Senin, 26 Desember 2016

SEMINAR NASIONAL DALAM RANGKA COLLOQUIUM DOKTOR FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG



Kamis, 22 Desember 2016 di UMM Dome Theatre

Oleh: Arif Muzayin Shofwan

“Tulislah apapun yang bisa anda tulis, siapa tahu bermanfaat”
(Anonim)

Pada hari Kamis, 15 Desember 2016, Mas Suherman dalam Group WA Tadarus JIMM 2016 memposting pengumuman adanya seminar nasional bertempat di UMM Dome Teartre. Ketepatan saya tertarik dengan seminar tersebut. Kemudian kira-kira pukul 21.42 WIB hari itu juga, saya daftar melalui WA kepada Mas Jamal (Contact Person) dalam acara seminar tersebut. Pukul 23.47 WIB, Mas Jamal membalas “baik, njenengan dari jurusan apa?”, dan saya jawab pada pukul 05.32 WIB dengan jawaban singkat berikut “Pascasarjana PAI UMM.” Itulah kisahnya ketertarikan saya mengikuti seminar nasional tersebut. Ada beberapa tema yang akan dikaji dalam seminar tersebut, di antaranya:

1.    Paradigma Baru Pembelajaran Kitab Gundul oleh Dr. Abdul Haris, M.A.
2.    Paradigma Baru Pengembangan Kurikulum Madrasah/ Sekolah dan Perguruan Tinggi oleh Dr. Khozin, M.Si.
3.    Fatwa dan Ideologi Indonesia: Studi tentang Tiga Lembaga Fatwa dan Pengaruhnya di Era Pasca Orde Baru oleh Pradana Boy ZTF, M.A (AS)., Ph.D.
4.    Orientasi Baru Gerakan Islam Revivalistik Pasca Euforia Reformasi di Indonesia oleh Dr. Moh. Nurhakim, M.Ag.

Sebagaimana biasa, saya akan menuliskan secara “acak aduk” beberapa ilmu yang saya peroleh di seminar tersebut, di antaranya: Dr. Abdul Haris, M.A., dalam seminar tersebut menyatakan dalam makalahnya sebagai berikut:

1.    Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Arab di PTAI adalah kemampuan membaca kitab “gundul” (teks Arab tanpa harakat)
2.    Hal ini menjadi keniscayaan bagi calon sarjana agama Islam.
3.    Untuk itu, di beberapa PTAI ada materi khusus untuk mengajarkan ketrampilan tersebut.
4.    Banyak mahasiswa PTAI mengalami problem membaca teks Arab yang tidak berharakat. Penelitian ini menunjukkan lulusan PTAI banyak yang belum mampu membaca teks Arab yang tidak berharakat.
5.    Problematika muncul karena dua hal: kosa kata dan konsep gramatika Arab.
6.    Diperlukan ada penyederhanaan konsep gramatika untuk mempermudah membaca teks Arab tanpa harakat.

Sementara itu, dalam makalahnya, Dr. Khozin, M.Si., menyimpulkan beberapa hal, salah satunya adalah kurikulum integrated atau intenconnected entities yang mulai menjadi model pada sekolah/ madrasah dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) meniscayakan lulusan program studi PAI memiliki pengetahuan lintas disiplin. Calon sarjana dan guru PAI di samping kuat dalam ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu pendidikan, mesti juga kuat dalam kajian natural sciences dan social sciences. Setidaknya Ilmu Alamiah Dasar (IBD) dan Ilmu Sosial Dasar (ISD) yang merupakan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) mendapat perhatian yang memadai dalam struktur kurikulum program studi. Dua mata kuliah ini hendaknya tidak dipandang sebagai mata kuliah dari Kemendikbud (d/h) atau Kemendiktek Dikti sekarang, tetapi mata kuliah ini semestinya dipahami sebagai mata kuliah yang akan memberikan dasar-dasar integrasi pengetahuan yang dibutuhkan calon guru PAI di sekolah/madrasah.

