Senin, 20 Februari 2017

SEKILAS TENTANG MBAH KYAI HADIN MAHDI SANG MURSYID THARIKAH TIJANIYYAH TULUNGSARI, TINGAL, GARUM, BLITAR



Oleh: Arif Muzayin Shofwan

 “Menulislah, siapa tahu bermanfaat bagi yang membutuhkan.”
(Anonim)

Mbah Kyai Hadin Mahdi merupakan ulama mursyid/muqaddam Tharikah Tijaniyyah yang berada di dusun Tulungsari, desa Tingal, kecamatan Garum, kabupaten Blitar. Menurut cucu kesayangannya, Mbah Kyai Hadin Mahdi lahir pada hari Jumat Wage bulan Rojab tahun 1909 masehi. Beliau merupakan putra dari pasangan Mbah Kyai Abdurrahman (+ Nyai Siti Khodijah) Kebonsari, Garum, Blitar. Di antara suadara kandung Mbah Kyai Hadin Mahdi adalah Mbah Kyai Busro, Mbah Kyai Ridwan, Mbah Kyai Malak, dan lain-lainnya. Menurut cucu kesayangannya, Mbah Kyai Hadin Mahdi wafat pada malam Ahad sekitar pukul 9-10 (malam hari). Yakni, bertepatan pada hari Ahad Wage tanggal 31 Desember 1995 masehi. Semoga Tuhan memberikan kebahagiaan kepada beliau. Al-Fatikah...

Adapun silsilah nasab Mbah Kyai Hadin Mahdi dari pihak neneknya, yakni Nyai Siti Syarifah istri dari Kyai Muhammad Arif Sang Mursyid Tharikah Naqsyabandiyah (Talok, Garum, Blitar) bersambung kepada Sunan Giri (Prabu Satmata), Gresik, Jatim. Berikut silsilah tersebut:

1.    Sunan Giri (Pabu Satmata), berputra;
2.    Panembahan Giri Gajah, berputra;
3.    Panembahan Giri, berputra;
4.    Panembahan Lasem (Wirokusumo), berputra;
5.    Panembahan Kadilangu, berputra;
6.    Kyai Ageng Abdul Madjid, berputra;
7.    Kyai Ageng Abdullah As’ad, berputra;
8.    Kyai Nur Ali Tepus, berputra;
9.    Kyai Ahmad Baidhowi (Bedug, Bagelen), berputra;
10. Nyai Ali Ibrahim (Wojo, Bagelen), berputra;
11. Kyai Ali Muhtarom (Selopuro, Blitar), berputra;
12. Nyai Siti Syarifah (suami dari Mbah Kyai Muhammad Arif Sang Mursyid Tharikah Naqsyabandiyah Talok, Garum, Blitar), berputra;
13. Nyai Siti Khodijah (suami dari Mbah Kyai Abdurrahman Kebonsari, Garum, Blitar), berputra;
14. Mbah Kyai Hadin Mahdi Tulungsari, Garum, Blitar.


Catatan: Perlu diketahui bahwa Mbah Kyai Abdurrahman (point ke-13) merupakan salah satu guru dari Mbah Kyai Ahmad Dasuqi Sekardangan, Kanigoro, Blitar. Setelah berguru kepada Mbah Kyai Abdurrohman, lalu Mbah Kyai Ahmad Dasuqi berguru kepada Mbah Kyai Muhammad Sholeh Kuningan, Kanigoro, Blitar.

Sementara itu, silsilah Mbah Kyai Hadin Mahdi dari kakeknya bersambung kepada Ki Ageng Gribig. Adapun Ki Ageng Gribig II sendiri dalam http://ranji.sarkub.com dari Raden Ayu Linawati Djojodiningrat Solo (yakni cucu dari Prof. Dr. Hoessein Djojodiningrat) yang mengacu dari kitab kuno Sunan Tembayat tahun 1443 Saka merupakan putra dari Ki Kebo Kanigoro (Kyai Ageng Purwoto Siddiq) yang makamnya berada di dusun Sarehan, desa Jatingarang, kecamatan Weru, kabupaten Sukoharjo-Solo, Jateng. Ki Kebo Kanigoro sendiri dalam salah satu kisah diakui sebagai pendiri kecamatan Kanigoro-Blitar pada zaman perpolitikan kerajaan Demak, Pajang, dan Mataram. Berikut silsilah tersebut: Ki Kebo Kanigoro (Kyai Purwoto Siddiq Banyubiru) => Ki Ageng Gribig I/ Pangeran Kedhanyang Malang Jatim => Ki Ageng Gribig II Jatinom, Klaten => Ki Ageng Gribig II (pelopor acara ritual “Ya Qowiyyu” tahun 1589 masehi) => Ki Ageng Gribig IV (pembantu Sultan Agung Hanyakrakusuma tahun 1636 masehi) => Kyai Ageng Ahmad Lebak => Kyai Ageng Abdurrahman => Kyai Ageng Cokro Wijoyo (Syarif Nuriman Kutowinangun, Kebumen) => Kyai Muhammad Arif (Talok, Garum, Blitar) => Nyai Siti Khodijah (Kebonsari, Garum, Blitar) => Mbah Kyai Hadin Mahdi Tulungsari, Garum, Blitar. (Lihat foto Kitab Silsilah dari Nyai Raden Ayu Linawati Djojodiningrat dari “ranji sarkub” di bawah).


