Kamis, 08 Desember 2016

SEKILAS TENTANG KISAH SANG WALI MBAH KYAI DIMYATHI DAN MBAH KYAI HASBULLOH BARAN, SELOPURO, BLITAR, JAWA TIMUR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

“Tulislah apapun yang dapat anda tulis, siapa tahu bermanfaat”
(Anonim)

Mbah Kyai Dimyathi Baran, Selopuro, Blitar, yang terkenal sebagian dari waliyullah (min ba’dil Auliya) merupakan putra dari Mbah Kyai Hasbulloh. Dua tokoh ayah dan anak ini dimakamkan dalam areal makam umum desa Kasim, Selopuro, Blitar, Jawa Timur. Telah disebutkan bahwa Mbah Kyai Hasbulloh dikenal sebagai Kyai Nalindra, yakni seorang ksatria yang merangkap kiai dan pejabat. Mbah Kyai Hasbulloh pernah menjabat dewan legislatif dan kepala desa Ploso. Nama kecil Mbah Kyai Hasbulloh adalah Irdali dan berganti Roihuddin, setelah mondok. Ketika naik haji namanya ditambah menjadi Mbah Kyai Hasbulloh. Konon beliau merupakan keturunan Sunan Geseng (Ki Cakrajaya), seorang waliyullah murid agung yang lahir di Kali Watubumi, Bedug Butuh, Begelen, Purworejo, Jawa Tengah.

Semasa hidupnya, Mbah Kyai Hasbulloh konon pernah menikah dua kali. Dalam pernikahan pertama dengan Nyai Siyam dikaruniai seorang anak bernama Nyai Saroh. Setelah pernikahan tersebut mengalami perceraian, Mbah Kyai Hasbulloh menikah lagi dengan Nyai Maryam. Dalam pernikahan kedua tersebut, Mbah Kyai Hasbulloh (+ Nyai Maryam) dikaruniai tujuh anak, di antaranya: (1) Haji Sofwan; (2) Nyai Munawwaroh; (3) Wuryan; (4) Mbah Kyai Dimyathi; (5) Nyai Robiah; (6) Hajjah Ruqoyyah; dan (7) Gus Kafi. Konon Gus Kafi inilah yang mewarisi ilmu Sunan Geseng, yakni tidak terbakar oleh api yang menyala. Akan tetapi, oleh karena ada orang jahil saat Gus Kafi melakukan atraksi di bakar dalam api, maka dia pun juga tidak luput dari kejahilan orang yang berniat jahat tersebut.

Kembali ke kisah Mbah Kyai Hasbulloh bahwa konon atas bantuan Mbah Kyai Abdul Ghaffar, Gading, Selopuro, maka Roihuddin (Mbah Kyai Hasbulloh) menerima tanah hibah dari Mbah Kyai Syamsudin, Gading di dusun Baran, desa Ploso dan menjadi cikal bakal Pondok Pesantren Baran. Beberapa santri Mbah Kyai Hasbulloh, antara lain; (1) Mbah Kyai Kholil; (2) Mbah Kyai Shodiq Damanhuri, pendiri Pondok Pesantren Sanan Gondang, Gandusari, Blitar; (3) Mbah Kyai Ridwan: Mbah Kyai Abbas Toegoeng; (4) Mbah Kyai Mawardi; (5) Mbah Kyai Syamsudin; (6) Mbah Kyai Syamsuri; (7) Mbah Kyai Bakri; dan kyai-kyai lain yang tak bisa disebutkan di sini.

Adapun Mbah Kyai Dimyathi putra Mbah Kyai Hasbulloh selama hidupnya dikenal sebagai kyai yang memiliki karomah yang tinggi. Tak hanya itu, Mbah Dimyati adalah kyai yang sangat dermawan dan pandai merahasiakan sedekah, tidak pernah membuat repot, dan menyakiti orang. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, Mbah Kyai Dimyathi mendapatkan sebutan sebagai Kyai Pendito. Tak hanya itu, beliau juga gigih dan berani menegakkan kebenaran. 

Mbah Kyai Dimyathi, lahir di dusun Baran, desa Ploso, pada tahun 1921 dan wafat pada tahun 1989, dalam usia 68 tahun. Sejak kecil, Mbah Kyai Dimyathi dikenal pendiam dan suka menyendiri (uzlah). Beliau menikah pertama dengan Nyai Rufiah Mondo  dan dikaruniai seorang anak bernama Mahfudz. Setelah pernikahan tersebut terjadi perceraian, maka Mbah Kyai Dimyathi menikahi lagi dengan seorang wanita yang bernama Nyai Muawanah dan dikaruniai empat anak, di antaranya: (1) Lailatul Badriyah; (2) Ngatiqullah; (3) Umi Mukarommah; dan (4) Barroh. Semua anaknya telah wafat mendahului Mbah Kyai Dimyathi selain anaknya yang bernama Hajjah Umi Mukarommah.