Sedangkan Pradana Boy ZTF, M.A (AS)., Ph.D., yang meneliti tiga lembaga fatwa di Indonesia, di antaranya: (1) Majelis Ulama Indonesia atau MUI; (2) Majelis Tarjih Muhammadiyah; dan (3) Lajnah Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama atau LBM-NU menyatakan bahwa sebuah fatwa dalam berbagai literatur boleh diikuti atau tidak diikuti oleh umat Islam. Bahkan, dalam beberapa pendapat dinyatakan bahwa seseorang boleh meminta fatwa kepada seorang ulama tentang masalah apa saja serta boleh mengikuti seluruh atau sebagian yang difatwakan, maupun tidak mengikuti sama sekali apa yang difatwakan ulama tersebut. Saya lupa siapa nama ulama yang berpendapat demikian. Silahkan baca sendiri disertasi Pradana Boy ZTF, M.A (AS)., Ph.D atau berdiskusi langsung dengan beliau.

Adapun Dr. Moh. Nurhakim, M.Ag., dalam makalahnya menyimpulkan bahwa: Pertama, gerakan-gerakan Islam revivalistik yang semula di awal masa reformasi lebih banyak mengusung wacana formalisasi syariah, kini bergeser orientasinya kepada agenda-agenda yang lebih substantif dan strategis. Di antara orientasi baru yang dimaksud adalah: a) penguatan partisipasi politik dan integrasi nasional; b) tuntutan keadilan sosial dan penguatan ekonomi umat; c) meneguhkan budaya sendiri dan spiritualitas baru; dan d) modifikasi bentuk radikalisasi. Kedua, pergeseran orientasi baru seperti ini konform dengan konteks sosial, dan merupakan respons terhadap dinamika politik di Indonesia pascareformasi. Pergeseran orientasi juga dapt dipahami oleh karena gerakan-gerakan manapun jika ingin eksis di Indonesia yang majemuk dan berdinamika politik tinggi, maka harus mampu beradaptasi dan memainkan peran strategis selain tetap menjaga misi gerakan.

Demikianlah secuplik ilmu yang saya peroleh dari seminar tersebut. Usai seminar saya lalu menuju ke rumah adik saya Nikmatin Lana Farida, S.Pd.I (+ Muttaqin, M.Pd.I) di Perumahan Alam Sari Malang dan menginap di sana. Pagi-pagi sekitar pukul 08.30 WIB, saya lalu kembali pulang ke Blitar. Sebelum sampai di Blitar, saya mampir ke rumah Mas Aji Kesamben dan bertemu Mas Nurkholis, Mbak Eka, dan saudara-saudara lainnya. Saya juga shalat Jum’at di Masjid Al-Iklhlas Kauman, Kesamben, peninggalan Mbah Kyai Imam Syafaat (+ Nyai Woeryan). Tak lupa usai jum’atan berziarah ke makam Sang Pendiri Masjid tersebut. Kemudian kembali ke rumah Mas Aji dan berbincang-bincang dengan Mas Aji, Mbak Eka, Mas Kholis dan foto bertiga. (Lihat foto dibawah).

Akhir kata, mudah-mudahan Tuhan memberikan berkah kepada saya dalam menuntut ilmu di seminar tersebut. Dan mudah-mudahan pula Tuhan Yang Maha Esa memberkahi persahabatan kami berempat (Saya, Mas Aji, Mbak Eka, dan Mas Kholis). Semoga saudara-saudara dan famili-famili di Kauman, Kesamben, Blitar diberi kekuatan lahir dan bathin dalam menjalani kehidupan yang serba pakewuh ujian sana sini. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kebahagian yang tanpa kinaya apa-apa. Amin, amin, amin, Ya Rabbal Alamin.

“Today’s egg is better that the chicken of tomorrow”
(Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

 
Pengumunan Seminar di Universitas Muhammadiyah Malang
Mas Aji, Mas Kholis, dan Saya

Mas Aji, Mas Kholis, Saya



Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing, maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean” tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar