Sabtu, 29 Oktober 2016

MENELUSURI CIKAL BAKAL DESA PLOSOREJO, KADEMANGAN, KABUPATEN BLITAR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

"Tulislah apapun yang bisa anda tulis, siapa tahu bermanfaat"
(Anonim)
Pada waktu senggang, saya sering diajak Mbah Jawoko napak tilas menelusuri berbagai macam cikal-bakal desa maupun dusun di seputar kabupaten Blitar. Bukan hanya Mbah Jawoko saja yang sering mengajak saya napak tilas cikal-bakal desa dan dusun di Blitar. Bisa disebutkan di sini beberapa sesepuh yang sering mengajak saya napak tilas, di antaranya: Mbah Jadug, Mbah Agung, Mbah Kambali, Mbah Gatot, Mbah Gelung, dan lain sebagainya. Namun, kali ini saya ingin menceritakan penelusuran saya bersama Mbah Jawoko ke Makam Cikal Bakal Desa Plosorejo, kecamatan Kademangan, kabupaten Blitar. Sebenarnya, saya sudah beberapa kali diajak Mbah Jawoko ke Makam Cikal Bakal Desa Plosorejo tersebut. Saya beberapa kali bertemu dengan para sesepuh desa tersebut, di antaranya: Mbah Tomo (juru kunci makam cikal bakal desa Plosorejo), Pak Lurah Bejananto, dan lain sebagainya.
          Pernah pada malam hari pada tahun 2015, ketika desa Plosorejo mau mengadakan “Kirab Tumpeng Guyub Rukun” dan kirab pusaka, saya berada di makam cikal bakal tersebut bersama Mbah Jawoko dan para sesepuh lainnya. Malam itu, oleh para tokoh di desa tersebut, saya sempat diberi amanah untuk mencari silsilah para sesepuh cikal bakal desa Plosorejo. Adapun para sesepuh dusun tersebut di antaranya: (1) Kyai Raden Gunondiko; (2) Kyai Raden Conomo, yakni adiknya Kyai Raden Gunondiko; (3) Kyai Raden Wonosuro dan (4) Kyai Raden Marsidiq (Kyai Raden Singoyudho). Selanjutnya, berada di utara makam cikal bakal desa Plosorejo kurang lebih 200 meter terdapat makam Nyai Rara Suwarsih (seorang ledek/ penari pada zaman itu).
          Kata Mbah Jawoko bahwa seorang “ledek” atau “penari” pada jaman dahulu sering digunakan oleh para sesepuh Jawa sebagai media untuk menetralkan tempat yang angker atau wingit. Prosesnya adalah apabila ada tempat yang angker atau wingit, sesepuh tokoh spiritual Jawa mengadakan doa, japa mantra dan menyediakan berbagai macam sesaji, lalu seorang “ledek” atau “penari” menari-nari di tempat yang angker atau wingit tersebut. Konon dengan upacara yang demikian itu, para makhluk penghuni tempat yang angker dan wingit tersebut tidak akan mengganggu warga masyarakat yang akan bertempat tinggal di tempat tersebut.
          Kembali mengenai amanah para tokoh desa Plosorejo kepada saya untuk menelusuri keberadaan silsilah para cikal-bakal di desa tersebut. Saya beberapa kali menelusuri keberadaan silsilah cikal bakal desa Plosorejo dan menemukan informasi bahwa konon para sesepuh seperti Kyai Raden Gunondiko, Kyai Raden Conomo, Kyai Raden Wonosuro dan Kyai Raden Marsidiq (Kyai Raden Singoyudho) memiliki hubungan nasab ke atas hingga Raden Bathoro Kathong (Sunan Kathong) Ponorogo, yakni salah satu murid Sunan Ampel Denta Surabaya. Konon yang pernah menarik silsilah cikal bakal desa Plosorejo adalah Mbah Subakir, seorang mantri yang bertempat tinggal di sebelah Barat pasar Kademangan, Blitar. Beberapa anak Mbah Subakir seperti, Bapak Agung, Bapak Bowo, dan lain sebagainya konon juga pernah mendapatkan silsilah tersebut pada saat reoni keluarga. Sayang beribu sayang  ketika kedua orang itu saya datangi, ternyata mereka sudah tidak menyimpan silsilah itu lagi.
Ada lagi yang menyatakan bahwa Kyai Raden Gunondiko, Kyai Raden Conomo, Kyai Raden Wonosuro dan Kyai Raden Marsidiq (Kyai Raden Singoyudho) memiliki hubungan nasab ke atas hingga Sunan Tembayat, Klaten, Jawa Tengah. Tentu saja hal ini bisa pula memperkuat silsilah di atas, sebab Sunan Tembayat sendiri merupakan menantu dari Bhatoro Katong (Sunan Katong) Ponorogo. Yakni, Sunan Tembayat menikahi Nyai Kaliwungu Binti Bhatoro Kathong Ponorogo. Dengan demikian, ketiga cikal-bakal desa Plosorejo tersebut merupakan keturunan Bhatoro Kathong (Sunan Kathong) Ponorogo dan Sunan Tembayat, Klaten, Jawa Tengah. Entah keturunan ke berapa, yang hingga saat ini masih menjadi tanda tanya. Sebab silsilah yang pernah disusun Mbah Subakir seorang mantri di Kademangan juga sudah tidak ada lagi.
Diceritakan bahwa ketiga tokoh cikal bakal desa Plosorejo, yakni Kyai Raden Gunondiko, Kyai Raden Conomo, dan Kyai Raden Marsidiq (Kyai Singoyudho) hidup sekitar tahun 1704-1719 masehi pada saat Lodoyo dipimpin oleh Pangeran Prabu. Dikisahkan pula bahwa desa tersebut dinamakan desa “Plosorejo” sebab pada masa ketiga tokoh tersebut banyak ditemukan “Pohon Ploso” di tempat mereka mbabat desa. Oleh karena banyak Pohon Ploso, maka desa tersebut dinamakan desa “Plosorejo.” Saat saya berkunjung ke makam cikal bakal desa Plosorejo tersebut, tampak di depan pintu masuk makam terdapat Pohon Ploso. Mbah Jawoko menunjukkan, “Iku lho Gus, Wit Ploso. Makane kene dijenengne deso Plosorejo.” (Itu lho Gus, Pohon Ploso. Makanya desa ini diberi nama desa Plosorejo). Dalam penelusuran saya, beberapa sesepuh menyatakan bahwa tokoh-tokoh tersebut hidup berdasarkan CONDRO SENGKOLO berikut: (1) "PUSPO HANDALU SUMADYO WINARPO", artinya tahun 1829 Saka; (2) "SEKAR KANTIL MIJIL HAMENGKU BUMI", artinya tahun 1829 Saka; dan (3) "SUMEBAR AMBABAR TRAH NAGARI", artinya tahun 1799 Saka. Maka, bila ingin membudayakan tradisi Jawa, sengkalan ini bisa dituliskan pada areal makam cikal-bakal desa Plosorejo di atas.
Beberapa yang harus dicatat dalam tulisan ini bahwa kepala desa Plosorejo, kecamatan Kademangan, kabupaten Blitar berturut-turut hingga saat ini, di antaranya: (1) Kyai Raden Gunondiko, konon setelah dia wafat digantikan adiknya yang bernama Kyai Raden Conomo; (2) Mbah Mango; (3) Mbah Bronto; (4) Mbah Mujaer; (5) Mbah Parto; (6) Mbah Atmo Redjo Bungkik; (7) Mbah Daman; (8) Mbah Sutoyo; (9) Bapak H. Sumari, HS; (10) Bapak Mulyani; dan (11) Bapak Drs. Bejananto, yakni mulai tahun 2013 hingga sekarang kisah ini ditulis. Akhir kata, semoga desa Plosorejo menjadi desa yang aman, tentram, damai sepanjang masa yang tiada tertandingi.