Catatan: Merujuk catatan kuno Pangeran Kajoran tahun 1677 yang menyebutkan bahwa Kyai Ageng Gribig II Jatinom, Klaten bernama lain Sunan Geseng murid dari Sunan Kalijaga dan Syech Siti Jenar serta menantu dari Sunan Pandanaran II beliau lebih di kenal dengan sebutan Kyai Ageng Kebo Kanigoro dari Pajang. Pada jaman dulu jamak satu orang mengunakan beberapa nama penyamaran untuk menyembunyikan jati diri mereka untuk menghindar dari kejaran tentara Demak Bintaro.



Ada lagi yang menyatakan bahwa Ki Ageng Gribig I (Pangeran Kadhanyang Malang, Jawa Timur) merupakan keturunan Sunan Giri Gresik. Hal ini seperti yang terdapat dalam silsilah Mbah Kyai Muhammad Arif Talok, Garum, Blitar dan silsilah nasab Mbah Kyai Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyyah). Tentu saja, tidak hanya dua versi ini yang ada dalam catatan sejarah. Yah, tentu saja segala ragam catatan sejarah itu ada berbagai versi dengan menyuguhkan berbagai data masing-masing. Mudah-mudahan versi-versi tersebut tidak menjadikan antara satu orang dengan orang yang lain saling “gontok-gontokan” dan merasa versi-nya yang paling benar. Semoga kita menempatkan semua itu dalam tataran kajian ilmu sejarah sebagai sumber peradaban manusia di bumi. Sebab bila hanya menyebabkan “gontok-gontokan” ibaratnya adalah “Rebutan Balung Tanpo Isi”. Mudah-mudahan semua makhluk hidup saling menebar kebahagiaan. Amiiin.

Menurut cucu kesayangannya, Mbah Kyai Hadin Mahdi pernah menimba ilmu agama Islam di dua pesantren, yaitu: (1) Pondok Pesantren Bendo, Pare, Kediri selama satu setengah tahun; dan (2) Pondok Pesantren Tremas Pacitan asuhan Mbah Kyai Dimyathi selama satu setengah tahun. Di antara teman Mbah Kyai Hadin Mahdi selama mondok di Pesantren Tremas Pacitan di antaranya: Mbah Kyai Ismail Selopuro (ayah dari dai kondang Kyai Harun Ismail Selopuro), Mbah Kyai Daim Tingal, Garum, Blitar. Kata cucunya, hanya sekitar tiga tahun Mbah Kyai Hadin Mahdi menuntut ilmu agama di pesantren. Begitulah tegasnya.
Dalam kehidup pribadinya, Mbah Kyai Hadin Mahdi pernah menikah empat kali. Di antaranya istri-istrinya adalah (1) Nyai Siti Fadilah putri dari Kyai Kasan; (2) Nyai Siti Dalilah putri dari Kyai Bendosewu; (3) Nyai Siti Romlah; dan (4) Nyai Siti Badriyah. Keempat istri tersebut selama menikah dengan Mbah Kyai Hadin Mahdi, yang memiliki anak dan keturunan ada dua orang istri, yaitu istri pertama dan terakhir/ ke-empat (yakni; Nyai Siti Fadhilah dan Nyai Siti Badriyah). Dari istri ke-empat ini lalu menurunkan ulama bernama Mbah Kyai Mujab yang saat ini meneruskan sebagai mursyid/muqaddam Tharikah Tijaniyyah.

Selain sebagai mursyid/muqaddam tharikah Tijaniyyah, Mbah Kyai Hadin Mahdi juga merupakan ahli pengobatan berbagai macam penyakit. Ada beberapa pengobatan dari Mbah Kyai Hadin Mahdi yang diijazahkan Kang Muhammad Sakya (cucu Mbah Kyai Hadin Mahdi) kepada saya, di antaranya: (1) Obat Sakit Perut dan Batuk: perasan buah Pace/Bentis dibacakan ayat Kursi 7x lalu diminum; (2) Untuk Sakit Pas Sekarat Mati: bacakan Surat Fatikah secara washol sebanyak 3000x tiga ribu kali di air, lalu dimunumkan pada yang sakit. Kalau Allah berkehendak menyembuhkan, biarlah si sakit sembuh. Apabila Allah berkehendak tidak menyembuhkan/ si sakit wafat, semoga bacaan Fatikah tersebut untuk bekal bagi si sakit di alamnya sana. (Dua amalan di atas, saya ijazahkan lagi kepada siapa saja yang mau mengamalkannya, sebagai bagian dari kegiatan menebarkan sebuah ilmu. Semoga berkah. Amin).

