Kamis, 20 Oktober 2016

PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM MULTIKULTURAL (Studi Konstruksi Sosial Kiai di Pondok Pesantren Bustanul Mutaallimin Blitar)



Oleh: Arif Muzayin Shofwan
Sidang Terbuka Doktor PAI UMM, Selasa 18 Oktober 2016

Assalamualaikum Wr. Wb.
Yang saya hormati Bapak Dr. Latipun selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.
Yang saya hormati Bapak Prof. Dr. Tobroni selaku Ketua Program Studi Doktor PAI Universitas Muhammadiyah Malang.
Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Syamsul Arifin selaku promotor, Bapak Dr. Moh. Nurhakim dan Bapak Dr. Samsul Hady selaku kopromotor beserta dewan penguji dan para undangan yang berkenan hadir dalam ujian terbuka saya hari ini.
Puji syukur saya haturkan kepada Ilahi Robbi di mana pada hari ini kita semua dapat berkumpul di sini majelis dalam keadaan sehat wal afiyat.
Bapak, Ibu, Saudara-Saudari yang berbahagia.
Perkenankan pada hari ini saya menyampaikan hasil penelitian tugas akhir kuliah di Program Doktor PAI Universitas Muhammadiyah Malang dalam sidang ujian terbuka ini.
Ada banyak penelitian yang menyatakan bahwa pesantren merupakan salah satu pendidikan Islam yang memiliki watak multikultural. Namun ada pula beberapa penelitian yang menyatakan bahwa pesantren merupakan sarang teroris, eksklusif, dan jauh dari watak multikultural.
Penelitian tugas akhir saya ini, hanya ingin menjawab 3 rumusan masalah melalui teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann yang meliputi tiga momen (ekternalisasi, objektivasi, dan internalisasi) di antaranya:
1.      Pemikiran kiai tentang PKIM[1]: Jawaban dari rumusan masalah ini merupakan bagian dari momen eksternalisasi kiai (Artinya, bagaimana kiai mencurahkan kegiatan mental dan fisik berupa pemikiran PKIM di dalam dunia sosio-kultural berupa pesantren yang dia bina)
2.      Konstruk model pembelajaran PKIM: Jawaban dari rumusan masalah ini merupakan bagian dari momen objektivasi (Artinya, hasil yang dicapai kiai dari kegiatan eksternalisasi di atas). Hasil yang dicapai kiai dalam penelitian ini adalah berupa model pembelajaran PKIM yang diterapkan di pesantren tersebut.
3.      Internalisasi kiai, ustadz, dan antri (warga pesantren) tentang PKIM. Internalisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membahas tentang bagaimana PKIM tersebut diinternalisasikan kiai, ustadz, dan santri (warga pesantren) hingga menjadi pola pikir, sikap, dan tindakan real di dunia sosio-kultural berupa pesantren
Berdasarkan hasil penelitian dari rumusan masalah pertama, ada beberapa pemikiran yang curahkan (di-eksternalisasi-kan) oleh kiai dalam dunia sosio-kultural berupa pesantren dan signifikan dengan teori dan prinsip pendidikan multikultural yang diusung oleh para pakar, di antaranya: (1) toleransi/tasamuh; (2) saling mengenal/ta’aruf; (3) saling menghargai; (4) demokrasi/musyawarah; (5) saling menghormati/taharum; (6) saling menyayangi/tarahum; (7) saling tolong-menolong/ta’awun; (8) kedamaian/as-silmi; dan (9) keadilan/adl. Yang mana, hal tersebut bisa digali dari pemikiran kiai secara khusus, melalui kitab-kitab klasik yang diajarkan, dan lain sebagainya.
Adapun hasil penelitian dari rumusan masalah yang kedua, dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran PKIM yang dikonstruk kiai di PPBM Blitar berfokus pada 4 komponen, yaitu: (1) pendesainan kurikulum; (2) penanaman nilai-nilai multikultural; (3) penciptaan lingkungan multikultural; dan (4) pendesaianan tempat pembelajaran. Inilah yang saya maksud objektivasi sebagaimana yang saya uraikan di atas. Yakni, hasil yang dicapai kiai dari kegiatan eksternalisasi berupa model pembelajaran PKIM. Selanjutnya, dari 4 komponen tersebut diuraikan lagi menjadi dua model pembelajaran PKIM, yaitu: langsung dan tak langsung.
Model Pembelajaran langsung adalah proses pembelajaran yang langsung disampaikan atau diteladankan oleh kiai. Model ini dilakukan melalui 7 hal, yaitu: (1) pengajaran kurikulum pesantren tradisional/salafi al-nahdliyah; (2) sosialisasi melalui khutbah Jumat; (3) pawai ta’aruf Islam rahmatan lil alamin; (4) mengadakan dialog lintas agama/kultur; (5) bekerjasama dengan agama dan ormas agama lain; (6) penerapan 17 kultur kepesantrenan serta 18 kultur budaya dan karakter bangsa; dan (7) keteladanan melalui prilaku ideal kiai dalam masyarakat pesantren.