    
Sluman, slumun, slamet. Slameto lek ngemongi jiwo rogo.

Mbah Jawoko sedang nyekar di Makam Cikal Bakal Plosorejo, Kademangan, Blitar
Beberapa kuburan di Areal Makam Cikal Bakal Desa Plosorejo
Ucapan Selamat di Makam Cikal Bakal Desa Plosoarang
Inilah "Pohon Ploso" sebagai sumber inspirasi nama desa "Plosorejo"
Makam Mbah Kyai Raden Marsidiq (Mbah Kyai Singoyudho)
 
Patung Singa sebagai Simbol Pada Zaman Singo Lodoyo Blitar Selatan
 
Tentang Penulis
Arif Muzayin Shofwan, seorang yang biasa disebut "Raden Bagus Sadranan" atau "Raden Bagus Dhanyangan" atau "Raden Bagus Sambang Kuburan" atau "Raden Bagus Pasarean" atau "Mbah Jalaluddin Akbar" atau "Raden Bagus Orong-Orong Gong" ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Dia merupakan salah satu peneliti petilasan-petilasan dan makam-makam para tokoh cikal bakal desa maupun dusun di Blitar dan sekitarnya. Penulis bisa dihubungi di nomor handphone berikut: 085649706399.

4 komentar:

  1. saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah sejarah desa Plosorejo masih ada dan smoga tetap terjaga kelestariannya sampai dengan generasi berikutnya aamiin yra

    BalasHapus
  3. Monggo dikoreksi silsilah keluarga ku yang sudah turun temurun
    Mbah Rajekwesi
    Mbah Kendil wesi
    Mbah Singoyudho
    Mbah Singokromo
    Mbah Utsman
    Mbah Ruqoyyah
    Mbah Masyhad
    Abah
    Saya

    BalasHapus
  4. Saya cucunya mbh gundondiko ke 6 terimakasih sudah mengulas silsilah leluhur

    BalasHapus