Kisah Lain tentang Mbah Kyai Dimyathi

Mbah Kyai Dimyathi juga memiliki seorang kakek buyutnya yang bernama Mbah Ekomedjo dan dimakamkan di Domot, Purwokerto, Srengat, Blitar. Mbah Ekomedjo merupakan lurah pertama desa Purwokerto, Srengat, Blitar. Pada masa mudanya, Mbah Kyai Dimyathi sering berada di rumah kakek buyutnya tersebut. Pada saat berada di rumah kakek buyutnya tersebut, Mbah Kyai Dimyathi sering berziarah ke “Makam Auliya Mbrebesmili Santren”, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar. Di makam tersebut dimakamkan para tokoh sebagai berikut, di antaranya: (1) Mbah Kyai Ponco Suwiryo atau Sayyid Bukhori Mukmin, yakni ayah angkat Pangeran Papak Natapraja atau Kyai R.M. Djojopernomo; (2) Mbah Kyai Muhammad Sya’ban Gembrang Serang, yakni leluhur para kyai di daerah Kerjen, Pakisrejo, Kunir, Srengat dan lainnya; (3) Mbah Kyai Kasan Mujahid, pendiri Masjid Baitul Hasanah Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar; (4) Mbah Kyai Muhammad Asrori, pendiri masjid Al-Asror Kedungcangkring, Pakisrejo, Srengat, Blitar; (5) Sayyid Abdullah; (6) Mbah Kyai Kembang Arum, dan makam-makam lainnya. Hal tersebut diceritakan oleh Mbah Tugiman dan beberapa tokoh lainnya yang sering diajak Mbah Kyai Dimyathi ziarah ke makam Auliya’ Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar.

Kisah lainnya bahwa konon Mbah Kyai Dimyathi juga pernah berguru dan meminta saran kepada Mbah Kyai Kasan Munajat (Mbah Kasan Munojo) Kesamben, Blitar. Mbah Kyai Dimyathi juga pernah memberikan ijazah “Shalawat Dalailul Khairat” karya Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli di Pondok Pesantren Miftahul Huda Sekardangan, Papungan, Kanigoro, Blitar. Dikisahkan pula bahwa Mbah Kyai Dimyathi dalam menerima tamu tidak pernah membeda-bedakan orang besar, kecil, dan lain sebagainya. Bahkan seorang yang di dalam masyarakat dianggap sebagai sampah masyarakatpun juga beliau terima dengan santun, ramah, lapang dada, dan semacamnya. Ketinggian budi pekerti Mbah Kyai Dimyathi inilah yang hingga akhirnya mengantarkan beliau mencapai tingkat kewalian di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Selain itu, Muhammad Kurniansyah (28/8/2016) menyatakan bahwa beliau (Mbah Kyai Dimyathi ) ketika masih mondok di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, pernah menemukan granat sisa-sisa peperangan jaman penjajahan Belanda di sekitar pondok, dengan rasa penasaran granat tersebut dibawa pulang ke pondok untuk diotak-atik di dalam kamar, tak disangka tiba-tiba granat tersebut meledak hebat hingga kamar hunian Mbah Kyai Dimyathi  hancur berkeping-keping. Tetapi anehnya, anggota tubuh Mbah Kyai Dimyathi tidak mengalami luka sedikitpun. Atas peristiwa tersebut, semua santri Pondok Pesantren Lirboyo terkagum-kagum melihat peristiwa tersebut. Akhir kisah, Untuk mengenang jasa-jasa kedua kyai tersebut (Mbah Kyai Hasbulloh dan Mbah Kyai Dimyathi) maka digelar dzikir akbar Majelis Dzikir Kanzul Jannah “Jumpa Sehat” pada Kamis Legi malam Jumat Pahing. 

(Diadopsi dari berbagai sumber, di antaranya: hasil wawancara para sesepuh; dan situs http://inilahblitar.blogspot.co.id/2014/07/kh-hasbulloh-kh-dimyati-selopuro.html). Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat di kehidupan kini dan mendatang.

“Today’s egg is better that the chicken of tomorrow”

(Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”

(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

Makam Mbah Kyai Hasbulloh dan Mbah Kyai Dimyathi Baran, Selopuro, Blitar
 
Makam Mbah Kyai Hasbulloh dan Mbah Kyai Dimyathi Baran, Selopuro, Blitar
Makam Mbah Kyai Hasbulloh dan Mbah Kyai Dimyathi Baran, Selopuro, Blitar
 
Foto Mbah Kyai Hasbulloh, Mbah Kyai Dimyathi, dan Mbah Kyai Ismail Hasyim (www.inilahblitar.blogspot.com)
Susunan Pengurus Majlis Dzikir Kanzul Jannah "Jumpa Sehat" (www.inilahblitar.blogspot.com)
Makam Mbah Kyai Muhammad Asrori (salah satu makam dalam areal Makam Mbrebesmili Santren, Bedali, Purwokerto, Srengat, Blitar), di mana Mbah Kyai Dimyathi muda sering berziarah ke tempat tersebut.



Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing, maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean” tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

3 komentar:

  1. Togel mestian ki

    BalasHapus
  2. Wahai saudaraku, janganlah dekati Judi apalagi sampai berjudi ... ini Dosa Besar ... Bertawbatlah ....sebelum ajalmu datang ..
    Jangan diiklankan dan disebar2 lagi ini

    BalasHapus
  3. Tolong informasi tentang mbah dim sering uzlah dipuncak gunung wilis

    BalasHapus