Oleh: Arif Muzayin Shofwan
Sidang Terbuka
Doktor PAI UMM, Selasa 18 Oktober 2016
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Yang saya
hormati Bapak Dr. Latipun selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Malang.
Yang saya
hormati Bapak Prof. Dr. Tobroni selaku Ketua Program Studi Doktor PAI
Universitas Muhammadiyah Malang.
Terima kasih
kepada Bapak Prof. Dr. Syamsul Arifin selaku promotor, Bapak Dr. Moh. Nurhakim
dan Bapak Dr. Samsul Hady selaku kopromotor beserta dewan penguji dan para
undangan yang berkenan hadir dalam ujian terbuka saya hari ini.
Puji syukur saya
haturkan kepada Ilahi Robbi di mana pada hari ini kita semua dapat berkumpul di
sini majelis dalam keadaan sehat wal afiyat.
Bapak, Ibu,
Saudara-Saudari yang berbahagia.
Perkenankan pada
hari ini saya menyampaikan hasil penelitian tugas akhir kuliah di Program
Doktor PAI Universitas Muhammadiyah Malang dalam sidang ujian terbuka ini.
Ada banyak penelitian
yang menyatakan bahwa pesantren merupakan salah satu pendidikan Islam yang
memiliki watak multikultural. Namun ada pula beberapa penelitian yang
menyatakan bahwa pesantren merupakan sarang teroris, eksklusif, dan jauh dari
watak multikultural.
Penelitian tugas
akhir saya ini, hanya ingin menjawab 3 rumusan masalah melalui teori konstruksi
sosial Berger dan Luckmann yang meliputi tiga momen (ekternalisasi, objektivasi, dan internalisasi)
di antaranya:
1.
Pemikiran
kiai tentang PKIM[1]:
Jawaban dari rumusan masalah ini merupakan bagian dari momen eksternalisasi kiai (Artinya, bagaimana
kiai mencurahkan kegiatan mental dan fisik berupa pemikiran PKIM di dalam dunia
sosio-kultural berupa pesantren yang dia bina)
2.
Konstruk
model pembelajaran PKIM: Jawaban dari rumusan masalah ini merupakan bagian dari
momen objektivasi (Artinya, hasil
yang dicapai kiai dari kegiatan eksternalisasi di atas). Hasil yang dicapai kiai
dalam penelitian ini adalah berupa model pembelajaran PKIM yang diterapkan di
pesantren tersebut.
3.
Internalisasi
kiai, ustadz, dan antri (warga pesantren) tentang PKIM. Internalisasi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah membahas tentang bagaimana PKIM tersebut
diinternalisasikan kiai, ustadz, dan santri (warga pesantren) hingga menjadi pola
pikir, sikap, dan tindakan real di dunia sosio-kultural berupa pesantren
Berdasarkan hasil
penelitian dari rumusan masalah pertama, ada beberapa pemikiran yang curahkan
(di-eksternalisasi-kan) oleh kiai dalam
dunia sosio-kultural berupa pesantren dan signifikan dengan teori dan prinsip
pendidikan multikultural yang diusung oleh para pakar, di antaranya: (1)
toleransi/tasamuh; (2) saling
mengenal/ta’aruf; (3) saling
menghargai; (4) demokrasi/musyawarah;
(5) saling menghormati/taharum; (6)
saling menyayangi/tarahum; (7) saling
tolong-menolong/ta’awun; (8)
kedamaian/as-silmi; dan (9) keadilan/adl. Yang mana, hal tersebut bisa digali
dari pemikiran kiai secara khusus, melalui kitab-kitab klasik yang diajarkan,
dan lain sebagainya.
Adapun hasil
penelitian dari rumusan masalah yang kedua, dapat dijelaskan bahwa model
pembelajaran PKIM yang dikonstruk kiai di PPBM Blitar berfokus pada 4 komponen,
yaitu: (1) pendesainan kurikulum; (2) penanaman nilai-nilai multikultural; (3)
penciptaan lingkungan multikultural; dan (4) pendesaianan tempat pembelajaran.
Inilah yang saya maksud objektivasi
sebagaimana yang saya uraikan di atas. Yakni, hasil yang dicapai kiai dari
kegiatan eksternalisasi berupa model pembelajaran PKIM. Selanjutnya, dari 4
komponen tersebut diuraikan lagi menjadi dua model pembelajaran PKIM, yaitu:
langsung dan tak langsung.
Model
Pembelajaran langsung adalah proses pembelajaran yang langsung disampaikan atau
diteladankan oleh kiai. Model ini dilakukan melalui 7 hal, yaitu: (1) pengajaran
kurikulum pesantren tradisional/salafi
al-nahdliyah; (2) sosialisasi melalui khutbah Jumat; (3) pawai ta’aruf Islam rahmatan lil alamin; (4)
mengadakan dialog lintas agama/kultur; (5) bekerjasama dengan agama dan ormas
agama lain; (6) penerapan 17 kultur kepesantrenan serta 18 kultur budaya dan
karakter bangsa; dan (7) keteladanan melalui prilaku ideal kiai dalam
masyarakat pesantren.