Mungkin hanya ini catatan harian saya kali ini. Ada kurang dan lebihnya saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan Mbah Kyai Hadin Mahdi, ahli baitnya, keluarganya, sahabat-sahabatnya, tetangganya, murid-murid, dan santri-santrinya selalu mendapat limpahan rahmat dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Semoga tharikah Tijaniyyah yang dikembangkan dan disebarkan oleh Mbah Kyai Hadin Mahdi dapat berkembang pesat dan memberikan berkah, manfaat kepada semua santri dan kaum muslimin-muslimat. Semoga dusun Tulungsari, Tingal, Garum, Blitar (di mana di sana dimakamkan jasad Mbah Kyai Hadin Mahdi Sang Mursyid Tharikah Tijaniyyah) selalu menjadi tempat yang sejuk, damai sepanjang zaman yang tiada tertandingi. Amin.

“If you can dream it you can do it”
(Jika kamu dapat bermimpi, kamu dapat melakukannya)

“Sluman, slumun, slamet. Selameto lek ngemongi jiwo rogo”
(Semoga dalam situasi dan kondisi apapun mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Yakni, selamat dalam mengasuh jiwa dan raga masing-masing)

 
Foto kitab di ranji sarkub dari Nyai Raden Ayu Linawati Djojodiningrat yang menyebutkan bahwa Ki Ageng Gribig merupakan anak dari Kyai Kebo Kanigoro (Kyai Purwoto Siddiq Banyubiru Sukoharjo-Solo)
Foto kitab silsilah Ki Ageng Gribig keturunan dari Ki Kebo Kanigoro dari Ranji Sarkub yang diasuh oleh Nyai Raden Ayu Linawati Djajadiningrat Solo
Petilasan Jati Kurung di Kanigoro Blitar, merupakan petilasan Ki Kebo Kanigoro (Kyai Purwato Siddiq Banyubiru), Nyai Gadhung Melati (Nyai Kardinah), Rara Tenggok (Rara Sekar Rinonce) pada masa perpolitikan kerajaan Islam Demak, Pajang, dan Mataram. Rata-rata, petilasan Ki Kebo Kanigoro ditandai dengan Pohon Jati.



Tentang Penulis

Arif Muzayin Shofwan, seorang pria yang berbau kuburan, kijing, maesan, kembang boreh, kembang kanthil, kembang kenongo dan segala macam bau-bauan ini beralamatkan di Jl. Masjid Baitul Makmur Sekardangan RT. 03 RW. 09 Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Pria yang yang sering dipanggil oleh Kyai Muhammad AP dengan sebutan “Ki Gadhung Melathi” atau “Mbah Pasarean” (karena seringnya berkunjung ke pesarean-pesarean untuk mengkaji sejarah tokoh yang dimakamkan) tersebut dapat dihubungi di nomor HP. 085649706399.

2 komentar:

  1. Ada 7 tahun saya jadi tki di singapura akhirnya impian saya tercapai untuk pulang ke indonesia,terima kasih MBAH SERO atas bantuannya,saya bisa berkumpul kembali dengan keluarga di kampung,karna melalui jalan togel sekarang saya bisa sukses,ini semua berkat bantuan MBAH SERO yang memberikan angka 4d bocoran singapura,alhamdulillah dapat 250 juta,saya sangat bersyukur kebun orang tua yang dulunya di gadai buat biaya saya untuk berangkat kesingapura,kini sudah saya tebus kembali,tanpa bantuan beliau mungkin belum bisa saya pulang kampung,terima kasih banyak MBAH SERO jasa-jasamu tidak akan saya lupakan,bagi saudarah2 di indonesia maupun di luar negeri butuh bantuan,apalagi yang terlilit hutang silahkan tlpn atau sms di nomor 082 370 357 999 atas nama MBAH SERO,beliau seorang paranormal yang bisa di percaya,karna sudah memberkan hasil,ingat kesempatan tidak akan datang untuk kedua kali,jadi giliran anda untuk membuktikannya,inilah kisah nyata dari saya ibu irma tki singapura..

    BalasHapus
  2. Wkwkwk entenono jatah mu ( karma)

    BalasHapus