Model pembelajaran tak langsung adalah pembalajaran yang disampaikan khadam atau badal kiai. Jadi, kiai tidak memberikan pembelajaran secara langsung. Model ini dilakukan melalui 4 hal, yaitu: (1) pengajaran kurikulum pesantren modern/kurikulum kemenag dan kemendiknas, melalui lima aspek, yaitu: Qur’an, Akidah, Akhlak, Fikih, dan Tarikh; (2) penyelenggaraan Praktek Kerja Nyata/PKN; (3) Pengajian lintas kultur di Radio Bumi FM milik pesantren; dan (4) penyelenggaraan sekolah film dokumenter multikultural.
Terakhir, hasil dari rumusan masalah yang ketiga adalah terkait internalisasi kiai, ustadz,dan santri (warga pesantren) tentang PKIM. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa, PKIM  dapat terinternalisasikan pada kiai, ustadz, dan santri (warga pesantren) hingga menjadi sebuah pola pikir, sikap, dan tindakan disebabkan 5 faktor, diantaranya: (1) kekondusifan visi lembaga pesantren, yakni ada visi lembaga yang ingin menjadikan para santri menjadi generasi muslim aswaja. Dalam aswaja, ada beberapa nilai yang signifikan dengan pendidikan multikutural yang diusung para pakar, di antaranya: toleransi/tasamuh; moderat/tawazun; seimbang/tawasuth; dan keadilan/adl; (2) kekondusifan pendesainan kurikulum. Yakni, desain kurikulum pesantren tradisional/salafi al-nahdliyah, akan menjadikan para santri tidak tercerabut akar budaya “ke-santri-an” di pesantrennya. Sedangkan desain kurikulum modern/kemenag dan kemendiknas, akan menjadikan para santri tidak ketinggalan arus kemajuan zaman yang semakin mengglobal; (3) kekondusifan penanaman nilai multikultural. Yakni, penanaman nilai multikultural yang kondusif sesuai dengan situasi dan kondisi bisa menjadikan nilai-nilai PKIM terinternalisasi hingga menjadi sebuah pola pikir, sikap, dan tindakan yang real bagi para warga pesantren. Hal ini misalnya, melalui pawai ta’aruf Islam rahmatan lil alamin, Praktek Kerja Nyata (PKN), penyelenggaraan film dokumenter, dan lainnya; (4) kekondusifan dalam menciptakan lingkungan multikultural. Yakni, penciptaan lingkungan multikultural yang kondusif sesuai dengan situasi dan kondisi dapat menjadikan nilai-nilai PKIM terinternalisasikan hingga menjadi sebuah pola pikir, sikap, dan tindakan yang real bagi warga pesantren. Misalnya, melalui dialog lintas agama, kerjasama dengan agama lain, dan penerapan 17 kultur kepesantrenan serta 18 kultur budaya dan karakter bangsa; (5) kekondusifan pendesainan tempat pembelajaran. Yakni, desain tempat pembelajaran kurikulum pesantren tradisional/salafi al-nahdliyah tetap dipertahankan sesuai yang lama, agar tidak tercerabut dari budaya pesantren yang ada. Ada beberapa desain tempat pembelajaran dalam kurikulum pesantren tradisional, yaitu: ruang kelas, serambi masjid, aula terbuka, teras kamar santri, dan ndalem kiai. Adapun desain tempat pembelajaran kurikulum pesantren modern (kemenag dan kemendiknas) lebih lentur (moderat) dalam memilih tempat kegiatan belajar mengajar agar tidak ketinggalan zaman. Misalnya, selain tempat pembelajaran di atas juga menggunakan tempat pembelajaran lain seperti: perpustakaan Bung Karno, Candi Penaratan, dan lainnya.
Bapak, Ibu, dan Saudara-Saudari yang berbahagia.
Oleh karena keterbatasan waktu dalam menyampaikan hasil penelitian dalam majelis yang penuh barokah ini, maka saya cukupkan sekian.
Billahi taufiq wal hidayah. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Arif Muzayin Shofwan bersama Sembilan Dewan Penguji
Wawancara dengan Batu TV Malang
Berfoto bersama Muttaqin, S.Ag, M.Pd.I dan Nikmatin Lana Farida, S.Pd.I beserta anaknya
Berfoto dengan adik saya Nikmatin Lana Farida, S.Pd.I
Para tamu undangan ujian terbuka
Sebelum acara ujian terbuka dimulai
Foto ujian terbuka dari Prof. Syamsul Arifin, M.Si guru besar UMM
Foto usai dari Malang di Kesamben, Blitar dari Mbak Eka (cucu Kyai Hasan Munajat)
Wawancara dengan TV Batu Malang
Foto bersama adik saya Nikmatin Lana Farida, S.Pd.I, dan Muttaqin, M.Pd.I
Foto usai Ujian Terbuka
Foto bersama adik saya Nikmatin Lana Farida, S.Pd.I dan keponakan
Ucapan selamat dari Kampus Universitas Muhammadiyah Malang
Usai ujian Terbuka UMM
Acara ujian terbuka usai dan akan dibacakan hasilnya
Wawancara dengan Batu TV Malang


[1] PKIM: Pendidikan Keagamaan Islam Multikultural.

3 komentar:

  1. saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m

    BalasHapus