul” dengan rokok Tengwe-nya. Oya, beliau juga mengajari saya Shalawat Dalailul Khairat karya Syaikh Abu Abdillah Muhammad Bin Sulaiman al-Jazuli.
8.    Mbah Kyai Daiman (Tlogo, Kanigoro, Blitar)
Saya pertama kali berguru tentang ilmu tauhid yang agak mendalam kepada Mbah Kyai Daiman ini. Saya belajar “Kitab Nata’ijul Afkar” karya Mbah Kyai Muhammad Sholeh al-Kuningani kepada guru saya ini. Guru saya ini juga merupakan pengikut tharikah Shalawat Wahidiyyah yang pusatnya di Kedunglo, Kediri. Seberti kyai yang saya sebutkan pada nomor 7 di atas, Mbah Kyai Daiman kalau mengajar juga sambil “kedul-kedul” dengan rokok Tengwe-nya.
9.    Mbah Kyai Hafidz Syafii (Tlogo, Kanigoro, Blitar)
Saya belajar terutama “Kitab Ihya’ Ulumuddin” karya Imam al-Ghazali kepada guru saya ini. Beliau merupakan ulama ahli tasawuf yang mahir dengan kitab-kitab klasik. Di pesantren beliau, saya juga belajar berbagai ilmu alat seperti Nahwu Sharaf dan lain-lainnya.
10. Mbah Kyai Bakri (Pakel, Banggle, Kanigoro, Blitar)
Beliau merupakan adik nenek saya dari pihak ibu. Saya belajar terutama “Kitab Ta’limul Muta’allim” karya Az-Zarnuji dan lain sebagainya. Guru yang satu ini ketika mengajar juga sambil nyantai dengan “kedul-kedul” rokok Tengwe-nya. Tak berhenti kepada guru ini, saya juga sering berdiskusi dengan putranya yang bernama Nur Hayat Bakri dan Habib Ahmad. Ya, berdiskusi tentang berbagai hal mulai dari spiritual hingga lainnya.
11. Mbah Kyai Ali Amir (Gaprang, Kanigoro, Blitar)
Saya belajar berbagai shalawat ghairu ma’tsurah kepada Mbah Kyai Ali Amir ini. Beliau mengajari dan mengijazahi saya beberapa shalawat, di antaranya: Shalawat Dalailul Khairat, Shalawat Badawi Kubra, Shalawat Munjiyat, Shalawat Nariyah, dan lain sebagainya.
12. Mbah Kyai Ali Yasin (Gaprang, Kanigoro, Blitar)
Beliau merupakan adik dari Mbah Kyai Ali Amir. Saya banyak diijazahi amalan wirid oleh Mbah Kyai Ali Amir yang dia peroleh dari Mbah Kyai Nur Ali (Kebonsari, Garum, Blitar) dan Mbah Kyai Hadin Mahdi (mursyid tharikah Tijaniyyah Tingal, Garum, Blitar).
Mungkin hanya ini dulu catatan harian saya. Sebenarnya, banyak sekali para kyai yang menjadi guru saya yang tak bisa saya sebutkan di sini. Ada Mbah Kyai Mahrosin (mursyid tharikah Sathoriyyah Jajar, Selopuro, Blitar), Mbah Kyai Masykur Muhammad (mursyid tharikah Mahabbah Ishariyyah, Tawangsari, Garum, Blitar), Mbah Kyai Malak (Kebonsari, Garum, Blitar), Mbah Kyai Nur Ali (Kebonsari, Garum, Blitar), Mbah Kyai Imam Hambali Arifin (mursyid tunggal Dzikrul Ghofilin Pakisrejo, Srengat, Blitar), Mbah Kyai Roihan (Gempolkenceng, Wonorejo, Srengat, Blitar), dan lain sebagainya. Belum lagi, guru-guru saya dalam perkuliahan (baik di S1, S2, dan S3), guru saya dalam meditasi-meditasi Buddhis, yoga Hindu, meditasi Reiki Usui, reiki Tummo, reiki Kundalini, guru-guru saya berkeliling di petilasan-petilasan plus sadranan-sadranan cikal-bakal, dan lain sebagainya.
Semua guru saya memiliki kontribusi masing-masing bagi saya. Semoga semua guru saya, mulai saya lahir hingga saya mati nanti selalu mendapat kebahagiaan di kehidupan ini dan mendatang. Ya, semua guru apapun: guru di perkuliahan (S1, S2, dan S3); guru spiritualis dari berbagai macam tradisi; dan guru-guru kehidupan yang tak bisa saya sebutkan satu-persatu dalam tulisan catatan harian (cahar) ini. Oleh karena tulisan ini saya tulis sambil bincang-bincang atau di sela-sela ngobrol di kantor dengan kawan-kawan, kemungkinan banyak kekurangan di sana-sini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan maaf kepada saya dan yang membaca. Akhir kata, semoga selamat, selamat, selamat sampai tujuan.


“Selamat belajar menulis diriku sendiri!. Semoga diriku menjadi diriku sendiri!.”


Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, pria berbau polo kependem (cengkuk, uwi ulo, nggote, dan semacamnya), polo gumantung (kates, katak, timun, buncis, dan semacamnya) ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan, RT. 03 RW. 09, Papungan, Kanigoro, Blitar. HP. 085649706399.

2 komentar:

  1. saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m

    BalasHapus