Model
pembelajaran tak langsung adalah pembalajaran yang disampaikan khadam atau badal kiai. Jadi, kiai tidak memberikan pembelajaran secara
langsung. Model ini dilakukan melalui 4 hal, yaitu: (1) pengajaran kurikulum
pesantren modern/kurikulum kemenag dan kemendiknas, melalui lima aspek, yaitu: Qur’an, Akidah, Akhlak, Fikih, dan Tarikh; (2) penyelenggaraan Praktek Kerja
Nyata/PKN; (3) Pengajian lintas kultur di Radio Bumi FM milik pesantren; dan
(4) penyelenggaraan sekolah film dokumenter multikultural.
Terakhir, hasil dari
rumusan masalah yang ketiga adalah terkait internalisasi kiai, ustadz,dan
santri (warga pesantren) tentang PKIM. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa,
PKIM dapat terinternalisasikan pada
kiai, ustadz, dan santri (warga pesantren) hingga menjadi sebuah pola pikir,
sikap, dan tindakan disebabkan 5 faktor, diantaranya: (1) kekondusifan visi
lembaga pesantren, yakni ada visi lembaga yang ingin menjadikan para santri
menjadi generasi muslim aswaja. Dalam
aswaja, ada beberapa nilai yang
signifikan dengan pendidikan multikutural yang diusung para pakar, di
antaranya: toleransi/tasamuh;
moderat/tawazun; seimbang/tawasuth; dan keadilan/adl; (2) kekondusifan pendesainan
kurikulum. Yakni, desain kurikulum pesantren tradisional/salafi al-nahdliyah, akan menjadikan para santri tidak tercerabut
akar budaya “ke-santri-an” di
pesantrennya. Sedangkan desain kurikulum modern/kemenag dan kemendiknas, akan menjadikan para santri tidak
ketinggalan arus kemajuan zaman yang semakin mengglobal; (3) kekondusifan
penanaman nilai multikultural. Yakni, penanaman nilai multikultural yang
kondusif sesuai dengan situasi dan kondisi bisa menjadikan nilai-nilai PKIM
terinternalisasi hingga menjadi sebuah pola pikir, sikap, dan tindakan yang
real bagi para warga pesantren. Hal ini misalnya, melalui pawai ta’aruf Islam rahmatan lil alamin, Praktek Kerja
Nyata (PKN), penyelenggaraan film dokumenter, dan lainnya; (4) kekondusifan
dalam menciptakan lingkungan multikultural. Yakni, penciptaan lingkungan
multikultural yang kondusif sesuai dengan situasi dan kondisi dapat menjadikan
nilai-nilai PKIM terinternalisasikan hingga menjadi sebuah pola pikir, sikap,
dan tindakan yang real bagi warga pesantren. Misalnya, melalui dialog lintas
agama, kerjasama dengan agama lain, dan penerapan 17 kultur kepesantrenan serta
18 kultur budaya dan karakter bangsa; (5) kekondusifan pendesainan tempat pembelajaran.
Yakni, desain tempat pembelajaran kurikulum pesantren tradisional/salafi al-nahdliyah tetap dipertahankan
sesuai yang lama, agar tidak tercerabut dari budaya pesantren yang ada. Ada
beberapa desain tempat pembelajaran dalam kurikulum pesantren tradisional,
yaitu: ruang kelas, serambi masjid, aula
terbuka, teras kamar santri, dan
ndalem kiai. Adapun desain tempat pembelajaran kurikulum pesantren modern (kemenag dan kemendiknas) lebih lentur
(moderat) dalam memilih tempat kegiatan belajar mengajar agar tidak ketinggalan
zaman. Misalnya, selain tempat pembelajaran di atas juga menggunakan tempat
pembelajaran lain seperti: perpustakaan Bung Karno, Candi Penaratan, dan
lainnya.
Bapak, Ibu, dan
Saudara-Saudari yang berbahagia.
Oleh karena
keterbatasan waktu dalam menyampaikan hasil penelitian dalam majelis yang penuh
barokah ini, maka saya cukupkan sekian.
Billahi taufiq
wal hidayah. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Arif Muzayin Shofwan bersama Sembilan Dewan Penguji |
Wawancara dengan Batu TV Malang |
Berfoto bersama Muttaqin, S.Ag, M.Pd.I dan Nikmatin Lana Farida, S.Pd.I beserta anaknya |
Berfoto dengan adik saya Nikmatin Lana Farida, S.Pd.I |
Para tamu undangan ujian terbuka |
Sebelum acara ujian terbuka dimulai |
Foto ujian terbuka dari Prof. Syamsul Arifin, M.Si guru besar UMM |
Foto usai dari Malang di Kesamben, Blitar dari Mbak Eka (cucu Kyai Hasan Munajat) |
Wawancara dengan TV Batu Malang |
Foto bersama adik saya Nikmatin Lana Farida, S.Pd.I, dan Muttaqin, M.Pd.I |
Foto usai Ujian Terbuka |
Foto bersama adik saya Nikmatin Lana Farida, S.Pd.I dan keponakan |
Ucapan selamat dari Kampus Universitas Muhammadiyah Malang |
Usai ujian Terbuka UMM |
Acara ujian terbuka usai dan akan dibacakan hasilnya |
Wawancara dengan Batu TV Malang |
Selamat mas doktor.
BalasHapusTerima kasih Pak Naim.
BalasHapussaya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m
BalasHapus